Sulaiman bin Yasar, Orang Yang Memiliki Derajat Sama Dengan Nabi Yusuf

Sulaiman bin Yasar, Orang Yang Memiliki Derajat Sama Dengan Nabi Yusuf

PelangiBlog.Com - Sulaiman bin Yasar, Beliau adalah salah seorang ulama’ yang alim, arif, dan cinta beribadah. Beliau dianugerahi dengan wajah yang tampan dan menawan, bahkan tak jarang ketampanan beliau membuat banyak wanita terpikat melihatnya.

Meskipun demikian, Sulaiman bin Yasar tak pernah membanggakan wajahnya. Ini ditunjukkan pada sikap Beliau yang selalu mementingkan kecintaannya dalam beribadah, ketaatan dalam menjalankan perintah Allah SWT, dan senantiasa berusaha mengekang hawa nafsu. Mungkin kisah berikut ini akan menunjukkan tentang kepribadian Beliau dan tentu saja semoga menjadi pelajaran penuh hikmah bagi kita semua.

Dikisahkan pada suatu hari, seorang wanita datang kepada Sulaiman bin Yasar yang mana pada saat itu Beliau sedang berada di rumah seorang diri. Rupanya, wanita itu terpikat atas ketampanan wajah Beliau.  Wanita itu masuk ke dalam rumah dan meminta kepada beliau untuk melakukan zina. Namun, Beliau menolaknya dan lari dari rumah beliau sendiri untuk menghindari wanita itu.

Beberapa waktu setelah kejadian itu, beliau bermimpi bertemu dengan pria yang sangat tampan. Beliau bertanya kepadanya “Apakah kamu adalah Yusuf as ?".

Pria itu menjawab “Ya, aku adalah Yusuf, aku adalah orang yang cinta kepada Zulaikha ketika dia memintaku untuk berzina dan aku ingin melakukannya. Dan kamu adalah Sulaiman, orang yang tidak mempunyai keinginan untuk berzina ketika seorang wanita meminta untuk berzina kepadamu”.

Setelah terbangun dari tidur, Sulaiman bin Yasar mengerti bahwa cobaan yang Beliau alami tidaklah sebanding dengan cobaan yang telah dialami Nabi Yusuf karena memang pada saat seorang wanita meminta berzina, Beliau tidak merasa kehendak nafsu untuk melakukan zina.

Pada suatu ketika, Sulaiman bin Yasar pergi meninggalkan kota untuk melakukan ibadah Haji. Beliau melakukan perjalanan haji bersama seorang teman. Hari demi hari, kota demi kota telah beliau lewati hingga beliau tiba di suatu desa bernama Abwa’.

Sulaiman bin Yasar dan temannya mulai memasuki wilayah desa Abwa’. Rupanya ada seorang wanita bercadar dari orang a’roby (orang dari desa) selalu melirik Beliau. Karena wajah tampan Beliau, wanita itu jatuh cinta pada pandangan pertama.

Setelah beberapa waktu berjalan di desa Abwa’, Sulaiman bin Yasar dan temannya berteduh dan membuat sebuah kemah kecil. Lalu, beliau duduk di dalam kemah itu, sementara teman beliau pergi ke pasar untuk membeli beberapa makanan dan kebutuhan selama perjalanan.

Melihat Sulaiman bin Yasar sendirian di dalam kemah, wanita bercadar itu datang dari arah bukit. Lantas dia memasuki kemah Beliau begitu saja. Setelah berada di dalam kemah, wanita itu membuka cadarnya, dan tak disangka bahwa wajah wanita itu sangat cantik seperti separuh bulan. Tentu ini membuat Beliau terpesona oleh kecantikan wajahnya. Wanita itu berkata kepada Sulaiman bin Yasar “Berilah aku kenikmatan !”.

Sulaiman bin Yasar pun mendatangkan beberapa makanan kepada wanita itu. Ya, Beliau mengira bahwa wanita itu menginginkan makanan. Namun, wanita itu berkata lagi “Sungguh aku tidak menginginkan makanan ini, aku hanya menginginkan apa yang dimiliki oleh seorang laki-laki atas istrinya”.

Sebenarnya, Sulaiman bin Yasar berhasrat untuk melakukan perbuatan dosa itu. Namun, Beliau menjawab “Kamu telah mendatangkan iblis kepadaku”, kemudian beliau duduk dan meletakkan kepalanya di atas lutut sambil menangis dan berteriak. Wanita itu pun menutup wajahnya kembali dan segera pergi dari kemah Beliau kerena dia telah ditolak.

Sulaiman bin Yasar terus menangis tanpa henti, sampai teman beliau kembali dari pasar. Teman beliau melihat mata beliau agak bengkak karena tangis yang lama, kemudian bertanya “Apa yang membuatmu menangis ?”.

Sulaiman bin Yasar menjawab “Aku teringat akan kebaikan ketika aku masih kecil”. Teman beliau pun menyangkal “Tidak mungkin tangismu ini, pasti ada kisah yang membuatmu menangis”.

Sulaiman bin Yasar pun masih menangis dan tidak memberitahu kisah yang sebenarnya kepadanya. Melihat demikian, teman Beliau turut bersedih melihat tangisan itu sampai Beliau menceritakan kisah tentang wanita a’roby itu.

Lalu teman beliau berkata “Wahai Sulaiman, apa yang membuatmu menangis ? Seharusnya aku yang lebih pantas untuk menangis dari pada kamu. Sesungguhnya aku takut jika aku tidak bisa bersabar ketika aku berada di posisi yang sama sepertimu”.

Ketika Sulaiman bin Yasar tiba di kota Mekkah, beliau segera melaksanakan rukun-rukun ibadah haji. Beliau melakukan sa’i, thowaf, dan melempar jumroh, dan rukun-rukun haji lainnya. Di tengah-tengah melaksanakan ibadah haji, beliau tertidur dan bermimpi.

Sulaiman bin Yasar bertemu dengan seorang pria yang tampan, berbadan tinggi, dan bau yang sangat wangi. Orang itu berkata kepada beliau “Semoga Allah merohmatimu wahai Sulaiman !”.

Sulaiman bin Yasar pun bertanya “Siapa kamu ?”. Pria itu menjawab “Aku adalah Yusuf”.

Sulaiman bin Yasar bertanya lagi “Yusuf as-shodiq ?”. Pria itu menjawab “Iya”.

Sulaiman bin Yasar berkata kepada orang itu “Sesungguhnya keberadaanmu dan keberadaan istri dari raja Aziz (Zulaikha) sangat mengagumkan”.

Lantas pria itu menjawab “Keberadaanmu dan keberadaan wanita Abwa’ lebih mengangumkan”.


Sumber : Kitab Ihya' Ulumuddin, Juz 3.
Penulis : Imam Ghozali