Gus Dur : Nasionalisme, Tidak Wajib Membangun Negara Islam

Gus Dur : Nasionalisme, Tidak Wajib Membangun Negara Islam

Dalam salah satu pengajiannya, KH. Abdurrahman Wahid atau lebih akrab disapa Gus Dur, yang juga merupakan Presiden RI ke-4, memberikan penjelasan cukup menarik mengenai jiwa nasionalisme dalam berbangsa Indonesia. Beliau menjelaskan bahwa tidaklah wajib membangun sebuah negara islam dalam kesatuan negara republik Indonesia, karena cikal bakal Indonesia dibentuk berdasarkan keragaman dan kebhinnekaan.

Pengajian itu disampaikan oleh Gus Dur pada acara maulid Nabi SAW di Pondok Pesantren Pendopo Watu Bodo, Ujungpangkah, Gresik, Jawa Timur, pada tahun 2003 silam. Dan berikut ini adalah isi pidato Gus Dur yang sudah saya rangkum pada poin-poin pentingnya saja :

“Apakah wajib bagi kaum muslimin di Indonesia mempertahankan kawasan Hindia Belanda ? Ketika itu kita dijajah oleh Hindi dan Londo yang namanya (dikenal sebagai) Hindia Belanda”.

“Apa wajib kawasan Hindia Belanda dipertahankan padahal ia diperintah oleh orang-orang non-muslim ?. Siapa non-muslimnya itu ? yaitu orang-orang Belanda”.

“Apa wajib Indonesia dipertahankan karena yang memerintah bukan orang muslim, tapi orang non-muslim ?. Jawaban ulama' yaitu seperti apa yang dikatakan Kyai Subadar tadi :

Ù‚ُÙ„ِ الْØ­َÙ‚َّ ÙˆَÙ„َÙˆْ Ùƒَانَ Ù…ُرًّا

"Katakan yang benar meskipun pahit"

"Apalagi hukumnya (mempertahankan Indonesia meskipun yang memerintah bukan orang islam) wajib ... kita tidak suka Belanda, tetapi hukumnya memang seperti itu, (yaitu) wajib. Mengapa wajib ? karena di sini dulu ada kerajaan Islam".

"Ini (mempertahankan Indonesia meskipun yang memerintah bukan orang islam) katanya Bughyatul Murtasyidin, salah satu kitab yang digunakan ulama' ..."

"Kecuali itu ... kaum muslimin di Indonesia bebas menjalankan ajaran agama mereka. Sampai saat ini, bukan hanya pemerintah, ya kaum muslimin sendiri. Saya ingin mengetahui dari Anda semua ... Anda semua melaksanakan sholat Jum'at ada undang-undangnya tidak ?. Tidak ada undang-undangnya, tetapi ketika Jum'atan berangkat sendiri, semua ditinggalkan untuk melaksanakan sholat Jum'at. Karena itulah yang dikatakan syariat, bukan undang-negara".

"Untuk itu para hadirin, tidak wajib negara itu dalam pandangan Islam, yaitu berupa negara agama. Wajib adanya negara, tetapi tidak wajib negara islam, seperti itu".

"Jadi, NU dan ulama' itu pekerjaannya ya merumuskan perkara yang benar, meskipun tidak enak (tidak cocok) untuk diri sendiri (kita). Keinginan kyai-kyai ya membuat negara Islam, tapi akhirnya ya tidak wajib karena tata cara agamanya ya seperti itu"

"PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama') itu merumuskan revolusi jihad. Negara Indonesia, jika diserang oleh orang dari luar, harus dipertahankan sebagai perintah agama, wajib hukumnya. Mati di situ, surga (tempatnya)".

"Apa artinya itu ? Indonesia kok wajib dipertahankan ? karena bukan negara agama"

"Karena ulama' itu ... ulama' itu memikirkan kepentingan bangsa dan negara, tidak kepentingan kelompok sendiri".

"Oleh karena itu para hadirin dan hadirat ... ulama' itu dikatakan menjadi orang yang paling takut kepada Gusti Allah di antara para hamba-hamba-Nya :

اِÙ†َّÙ…َا ÙŠَØ®ْØ´َÙ‰ اللّٰÙ‡َ Ù…ِÙ†ْ عِبَادِÙ‡ِ الْعُÙ„َÙ…َاءُ

"Sesungguhnya orang yang paling takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya adalah ulama'" (Al-Fatir : 28).

"Maka dari itu, ulama') selalu mempertahankan kepentingan rakyat. Kecuali itu ... (ulama') menggunakan akhlaq yang baik. Dengan apa dasarnya ? lantaran ulama' adalah pewaris para nabi"

الْعَÙ„َÙ…َاءُ ÙˆَرَØ«َØ©ُ الْاَÙ†ْبِÙŠَاءِ

"Ulama' adalah pewaris para nabi"

"La apanya yang diwariskan ? hartanya ? (tidak), karena umumnya nabi itu melarat. Ada nabi kaya, satu, yaitu Nabi Sulaiman, ketika orangnya wafat, hartanya digerogoti jin-jin, hilang semua, tidak kelihatan. Yang diwariskan bukan harta, tetapi akhlaq".

"Karena apa (Nabi SAW miskin) ? itu tanda keunggulan Nabi"

اِÙ†َّÙƒَ Ù„َعَÙ„ٰÙ‰ Ø®ُÙ„ُÙ‚ٍ عَظِÙŠْÙ…ٍ

"Sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlaq yang agung" (Al-Qaaf : 4).

"Itu Al-Qur'an yang mengatakan kok, karena itu, kita melihat, jika para ulama' itu paling benci tentang pelanggaran akhlaq. Tidak ada ceritnya pondok tawuran, sudah pernah dengar belum ? tidak ada ceritanya, (karena) dijaga akhlaqnya. Kyai-kyai meskipun tidak cocok satu dengan lainnya, tetapi tetap saja baik dhohirnya".

"Untuk itu para hadirin hadirot ... memisahkan negara dari agama itu tidak apa-apa, menurut NU, menurut para ulama'. Untuk itu, kita tidak perlu bingung-bingun jika diserang orang (dengan ucapan) : "Tidak mau membuat negara islam". Jawabannya gampang saja, orang tidak wajib kok"

"Membuat (negara islam) yang bagus, tidak membuat ya sudah. La Indonesia enaknya tidak membuat (negara islam). Mengapa ? karena banyak orang yang bermacam-macam, ada Kristen, ada Katolik, ada Budha, ada Hindu, ada Konghucu, ada bermacam-macam"

"Jadi, itu yang menjadi jumlah, yaitu sebab berdirinya negara (Indonesia), yaitu mempertahankan keragaman dan kebhinnekaan".

Tonton video di bawah pada durasi sekitar 35 menitan :