Bangsa Indonesia Tidak Butuh Orang Pintar, Tetapi Orang Yang Bermoral
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka, namun tidak sepenuhnya kemerdekaan itu terealisasikan seutuhnya. Jika dulu bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa lain, maka sekarang bangsa Indonesia dijajah oleh bangsanya sendiri. Akuilah, saat ini kita tidak sadar bahwa kita sendirilah yang sedang menjajah bangsa ini. Bukan karena kebodohan kita karena kalah pintar dari bangsa lain, tetapi karena buruknya moral kita sebagai bangsa.
Bukan Kebodohan Yang Sedang Menjajah Bangsa Ini
Sebenarnya, bangsa Indonesia sudah banyak melahirkan generasi yang cerdas, pandai, berbakat, dan memiliki IQ tinggi. Setiap tahunnya banyak sarjana lulusan dari universitas dan perguruan tinggi dengan keahlian yang berbeda-beda, misalnya lulusan kedokteran, arsitek, hukum, teknik informatika, famasi, sains, dan lain-lain.
Kecerdasan generasi muda Indonesia juga tidak kalah dengan bangsa-bangsa lain. Mereka yang melanjutkan kuliah di universitas dan perguruan tinggi luar negeri mampu bersaing dengan baik demi mendapatkan prestasi. Selain itu, siswa-siswa Indonesia juga pernah menjuarai berbagai olimpiade tingkat internasinal.
Itu semua menunjukkan bahwa bangsa Indonesia memiliki banyak enerasi muda yang cerdas dan berbakat. Entah berapa banyak macam “gelar” yang disandang oleh orang-orang disekitar kita, profesor, doktor, dokter, insinyur, dan lain-lain.
Buruknya Moral Bangsa Inilah Yang Menjadi Penjajah Utama Saat Ini
Sungguh mengerikan jika kita melihat berita yang diterbitkan dari media masa setiap harinya, pastilah tidak luput dari kasus-kasus kriminal, seperti korupsi, KKN, tawuran, pemerkosaan, pembunuhan, pembegalan, penipuan, dan masih banyak lagi contoh-contoh kriminal yang mengerikan.
Mereka yang duduk di kursi penjabat bukanlah kumpulan orang-orang bodoh, mereka adalah orang-orang pintar dan berbakat, tetapi saja masih suka mengentit uang rakyat. Mereka yang terlibat tawuran dan pergaulan bebas bukanlah siswa-siswa yang tidak mengenal pendidikan, hanya saja mereka tidak mampu mengendalikan amarah dan nafsu.
Mereka yang melakukan tindakan asusila seperti pembunuhan, pemerkosaan, penipuan, dan lain-lainnya, bukanlah kumpulan orang-orang yang tidak pernah duduk di bangku sekolah dan bangku kuliah, mereka adalah kumpulan orang-orang yang memiliki bakat dan keahlian tertentu, mereka hanya mampu memandang diri sendiri tanpa bisa memandang orang lain.
Pendidikan Moral Berperan Penting Untuk Membangun Moral Bangsa
Kian waktu, pemerintah Indonesia memang sudah berusaha meningkatkan kualitas pendidikan agar bangsa ini menjadi bangsa yang lebih baik dan lebih berkembang lagi, karena pendidikan adalah peran utama untuk menjadikan generasi yang berkembang dan bermoral.
Namun, permasalahan utama dalam pendidikan bangsa ini bukan bagaimana mencetak generasi yang cerdas dan memiliki IQ tinggi, tetapi bagaimana mencetak generasi yang bermoral dan memiliki akhlaqul karimah, karena bangsa Indonesia saat ini sedang dilanda krisis moral.
Dan tak bisa dipungkiri lagi bahwa pendidikan yang saat ini sedang berjalan lebih terarah pada ranah kognitif dan kecerdasan. Para pelajar lebih banyak diasupi dengan berbagai macam teori pembelajaran dan menyelesaikan soal dengan metode dan media yang bermacam-macam.
Justru, praktek-praktek tentang kejujuran, tenggang rasa, persaudaraan, mementingkan orang lain, saling menolong, memupuk rasa kasih sayang, dan lain sebagainya, malah kurang menjadi perhatian. Padahal, pembelajaran seperti inilah yang mampu menggugah motivasi emosional. Jika moral sudah tak lagi penting, maka banyak orang pintar pun tak tahu
Pendidikan kognitif dan kecerdasan memang penting, tetapi pendidikan karakter dan moral jauh lebih penting, karena bangsa Indonesia saat ini lebih membutuhkan orang-orang yang bermoral dan memiliki akhlaqul karimah. Orang pintar sudah banyak ditemui di bangsa ini, sedangkan orang yang bermoral sudah semakin jarang. Ingatlah bahwa akhlaq dan moral kita mencerminkan akhlaq dan moral bangsa ini.
Tidak perlu ada yang harus disalahkan dalam situasi seperti ini, hanya saja kita harus lebih memandang dan mengoreksi diri sendiri.
Apakah kita sebagai pelajar sudah mengikat kuat dan mempraktekkan apapun pembelajaran karakter yang diberikan oleh guru ? Ataukah kita hanya lebih fokus mengejar prestasi ?
Apakah kita sebagai guru sudah mengedepankan pendidikan moral kepada para pelajar, dengan memberikan mereka penjelasan, praktek, dan sering memotivasi terhadap emosianal mereka ?
Apakah kita sebagai orang tua lebih bangga memiliki anak yang bermoral dan berakhlaql karimah ? Ataukah lebih bangga memiliki anak dengan prestasi yang memuaskan ?
Apakah kita sebagai pejabat sudah memberikan contoh yang baik dan berjuang setulus hati untuk rakyat ?
Apakah kita sebaai rakyat hanya bisa membicarakan keburukan para pejabat tanpa memulai kebaikan pada diri kita ?
Apakah kita sebagai makhluk sosial sudah mampu bergaul dengan baik dalam masyarakat ?, dan lain-lain.
Mari kita mengintropeksi diri, kemudian mari kita yakini dengan kuat bahwa moral lebih penting dari kecerdasan. Melalui akhlaq dan moral, mari kita bangun bangsa ini menjadi bangsa yang damai, aman, dan sejahtera.