3 Kewajiban Bagi Orang Yang Tidak Berpuasa Ramadhan

3 Kewajiban Bagi Orang Yang Tidak Berpuasa Ramadhan

Puasa di Bulan Ramadhan hukumnya wajib bagi setiap muslim yang sudah baligh dan berakal. Kewajiban berpuasa di Bulan Ramadhan tidak diwajibkan bagi mereka yang tidak memenuhi 3 syarat wajib tersebut (yaitu islam, baligh, dan berakal) misalnya anak kecil, orang gila, dan orang non-muslim.

Tetapi, mengingat kondisi dan keadaan setiap muslim, ada beberapa hal yang memang memaksa untuk membatalkan puasa di Bulan Ramadhan, misalnya sakit, sedang bepergian jauh, sedang hamil tua, dan lain sebagainya. Perlu diketahui bahwa islam bukan agama yang memberatkan penganutnya, jadi untuk itulah syariat islam memberikan beberapa keringanan dalam hal ini.


Kewajiban Bagi Orang Yang Tidak Berpuasa Ramadhan

Bagi orang yang membatalkan puasa atau tidak berpuasa di Bulan Ramadhan, ada beberapa hal wajib yang harus dilakukan, sebagaimana berikut ini :

1. Menggodlo’

Yaitu membayar atau mengulangi puasa Ramadhan di bulan-bulan selanjutnya sebagai ganti atas puasa yang telai ditinggalkan. Menggodlo’ wajib dilakukan bagi setiap orang muslim yang mukallaf (baligh dan berakal) yang mana dia meninggalkan puasanya, baik karena suatu udzur maupun tanpa udzur. Dalam hal ini ada beberapa contoh, seperti seperti di bawah ini :

  • Sengaja tidak berpuasa di Bulan Ramadhan, muslim yang sengaja tidak berpuasa, maka mereka diwajibkan untuk menggodlo’. 
  • Lupa, orang yang lupa tidak berpuasa atau lupa tidak melakukan niat puasa juga diwajibkan untuk menggodlo’ puasanya.
  • Wanita haidh, wanita dalam kondisi datang bulan memang diharamkan melaksanakan beberapa ibadah wajib seperti sholat, puasa, haji, menyentuh dan membaca Al-Qur’an, dan lain-lain.
  • Sakit, orang yang sakit boleh tidak berpuasa dengan syarat penyakitnya akan semakin parah jika dia berpuasa atau dia khawatir penyakitnya akan bertambah parah.
  • Musafir (orang yang sedang dalam bepergian), orang musafir boleh membatalkan puasanya ketika jarak perjalanan sudah mencapai 2 marhalah (sekitar 80 km). Keringanan ini diberikan kepada  musafir karena dikhawatirkan dia tidak mampu bertahan dalam puasanya. 
  • Murtad (keluar dari islam), muslim yang murtad pun masih diwajibkan untuk menggodlo’ puasa saat ia memeluk islam kembali. Jika dia tidak memeluk islam sampai ajal menjemput, maka dia tergolong orang yang mati dalam keadaan kafir.

Menggodlo’ puasa Bulan Ramadhan boleh dilakukan secara berturut-turut atau secara terpisah, asalkan sesuai dengan jumlah hari puasa yang ditinggalkan.

2. Membayar Fidyah

Yakni memberi makan setiap orang miskin sebanyak satu mud untuk satu hari puasa yang ditinggalkan. Ukuran 1 mud adalah ukuran untuk memuat bahan makanan sesuai daerah masing-masing seperti ukuran beras sebagai makanan pokok orang Indonesia, dan lain-lain. Adapun 1 mud, para ulama’ memperkirakan sekitar 675 gram atau 0.675 kg.

Membayar fidyah diwajibkan bagi orang muslim yang tidak berpuasa sebagaimana berikut ini :

  • Wanita yang sedang hamil  atau menyusui, yang mana dia khawatir akan kesehatan bayinya
  • Sakit tua, orang tua yang sakit yang diperkirakan tidak sembuh karena sakit menjelang ajalnya. Adapun kewajiban membayar fidyah dibebankan kepada anggota keluarganya
  • Pikun, orang tua yang telah pikun dan lupa hari-hari berpuasa juga tidak wajib berpuasa. Adapun kewajiban membayar fidyah dibebankan kepada anggota keluarganya.

3. Membayar Kafarat

Kafarat berasal dari bahasa arab yang artinya penebusan atau peleburan. Adapun membayar kafarot bisa dilakukan dengan salah satu jenis kafarot melanggar puasa Bulan Ramadhan di bawah ini :

  • Memerdekakan budak, membayar kafarot jenis ini hanya diberlakukan pada zaman dahulu karena pada zaman sekarang ini undang-undang tentang perbudakan sudah dihapus. 
  • Berpuasa selama dua bulan berturut-turut sebagai ganti puasa yang ditinggalkan 
  • Memberi makan sebanyak 60 orang miskin di mana untuk setiap orang miskin sebanyak 1 mud makanan pokok (lihat ukuran 1 mud di atas). 

Membayar fidyah diwajibkan bagi mereka yang meninggalkan puasa karena melakukan hubungan suami istri/jimak di hari puasa. Sebagaimana pada hadist Rasulullah SAW berikut ini :

جَاءَ رَجُلٌ اِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ هَلَكْتُ يَا رَسُوْلَ اللهِ قَالَ وَمَا اَهْلَكَكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى اِمْرَأَتِيْ فِيْ رَمَضَانَ قَالَ هَلْ تَجِدُ مَا تُعْتِقُ رَقَبَةً قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيْعُ اَنْ تَصُوْمَ شَهْرَيْنِ مُتَتَبِعَيْنِ قَالَ لَا قَالَ فَهَلْ تَجِدُ مَا تُطْعِمُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا قَالَ لَا ثُمَّ جَلَسَ فَأَتَي النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيْهِ تَمْرٌ فَقَالَ تَصَدَّقْ بِهَذَا فَقَالَ اَعَلَى اَفْقَرُ مِنَّا فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّي بَدَتْ اَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ اِذْهَبْ فَاطْعِمْهُ اَهْلَكَ - رواه السبعة واللفظ لمسلم

"Telah datang seseorang kepada Nabi SAW, kemudian ia berkata “Celaka aku wahai Rosulullah”. Rosulullah pun bertanya “Apa yang membuatmu celaka ?”. Orang itu berkata “Aku telah bersetubuh/menjimak istriku di bulan Ramadhan”. Rosulullah berkata “Apakah kamu mempunyai sesuatu untuk memerdekakan budak ?”. Orang itu berkata “Tidak”. Rosulullah bertanya “Apakah kamu mampu berpuasa 2 bulan berturut-turut ?”. Orang itu berkata “Tidak”. Rosulullah bertanya “Apakah kamu mempunyai sesuatu untuk memberi makan 60 orang miskin ?”. Orang itu berkata “Tidak”. Kemudian Rosulullah SAW duduk dan didatangkanlah sebuah aroq kurma (keranjang besar kurma), lalu Rosulullah berkata “Berilah sedekah dengan ini”. Kemudian orang itu bertanya “Apakah (aku harus bersedekah) kepada orang yang lebih fakir dariku ?”. Rosulullah SAW pun tersenyum sehingga nampak gigi seri beliau. Kemudian Rosulullah berkata “Pergilah, lalu berikan makan ini kepada keluargamu” (Diriwayatkan dari Imam Tujuh, dan lafadh oleh Imam Muslim)".