5 Ayat Al-Qur'an Mengenai Peringatan dan Berita Gembira Terhadap Anak

Anak merupakan anugerah besar yang diberikan Allah SWT kepada manusia, bukan hanya sebagai wujud melestarikan keturunan, tetapi juga sebagai buah hati dan pengirim doa kepada orangtua di kala orangtua sudah meninggal dunia. Dalam hal ini, orangtua memiliki peran aktif dalam memberikan pendidikan terbaik kepada anak, karena karakter baik atau buruknya anak tergantung pada peran orangtua.

Sebagai pengingat bagi para orangtua, Al-Qur’an sendiri sudah menyinggung beberapa ayat yang menunjukkan peran anak bagi orangtua baik di dunia maupun di akhirat nantinya, apakah anak bisa menjadi penentram hati atau musuh, perhiasan hati atukah fitnah. Yuk, kita simak bersama empat macam peran dan posisi anak yang telah disebutkan dalam AL-Qur’an :

1. Anak Sebagai Perhiasan Hati

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِيْنَ وَالْقَنَاطِيْرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ۗ ذٰلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ۖ وَاللّٰهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ

Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)” (Surat Ali Imron, Ayat 14).

Dari Surat Ali Imron Ayat 14 di atas bisa disimpulkan bahwa anak mempunyai peran sebagai perhiasan hati bagi orangtua, karena sudah menjadi watak serta keinginan manusia untuk memiliki anak setelah menikah. Sebaliknya, jika keinginan untuk memiliki anak belum tercapai, maka tentu saja seolah hubungan setelah pernikahan belum kerkesan sempurna.

Namun, Allah SWT sudah memberikan peringatan dalam Surat Ali Imron ayat 14 tersebut, bahwa kesemuanya (termasuk anak) adalah kenikmatan dunia sedangkan tempat kembali sesungguhnya adalah pada sisi Allah  SWT.

Jadi, jangan sampai karena anak kita melupakan tugas dan kewajiban yang sudah disyariatkan agama islam, jangan sampai karena anak kita melupakan ibadah, jangan sampai karena anak kita menghalalkan sesuatu yang haram, mengingat bahwa kita akan kembali kepada-Nya kelak.

2. Anak Sebagai Penenang Hati

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

Dan orang orang yang berkata: "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan kami sebagai penenang hati, dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa” (Surat AL-Furqan, Ayat 74).

Isi doa yang Surat Al-Furqan Ayat 74 di atas adalah doa Nabi Ibrahim as. yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Dan dari doa Nabi Ibrahim as. tersebut bisa disimpulkan bahwa anak mempunyai peran sebagai penenang dan penentram hati.

Kehadiran anak dalam kehidupan orangtua adalah karunia dan kebahagiaan besar yang tak terlimpah. Sebaliknya, sebanyak apapun harta kekayaan yang dimiliki seseorang tetapi dia tidak dikarunia seorang anak, maka seolah tak ada kebagiaan sempurna dalam kehidupannya.

3. Anak Sebagai Musuh

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا إِنَّ مِنْ أَزْوَاجِكُمْ وَأَوْلَادِكُمْ عَدُوًّا لَكُمْ فَاحْذَرُوْهُمْ وَإِنْ تَعْفُوْا وَتَصْفَحُوْا وَتَغْفِرُوْا فَإِنَّ اللّٰهَ غَفُوْرٌ رَحِيْمٌ

"Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu memaafkan dan kamu santuni serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (Surat At-Taghabun, Ayat 14).

Dalam Surat At-Taghabun Ayat 14 di atas, Allah SWT memberikan peringatan bagi kita untuk berhati-hati karena istri dan anak bisa menjadi musuh bagi kita, itu semua tergantung bagaimana cara kita menyikapinya.

Dalam Tafsir Jalalain, peringatan tersebut ditujukan kepada para sahabat agar tidak menaati atau takut kehilangan istri dan anak sehingga tidak melaksanakan perbuatan baik yang telah diperintahkan Rosulullah SAW seperti berperang dan berhijrah.

Sedangkan dalam Tafsir Quraisy Shihab, peringatan untuk berhati-hati kepada anak dan istri, jangan hanya karena memenuhi keinginan mereka kita berpaling dari Allah SWT, jangan hanya karena berat hati demi mereka kita melakukan perbuatan yang bersebrangan dengan agama, dan lain-lain. Dalam Surat lain Allah SWT berfirman :

4. Anak Sebagai Ujian dan Fitnah

إِنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ ۚ وَاللّٰهُ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ

Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu adalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Surat At-Taghabun, Ayat 15).

وَاعْلَمُوْا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ وَأَنَّ اللّٰهَ عِنْدَهُ أَجْرٌ عَظِيْمٌ

Dan ketahuilah, bahwa hartamu dan anak-anakmu itu adalah cobaan (bagimu), dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar” (Surat Al-Anfal, Ayat 28).

Dari dua ayat di atas (pada point 4) juga merupakan penguat pada point ketiga, anak adalah cobaan dan fitnah yang bisa saja melalaikan kita untuk tidak taat kepada Allah SWT dan rosul-Nya.

5. Anak Sebagai Penghalang Untuk Mengingat Allah SWT

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللّٰهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُوْنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi” (Surat Al-Munafiqun, Ayat 9).

Dari Surat Al-Munafiqun Ayat 9 di atas bisa disimpulkan bahwa anak bisa menjadi penghalang yang bisa melalaikan kita untuk berdzikir serta mengingat Allah SWT. Jangan karena besarnya cinta kepada anak kita menjadi hambatan kita untuk melaksanakan ibadah dan urusan-urusan yang bersifat ukhrowi.


Mengapa Allah SWT Memberikan Peringatan Keras Seperti Pada Point Ke 3-5 ?

Tentu saja karena sudah menjadi watak manusia mencintai keturunannya, sehingga cinta serta kasih sayang yang berlebih tersebut bisa menyebabkan lalai dan lupa bahwa mereka akan kembali kepada Allah SWT, balasan-Nya jauh tak terbayangkan daripada besar cinta dan kasih sayang mereka kepada anak.


Mafhum Mukholafah atau Pengertian Sebaliknya

Anak memiliki peran besar bagi orangtuanya seperti pada enam ayat di atas, tetapi ayat tersebut bisa dipahami dengan pengertian sebaliknya :

  • Anak bisa menjadi hiasan bisa pula menjadi perusak hati 
  • Anak bisa menjadi penenang hati bisa pula menjadi penyuram hati
  • Anak bisa menjadi musuh bisa pula menjadi penyelamat
  • Anak bisa menjadi cobaan bisa pula menjadi nikmat
  • Anak bisa menjadi penghalang untuk mengingat Allah SWT bisa pula menjadi pemberi motivasi dan menyemangat untuk mengingat Allah SWT.

Itu semua tergantung pada setiap orangtua, entah bagaimana orangtua menanggapi dengan sikap, mengajarkan, serta mendidik, semua adalah pilihan bagi setiap orangtua.