Kisah Habib An-Najar dan 3 Utusan Nabi Isa Dalam Tafsir Surat Yasin

Kisah Habib An-Najar dan 3 Utusan Nabi Isa Dalam Tafsir Surat Yasin

PelangiBlog.Com – Pada pertemuan kali ini, Pelangi Blog ingin mengajak untuk merenungkan kembali kisah Habib An-Najar dan 3 utusan Nabi Isa as yang telah didustakan oleh kaumnya. Kisah ini diambil dari kitab Tafsir Yasin, penulis Syekh Hamami. Langsung saja akan saya buka dengan firman Allah dalam Surat Yasin ayat 13 – 14 :

وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلاً أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُوْنَ
إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوْهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوْا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُوْنَ
Artinya :
[13] “Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka".
[14] (Yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya, kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang diutus kepadamu".

Dikisahkan bahwa Nabi Isa as mengutus 2 orang utusan dari sahabat khawariyyin (sahabat Nabi Isa as) ke kota Anthakiyah (Kota Antiokhia atau Kota Antakya, Turki, informasi geografis lengkap silahkan lihat di wikipedia) untuk mengajak penduduknya menyembah kepada Allah.

Ketika kedua utusan tersebut sudah mendekati kota Anthakiyah, mereka bertemu dengan seorang kakek yang sedang mengembala kambing, dia bernama Habib An-Najar. Kedua utusan tersebut pun mengucapkan salam kepada si kakek dan terlibat beberapa omongan kecil dalam pertemuan itu.

Habib An-Najar bertanya kepada kedua utusan tersebut, “Siapa kamu berdua dan apa maksud kedatanganmu ?”.

Kedua utusan pun menjawab “Kami adalah utusan Nabi Isa as, kami ingin mengajak kamu semua agar meninggalkan menyembah berhala dan beralih menyembah kepada Allah”.

Habib An-Najar bertanya kembali “Apakah kalian mempunyai bukti bahwa kalian adalah seorang utusan ?”.

Kedua utusan tersebut menjawab “Tentu, atas izin Allah, kami mampu menyembuhkan penyakit buta dan penyakit kusta, serta menghidupkan kembali orang yang sudah mati”

Habib An-Najar berkata “Sesungguhnya aku mempunyai anak yang terbujur sakit selama beberapa tahun”

Kedua utusan tersebut berkata “Antarkanlah kami menemui anakmu, kami akan mencoba untuk melihat bagaimana kondisinya”

Setelah itu, Habib An-Najar pun membawa kedua utusan tersebut ke rumahnya untuk menemui anaknya yang sedang sakit. Kedua utusan tersebut segera berdoa kepada Allah dan mengusap badan si anak. Dan atas izin Allah, seketika itu pula si anak sembuh dari sakitnya, sungguh luar biasa.

(Dalam riwayat lain, Habib An-Najar adalah seorang yang buta, kemudian kedua utusan itu berdoa dan menyembuhkan Habib An-Najar sehingga dia bisa melihat dengan matanya). Melihat keistimewaan kedua utusan tersebut, Habib An-Najar pun menyatakan beriman dan membenarkan kedua utusan itu.

Dan selama beberapa waktu, kedua utusan itu telah menyembuhkan banyak orang sakit di kota itu atas izin Allah sehingga kabar tentang keistimewaan kedua utusan ini pun semakin terkenal ke penjuru kota dari mulut ke mulut.
[next]
Kabar tentang dua pemuda utusan Nabi Isa itu pun sampai terdengar oleh raja besar Yunani, raja Afthaihis (nama raja Afthaihis adalah versi penulis kitab Tafsir Yasin dalam bahasa arab, sedangkan versi wikipedia adalah raja Antiokhos). Kemudian, raja Afthaihis mengundang mereka ke kerajaan untuk melihat langsung kedua utusan tersebut.

Raja Afthaihis bertanya “Siapa kamu berdua ?”.

Kedua utusan pun menjawab “Kami adalah dua utusan Nabi Isa as”.

Raja Afthaihis bertanya lagi “Untuk apa kamu berdua datang ke kota ini ?”.

Kedua utusan pun menjawab “Untuk mengajak kamu semua meninggalkan menyembah tuhan yang tidak bisa melihat dan mendengar, beralih menyembah kepada Tuhan yang Maha Melihat lagi Maha Mendengar”

Raja Afthaihis bertanya lagi “Apakah kami mempunyai tuhan selain tuhan kami ?”

Kedua utusan pun menjawab “Benar”.

Raja Afthaihis sangat marah mendengar jawaban dua utusan itu dan memerintah prajurit kerajaan untuk memukuli keduanya, kemudian memenjerakan keduanya.

(Dalam riwayat Imam Wahab, kedua utusan itu belum bertemu dengan raja Afthaihis. Namun, suatu hari ketika raja Afthaihis keluar kerajaan untuk menemui kedua utusan tersebut. Pertemuan pun terjadi, namun  raja Afthaihis melihat dan mendengar kedua utusan itu mengagung-agungkan nama Allah. Dia sangat marah, kemudian memerintah prajurit untuk mencambuk keduanya sebanyak 100 kali dan memenjarakan mereka berdua).

Mendengar kabar nasib buruk kedua utusannya, Nabi Isa pun mengutus utusan yang ketiga bernama Syam’un, salah satu orang terdekat Nabi Isa as. Syam’un pergi ke kota Anthakiyah seorang diri dengan menyamarkan identitasnya.

Suatu hari, Syam’un datang untuk menjenguk kedua utusan itu di dalam sel penjara kerajaan. Syam’un mengatakan kepada penjaga penjara dengan dalih memberikan beberapa makanan kepada para tahanan di dalam penjara.

Syam’un pun diperbolehkan untuk menemui kedua utusan tersebut. Dengan suara bisik-bisik kecil, dia bertanya kepada kedua utusan itu tentang bagaimana keadaan keduanya. Kedua utusan itu pun menceritakan kronologi mengapa keduanya bisa terjerumus dalam penjara.

Syam’un berkata “Kalian berdua benar-benar terburu-buru dalam urusan ini dan tidak menanggapinya dengan perlahan. Kamu berdua tidak lain seperti seorang wanita yang tidak melahirkan anak di usia muda, wanita itu melahirkan di akhir usianya. Kemudian, wanita itu ingin membesarkan anaknya untuk waktu yang tidak lama, dia memberikan roti kepada anaknya, sedangkan anaknya tidak tahu bagaimana cara memakan roti itu. Urusanmu sama seperti urusan wanita ini, apakah kamu berdua tidak mendengar bahwa terburu-buru berasal dari syetan, sedangkan perlahan berasal dari Allah yang Maha Pengasih ?”. Setelah memberikan beberapa nasehat, Syam’un pun keluar dari penjara.

Syam’un mampu bergaul baik dengan masyarakat di kota Anthakiyah, bahkan secara perlahan dia mampu bergaul baik dengan pihak kerajaan. Dan setelah beberapa waktu, raja Afthaihis pun mengangkatnya sebagai penasehat pribadi raja karena kebijaksanaan dan kepribadiannya yang unik.
[next]
Suatu hari, Syam’un bertanya kepada raja Afthaihis “Wahai raja, aku mendengar bahwa engkau telah memenjarakan 2 orang di dalam penjara dan memerintah untuk memukuli keduanya ketika mereka mengajakmu kepada agama selain agamamu ?. Lalu, bagaimana penjelasan keduanya ? dan apakah engkau sudah mendengar penjelasan itu ?”.

Raja Afthaihis pun menjawab “Tidak, kemarahanku telah menghalangi antara aku dan kedua orang itu”.

Syam’un pun masih berusaha untuk merayu “Jika engkau bisa melihat kebaikan dan kelebihan kedua orang itu, maka saya rasa tidak ada salahnya untuk memanggil mereka berdua sehingga kita bisa melihat apa yang bisa dilakukan oleh kedua orang itu !”.

Kepercayaan raja membuatnya menyetujui saran Syam’un untuk memanggil kedua utusan yang telah ditahan. Ya, kedua utusan itu pun dipanggil ke istana untuk memberikan beberapa penjelasan dan membuktikan kebenaran.

Syam’un berkata kepada kedua utusan itu “Siapa yang mengutus kamu berdua datang ke kota ini ?”

Kedua utusan menjawab “Allah, Tuhan yang menciptakan segala sesuatu dan tidak ada sekutu bagi-Nya”.

Syam’un berkata “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Tuhanmu !”.

Kedua utusan itu menjawab “Dia melakukan apapun yang Dia inginkan, dan menghukum apapun yang Dia kehendaki”.

Syam’un berkata “Lalu, apa bukti yang kamu miliki tentang kebenaran Tuhanmu ?”.

Kedua utusan pun menjawab “Apapun yang diinginkan oleh raja !”.

Mendengarkan penjelasan tersebut, raja Afthaihis pun mendatangkan seseorang dengan penyakit aneh dan langka yang mana tak ada satupun dokter di kota itu tidak mampu menyembuhkan penyakit tersebut.

Kedua utusan itu pun mulai berkonsentrasi dan memohon kepada Allah untuk menyembuhkan penyakit orang itu. Keajaiban Allah pun datang, orang itu sembuh dan membuat semua penghuni ruangan merasa terheran-heran.

Syam’un pun berbisik kepada raja “Wahai raja, jika engkau meminta kepada tuhanmu untuk melakukan sesuatu seistimewa ini, maka bagimu dan tuhanmu adalah kemuliaan”.

Raja Afthaihis menjawab “Wahai Syam’un, tidak ada rahasia yang tersimpan antara aku dan kamu. Sesungguhnya tuhan yang kita sembah tidak bisa melihat dan mendengar, juga tidak mempu memberikan kemanfaatan”.

Selama ini, raja Afthaihin memang belum bisa mengetahui identitas asli Syam’un meskipun Syam’un adalah orang kepercayaannya. Setiap kali raja Afthaihis melakukan peribadatan pada berhala, Syam’un selalu mengikutinya.

Bahkan, Syam’un mampu lebih tenang dan bersungguh-sungguh dalam peribadatan tersebut, sehingga semua orang menyangka bahwa dia penganut setia berhala seperti yang lain. Tetapi, apapun yang dilakukan Syam’un adalah pura-pura untuk mengelabuhi dan menjaga keselamatan diri.

Kemudian raja Afthaihis berkata kepada kedua utusan “Jika Tuhan kamu berdua yang kamu sembah mampu menghidupkan orang mati, maka kami akan beriman kepada-Nya dan mempercayai kamu berdua”.

Kedua utusan itu menjawab “Sesungguhnya Tuhan kami berkuasa atas segala sesuatu !”.
[next]
Beberapa waktu kemudian, raja Afthaihis mendatangkan mayat seseorang yang belum dikubur setelah tujuh hari. Mayat itu sengaja belum dikubur untuk menunggu si ayah yang sedang pergi ke luar kota. Ya, warna kulit mayat tersebut sudah berubah, begitu pula dengan kondisinya yang sudah membusuk.

Kedua utusan tersebut pun berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah (secara terang-terangan), sedangkan Syam’un berdoa secara samar-samar. Dan sungguh luar biasa, tak lama kemudia mayat tersebut pun terbangun

Mayat yang sudah hidup itu pun berkata “Aku sudah mendahului kamu semua selama 7 hari, aku mati dalam keadaan musyrik, kemudian aku dimasukkan ke dalam 7 jurang neraka. Aku memperingatkan kepada kamu semua atas apa yang kamu lakukan, maka berimanlah kepada Allah”.

Kemudian mayat yang sudah hidup itu melanjutkan “Ketika itu, pintu-pintu lagit dibuka, dan aku melihat seseorang yang begitu tampan yang menolong kepada 3 orang ini”.

Raja Aftahihis bertanya “Siapa 3 orang itu ?”

Mayat yang sudah hidup itu memberikan isyarat tangan kepada Syam’un dan dua utusan yang membuat raja Afthaihis sangat terkejut. Sedangkan Syam’un pun menceritakan kebenaran tentang identitasnya.

Dalam riwayat lain, putri raja Afthaihis telah meninggal dunia. Kemudian Syam’un menyarankan kepada raja Afthaihis untuk menghidupkan putrinya melalui kedua utusan itu sebagai bukti. Raja Afthaihis pun menyetujuinya dan dimulailah ritual menghidupkan orang mati tersebut.

Kedua utusan tersebut pun berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Allah (secara terang-terangan), sedangkan Syam’un membantu dengan berdoa secara samar-samar. Tak lama, makam putri raja Afthaihis pun terbelah dengan sendirinya, kemudian putrinya keluar dari sana.

Sang putri pun berkata “Berpsrahlah kepada kedua orang itu (kedua utusan) karena sesungguhya keduanya adalah benar”.

Raja Aftaihis pun berkata “Wahai putriku, ceritakan bagaimana kisahmu setelah kematian ?”

Sang putri pun menjawab “Aku telah tertidur selama 7 hari, semua amalku ditampakkan dan aku menemui bahwa diriku adalah orang kafir. Dan setelah itu, aku disiksa setiap hari di dalam neraka di mana siksaan setiap orang tidak sama dengan lainnya”.

Sang putri melanjutkan “Dan setelah 7 hari, mereka (malaikat) membawa ruhku menuju jasadku. Mereka berkata “Lihatlah ke atas !”, lalu aku melihat bahwa pintu-pintu langit telah dibuka dan aku melihat seseorang yang sangat tampan mengulurkan tangan untuk menolong ketiga orang itu”.

Raja Afthaihis pun bertanya “Siapa tiga orang itu ?”

Sang putri menjawab “Orang ini (isyarat kepada Syam’un) dan kedua orang ini (isyarat kepada kedua utusan)”.

Sang putri pun melanjutkan “Wahai ayahku, ketiga orang ini telah membawaku pulang dari kepergianku dan mengeluarkanku dari neraka. Kemudian aku membuka mataku, aku sudah berada di tempat ini”.

Kemudian, sang putri meminta kepada ketiganya untuk mengembalikannya ke tempat semula. Sang putri pun tertidur kembali ke alam kubur.

Dalam riwayat lain, sang putri telah menyatakan beriman kepada ketiga utusan Nabi Isa tersebut, dan meminta mereka untuk mengembalikan ke alam kubur.
[next]
Riwayat lain juga mengatakan bahwa raja Afthaihis masih tetap dalam kekufuran dan menentang ketiga utusan Nabi Isa tersebut. Kemudian dia beserta penduduk anthakiyah berkata seperti pada surat Yasin ayat 15 berikut :

قَالُوْا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمٰنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُوْنَ
Artinya :
[15] “Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatupun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka".

Ketika ketiga utusan Nabi Isa tersebut dihujat kebencian oleh penduduk Anthakiyah, di situlah mereka dan penduduk anthakiyah mulai terjadi perselisihan.

Surat Yasin ayat 16-17 :

قَالُوْا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُوْنَ
وَمَا عَلَيْنَا إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِيْنُ
Artinya :
[16] “Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu".
[17] "Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas".

Surat Yasin ayat 18 :

قَالُوْا إِنَّا تَطَيَّرْنَا بِكُمْ لَئِنْ لَمْ تَنْتَهُوْا لَنَرْجُمَنَّكُمْ وَلَيَمَسَّنَّكُمْ مِنَّا عَذَابٌ أَلِيْمٌ
Artinya :
[18] “Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami".

Penduduk anthakiyah pun masih mengikari ketiga utusan tersebut, bahkan mereka menganggap bahwa semua macam-macam penyakit yang datang di kota itu disebabkan oleh kedatangan ketiga utusan Nabi Isa as. Mereka merasa bahwa tidak ada penyakit aneh yang melanda sebelum kedatangan ketiga utusan tersebut.

Surat Yasin ayat 19 :

قَالُوْا طَائِرُكُمْ مَعَكُمْ أَئِنْ ذُكِّرْتُمْ بَلْ أَنْتُمْ قَوْمٌ مُسْرِفُوْنَ
Artinya :
[19] “Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu bernasib malang) ? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampui batas"”.

Maksud ayat di atas “Kemalangan kamu adalah karena kamu sendiri” adalah sebab kekufuran dan kemusyrikanmu. Kemudian, apakah jika kamu diberi peringatan dan nasehat dari Allah, kemudian kamu menanggapi dan menerimanya dengan perlakuan buruk, bahkan mengancam untuk merajam ? tidak lain kamu adalah orang-orang musyrik yang sudah melampaui batas”

Surat Yasin ayat 20-21 :
وَجَاءَ مِنْ أَقْصَى الْمَدِينَةِ رَجُلٌ يَسْعَى قَالَ يَا قَوْمِ اتَّبِعُوْا الْمُرْسَلِيْنَ
اِتَّبِعُوْا مَنْ لَا يَسْأَلُكُمْ أَجْرًا وَهُمْ مُهْتَدُوْنَ
Artinya :
[20] “Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu".
[21] "Ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk”.

Imam Wahab berpendapat bahwa Nabib An-Najar adalah bekerja sebagai pembuat kain sutra. Rumahnya berada di sekitar pojok pintu kota Anthakiyah. Dia adalah orang yang suka bersedekah, membagi hasil pekerjaan menjadi 2 bagian, yaitu untuk keluarga dan untuk sedekah. Ketika Habib An-Najar mendengar kabar tentang ketiga utusan Nabi Isa tersebut, dia langsung bergegas untuk membela mereka, seperti pada ayat 20-21 di atas.

Imam Qotadah berpendapat bahwa ketika dalam pembelaan itu, penduduk Anthakiyah menjawab pembelaan Nabib An-Najar “Apakah kamu sudah menyeleweng dari agama kita, dan mengikuti agama ketiga utusan ini ?”. Kemudian, Habib AN-Najar menjawab sebagaimana berikut ini :

Surat Yasin ayat 22 – 23 :

وَمَا لِيَ لَا أَعْبُدُ الَّذِيْ فَطَرَنِيْ وَإِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
أَأَتَّخِذُ مِنْ دُوْنِهِ آلِهَةً إِنْ يُرِدْنِ الرَّحْمَنُ بِضُرٍّ لَا تُغْنِ عَنِّيْ شَفَاعَتُهُمْ شَيْئًا وَلَا يُنْقِذُوْنِ
Artinya :
[22] “Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan".
[23] "Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudharatan terhadapku, niscaya syafa´at mereka tidak memberi manfaat sedikitpun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku”
[next]
Para penduduk Anthakiyah berkata “Wahai Habib, ketiga utusan ini telah menghalang-halangi agama leluhur kita. Maka kembalilah dari agama ketiga utusan ini, jika tidak maka kami akan membunuhmu dengan siksaan yang pedih !!!”. Namun, Habib AN-Najar menjawab sebagaimana berikut ini :

Surat Yasin Ayat 24 :

إِنِّيْ إِذًا لَفِيْ ضَلَالٍ مُبِيْنٍ
Artinya :
[24] “Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata”.

Maksudnya adalah “Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata, jika aku lari dari agama ketiga utusan ini dan kembali ke agama kalian”. Ketika Habib An-Najar dihadapkan kepada ketiga utusan itu, dia berkata dengan lantang sebagaimana berikut ini :

Surat Yasin Ayat 25 :

إِنِّيْ آمَنْتُ بِرَبِّكُمْ فَاسْمَعُوْنِ
Artinya :
[25] “Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku”

Kemudian, penduduk anthakiyah mengikat leher Habib An-Najar dengan rantai dan menyalibnya di depan pintu kota Anthakiyah. Penduduk Anthakiyah melemparinya dengan batu, sedangkan dia hanya berdoa “Ya Allah, tunjukkanlah kaumku !”.

Diriwayatkan ketika penduduk Anthakiyah menyiksanya, sebelum dia meninggal dunia, Allah membuka baginya tutup matanya, sehingga dia melihat indahnya surga. Dan dikatakan kepadanya “masuklah ke surga”. Seperti lanjutan kisahnya di bawah ini :

Surat Yasin Ayat 26-27 :

قِيْلَ ادْخُلِ الْجَنَّةَ قَالَ يَا لَيْتَ قَوْمِيْ يَعْلَمُوْنَ
بِمَا غَفَرَ لِي رَبِّيْ وَجَعَلَنِيْ مِنَ الْمُكْرَمِيْنَ
Artinya :
[26] “Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke surga". Ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kamumku mengetahui".
[27] "Apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan".

Dan setelah penduduk Anthakiyah membunuh Habib AN-Najar, Allah memerintahkan para malaikat Jibril untuk meleyapkan penduduk kota Anthakiyah. Malaikat Jibril turun tepat berada di pintu kota itu, dan dengan satu sentakan, gempa terjadi dan penduduk kota pun lenyap seketika.

Surat Yasin Ayat 28 – 29 :

وَمَا أَنْزَلْنَا عَلَى قَوْمِهِ مِنْ بَعْدِهِ مِنْ جُنْدٍ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا كُنَّا مُنْزِلِيْنَ
إِنْ كَانَتْ إِلَّا صَيْحَةً وَاحِدَةً فَإِذَا هُمْ خَامِدُوْنَ
Artinya :
[28] “Dan kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukanpun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya".
[29] "Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati”.


Sumber : Kitab Tafsir Yasin Ayat 13-29
Penulis : Syekh Hamami,