Gus Dur : NU itu Kuat Karena Budaya

Gus Dur  NU itu Kuat Karena Budaya

Gus Dur : NU itu Kuat Karena Budaya - Dalam salah satu pengajian yang diselenggarakan di Kota Gresik pada Bulan Mei Tahun 2003, KH. Abdurrahman Wahid atau lebih akrab dikenal dengan sebutan Gus Dur yang juga merupakan cucu dari pendiri Nahdlatul Ulama, beliau pernah dawuh bahwa “NU, PKB, kuatnya karena budaya”.

Sejenak, memang kalimat yang telah didawuhkan Gus Dur di atas mungkin bagi kita warga Nadliyyin merupakan kalimat biasa dan sepele. Namun, jika kita menggali lebih dalam lagi tentu Gus Dur tidak asal-asalan dalam menyampaikan kalimat itu, ada makna yang sangat dalam. Untuk itu, pada kesempatan kali ini kita mencoba untuk sedikit makna akan pentingnya budaya NU bagi warga Nahdliyyin.


NU Ada Untuk Melestarikan Budaya-Budaya Islami

Bagi Nahdlatul Ulama’ (NU), budaya-budaya yang sudah terislamisasi warisan Wali Songo dan para kyai terdahulu amat begitu penting. Budaya-budaya islami tersebut sepatutnya dipertahankan dan dilestarikan sepanjang berjalannya waktu yang semakin modern ini.

Kita sebagai warga Nahdliyyin tentu sangat mengenal banyaknya budaya-budaya yang tetap diamalkan dalam masyarakat Nahdliyyin pada umumnya. Ada banyak sekali budaya-budaya islami yang dimiliki NU, misalnya tahlilan, slametan, syukuran, megengan, nyekar, maulid Nabi SAW, procotan, diba’an, manaqiban, dan lain sebagainya. Tidak ada organisasi masyarakat (ormas) yang paling mampu menghormati keberadaan budaya selain Nahdlatul Ulama’.


Siapakah Orang-orang Yang Mati-matian Membela NU ?

Budaya-budaya islami warisan para leluhur, para wali, wali songo, dan kyai-kyai terdahulu sudah jelas bukan amaliyyah yang dilakukan pada zaman Rosulullah SAW dan sahabat beliau secara tekstual hadist dan sejarah. Wajar jika banyak tokoh-tokoh tekstual agama islam membid’ahkan, menyesatkan, dan mengharamkan amaliyah budaya-budaya tersebut.

Apalagi dalam dunia semodern sekarang ini, media online menjadi tempat strategis untuk melancarkan serangan terhadap NU dan budaya-budayanya yang dianggap haram. Bahkan tokoh-tokoh dan kyai-kyai NU pun menjadi korban fitnah, hujatan, pengkafiran, sesat, syiah, dan sebagainya, naudzubillah min dzalik.

Lalu, siapa orang yang paling membela NU dan para kyai NU ?. Ya kita ini, warga nahdliyyin, padahal banyak dari kita yang mungkin jarang mengikuti tahlilan, malas mengikuti diba’an dan manaqiban, sering lupa kapan tanggal maulidur rosul sedangkan tanggal kelahiran sendiri pasti ingat, dan lain sebagainya.

Ini karena amaliyah dan budaya NU senantiasa mengiringi kehidupan dalam masyarakat Nahdliyyin. Dan secara tidak langsung, amaliyah dan budaya-budaya tersebut telah mengikat kuat hati dan jiwa kita yaitu tetap Nahdlatul Ulama’.


Seberapa Pentingkah Peran Budaya Dalam Upaya Membela NU ? 

Di sini saya akan mencontohkan salah satu kehidupan teman saya di salah satu daerah Lamongan (maaf saya tidak bisa menyebutkan namanya, malu kalau dia yang membaca tulisan ini karena dia tahu blog saya), katakanlah namanya Kang Slamet. Dia dulu tidak pernah sekolah di madrasah, sekolah di negeri dan umum, dan tidak pernah belajar di pondok pesantren untuk mengaji kitab-kitab kuning yang berfaham ahlussunnah wal jamaah.

Sewaktu SMA, ketika Kang Slamet diajak diskusi tentang masalah agama, dia hanya diam dan mendengar. Namun, setelah dia merantau ke kota-kota untuk bekerja, sudah menjadi hobinya membaca buku-buku berbahasa Indonesia, khususnya buku-buku agama islam. Sedangkan buku-buku yang dia baca termasuk karya tokoh HTI. Dia bahkan lebih condong sebagai penggemar tokoh HTI dan FPI. Saat ini, jika dia diajak untuk diskusi agama islam, dia mampu menjelaskan dengan beberapa argumen dan dalil-dali dari buku-buku yang dia baca.

Meskipun demikian, Kang Slamet tetap berjiwa NU, tidak pernah sekalipun mencela amaliyah dan budaya NU. Saat mudik di desanya di Lamongan pun, dia senantiasa melakukan amaliyah NU. Mengapa demikian ? karena dia dilahirkan serta dididik dalam keluarga NU dan bersosialisasi dalam lingkungan NU. Ya, sekali lagi amaliyah dan budaya NU menguatkan hatinya, tetap Nahdlatul Ulama’.


Menurut Anda, Bagaimana Jika Amaliyah dan Budaya NU Semakin Terkikis ?

Tak bisa dipungkiri bahwa orang-orang yang paling mendukung dan membela NU adalah orang-orang yang berlatarbelakang dari keluarga NU, khususnya dari kalangan pedesaan. Hal ini dikarenakan kuatnya amaliyah dan budaya NU ada di daerah pedesaan.

Sebagaimana yang didawuhkan Gus Dur bahwa “NU, kuatnya karena budaya”, maka jika semakin waktu berjalan sedangkan amaliyah dan budaya NU semakin luntur dan terkikis, tentu saja kekuatan terbesar warga Nahdliyyin semakin memudar, wallahu a’lam, semoga Allah SWT tetap menjaga NU, budaya, dan NKRI.

Untuk itulah, bertolak dari sini, sebagai salah satu warga Nahdliyyin, mari kita tetap mempertahankan keutuhan Nahdlatul Ulama’ dengan tetap memperhatikan dan peduli terhadap amaliyah dan budayanya, kita didik anak-anak, murid, dan santri-santri tentang pentingnya memahami makna budaya. Tentu saja bukan untuk kita dan NU saja, tetapi juga untuk bangsa ini, karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang menghargai budaya-budaya leluhur. Semoga mampu memberi motivasi dan manfaat bagi umum, terima kasih.