Benarkah Makam Joko Tingkir di Pringgoboyo, Lamongan ? Begini Dawuhipun Gusdur

Benarkah Makam Joko Tingkir di Pringgoboyo, Lamongan ? Begini Dawuhipun Gusdur

Lamongan adalah kota yang dikenal sebagai Laskar Joko Tingkir, tentu saja karena sejarah Joko Tingkir juga berhubungan dengan Kota Lamongan, apalagi banyak masyarakat Lamongan juga percaya bahwa makam Joko Tingkir berada di Lamongan, tepatnya di Dusun Dukoh, Desa Pringgoboyo, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan.

Memang sudah menjadi persoalan sampai sekarang, “Di manakah makam Joko Tingkir ?”. Ada banyak versi pendapat yang mengatakan mengenai makam Joko Tingkir. Di anataranya ada yang mengatakan bahwa makam Joko Tingkir berada di Sragen, Jawa Tengah. Ada juga yang mengatakan bahwa makam Joko Tingkir ada di Lamongan, Jawa Timur. Wallahu a’lam.


Cerita Gus Dur Tentang Joko Tingkir

Alm. KH. Abdur Rahman Wachid atau lebih akrab disapa Gusdur, pernah beberapa kali berziarah ke Makam Mbah Anggungboyo atau makam Joko Tingkir di Desa Pringgoboyo, Lamongan. Dalam beberapa pitutur ceramah bentuk video yang diupload di Youtube, Gusdur juga pernah menceritakan kisah Joko Tingkir.

Memang, Gusdur sendiri tidak mengatakan bahwa makam Joko Tingkir berada di Kota Lamongan, tetapi Beliau seolah mengisyaratkan dalam pitutur ceramahnya bahwa makam Joko Tingkir berada di Lamongan, wallahu a'lam. Begini dawuh Gusdur dalam salah satu video youtube, tepatnya pada durasi sekitar 10.00 sampai 13.30 menit :


(Joko Tingkir), wali niku, yai niku…nggeh…sareng kaitane dadi rojo Sultan Hadiwajoyo wonten Pajang, diberontak’i anak angkatnya…nggeh…ten mriku anak angkate akhire ngangkat dirinya raja yang baru karena menang perang tanding, jenenge Sutowiyoyo, niku damel gelar “Panembahan Senopati Ing Ngalogo Sayyidin Panokogomo Kalipatuwah Ing Tanah Jawi”…wooh dowo rek, padakno bolak layangan, hah niku

(Joko Tingkir), beliau adalah wali, beliau adalah kyai…ya….(kisahnya) ada kaitannya (ketika beliau) menjadi raja Sultan Hadiwaijaya di (Kerajaan) Pajang, yang dihianati oleh anak angkatnya…ya…di situ anak angkatnya akhirnya mengangkat dirinya menjadi raja baru karen menang tanding, namanya Sutowijoyo, yang mendapatkan gelar “Panembahan Senopati Ing Ngalogo Sayyidin Panokogomo Kalipatuwah Ing Tanah Jawa”…wah panjangnya (gelarnya) seperti benang layangnya (Guyon Gusdur).

Patang puluh kanuragan artose kesaktian, niku piyambak’e wangsul bade ten pajang, numpak prahu keng Sumenep, melbu Bengawan Solo dadak celak mriki, ten Pucukrejo, mriku sakniki namine Pringgoboyo, kemutan ta mboten ? la nggeh, Pringgoboyo riyen niku Pulau

Empat puluh kanuragan artinya (empat puluh) kesaktian, (setelah Joko Tingkir mendapatkan 40 kesaktian itu) beliau mau pulang ke Pajang, dengan menaiki perahu dari Sumenep (Madura), kemudian masuk Sungai Bengawan Solo yang dekat dari sini (dekat dengan Gresik, Gusdur saat itu sedang berpidato di Gresik), di Pucukrejo, di situ (di desa tempat Joko Tingkir singgah) sekarang dikenal dengan nama Desa Pringgoboyo, pernah dengar atau tidak ?. La iya, Desa Pringgoboyo dulu itu adalah pulau (Desa yang dikelilingi Sungai bengawan Solo).

Joto Tingkir, Sultan Hadi Wadijoyo mampir, la ngisi toyo pados sangu, nopo namine perbekalan, dadak bengi-bengi turu ngipi gurune teko. La kon oleh kanuragan petang puluh kok rene maneh ! kon ate balik nang Pajang royok’an Keraton maneh ? gak bakal menang kon, mergo panci kanuragan seng ngunu mau gak digawe gegeran, gak digawe urusan dunyo. Mbok mondok gae’o pondok ! mulango wong akeh suwi-suwi wong kene lak pinter kabeh, belani kon, ndooh

Joko Tingkir atau Sultan Hadiwijaya mampir, untuk mengisi air mencari bekal, apa namanya perbekalan, kemudian ketika malam Beliau tidur, Beliau bermimpi didatangi oleh gurunya. (Guru Joko Tingkir menasehati), la kamu mendapatkan empat puluh kesaktian kok mau kembali lagi ! Kamu mau kembali ke Pajang untuk merebut kerajaan lagi ? kamu tidak akan menang, karena memang kesaktianmu yang seperti itu tidak untuk digunakan bertarung, tidak digunakan untuk urusan dunia. Kamu pernah mondok, hendaknya kamu membangun pondok ! ajarilah orang-orang maka orang-orang di sini akan pandai semua (pandai dalam urusan agama), kemudian mereka akan membelamu, ndoooh (guyon Gusdur)”.

Jadi jabatan itu poro hadirin-hadirat, bukan apa-apa di mata Beliau-Beliau, Sultan Hadiwijoyo manut, damel pondok ten mriku. Dadi “Sigromilir Sanggetek Sinonggo Bayul”, gethek’e disonggo bajul pakawan doso cacahipun, petang puluh iji, empat puluh ekor. Artose opo ? nek de’e mencolot melbu banyu, diuber kale bajul niku wau, dipangan entek. Artose nek de’e balik royok’an keraton nang Pajang nggeh kalah mawon kale Sutowijoyo mergi mriko damel ilmune Syetan, lak ngoten nah !”.

Jadi para hadirin-hadirat, jabatan bukan apa-apa di mata Beliau-beliau, kemudian Sultan Hadiwijaya mematuhi (nasehat gurunya), Beliau membuat pondok di sana. (Kejadian saat itu) dikenal “Sigromilir Sanggetek Sinonggo Bayul” gethek (perahu kecil yang terbuat dari bambu) itu disangga oleh buaya-buaya yang jumlahnya ada 40 ekor. Artinya apa ? kalau Beliau meloncat masuk ke air, maka akan dikejar oleh buaya-buaya itu tadi, dimakan sampai habis. Dari sini berarti jika Beliau kembali untuk merebut Kerajaan Pajang, ya pasti kalah dengan Sutowijoyo, karena dia (Sutowijoyo) menggunakan ilmu syetan, bukankah seperti itu !.

La milo niku, sakniki kito kedah niru dateng Sultan Hadiwijoyo seng akhire sareng pun mboten angsal maleh dadi sultan kale gurune, manggen ten Pringgoboyo, la niku jenenge maleh dadi Joko Tingkir, loh ngoten dongenge niku !”.

La maka dari itu, sekarang kita harus meniru kepada Sultan Hadiwijaya yang akhirnya sudah tidak boleh lagi menjadi sultan oleh gurunya, (Joko Tingkir) tinggal di Pringgoboyo, kemudian namanya berganti menjadi Joko Tingkir, loh seperti itu dongengnya (dawuh Gusdur)!.

Makam Mbah Anggungboyo, Joko Tingkir, di Desa Pringgoboyo, Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.

Tonton ceramah beliau pada video di bawah ini, tepatnya pada durasi sekitar 10 menitan :