Pengertian dan Contoh Hadits Mudraj

Salah satu hadits yang tergolong ke dalam bagian hadits dhaif adalah hadits mudraj, berikut ini pengertian, contoh, dan penjelasan singkatnya :


Pengertian Hadits Mudraj (الْحَدِيْثُ الْمُدْرَجُ)

Secara bahasa, mudraj merupakan isim maf'ul dari lafadz "adraja" (اَدْرَجَ) yang berarti memasukkan, sedangkan mudraj berarti sesuatu yang dimasukkan.

Sedangkan menurut istilah dalam Kitab Mandzumah Al-Baiquni :

وَالْمُدْرَجَاتُ فِي الْحَديْثِ مَا أَتَتْ # مِنْ بَعْضِ ألْفَاظِ الرُّوَاةِ اتَّصَلَتْ

"Kemudrajan di dalam hadits adalah hadits yang datang dari sebagian lafadz para rawi yang tersambung"

Untuk menjelaskan lebih detail mengenai pengertian hadits mudraj, maka hadits mudraj sendiri terbagi menjadi 2 bagian, yaitu :


A. Hadits Mudraj Pada Matan

Pengertian mudraj matan sebagaimana dalam Kitab Minhatul Mughits Bab Hadits Mudraj adalah sebagai berikut ini :

كَلَامٌ يَذْكُرُهُ الرَّاوِى فِيْ اَوَّلِ الْحَدِيْثِ اَوْ فِيْ اَثْنَائِهِ اَوْ فِيْ اٰخِرِهِ فَيُتَوَهَّمُ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ حَقِيْقَةَ الْحَالِ اَنَّهُ مِنَ الْحَدِيْثِ وَالْوَاقِعُ اَنَّهُ لَيْسَ مِنَ الْحَدِيْثِ

"Yaitu perkataan yang disebutkan oleh seorang rawi di dalam awal, tengah, atau akhirnya, lalu orang yang tidak mengetahui hakikat keadaannya menyangka bahwa perkataan itu adalah hadits, padahal kenyataannya adalah bukan termasuk hadits".

Dari defnisi mudraj matan di atas, maka di sini terbagi menjadi 3 bagian :

1. Mudraj di Awal Matan

Contohnya adalah :

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ عَنْ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : اَسْبِغُوْا الْوُضُوْءَ وَيْلٌ لِلْاَعْقَابِ مِنَ النَّارِ

"Dari Sahabat Abu Hurairah ra, dari Rasulullah SAW : "Sempurnakanlah wudlu, celaka bagi orang yang tumit-tumitnya tidak terkena air akan masuk neraka".

Kalimat "اَسْبِغُوْا الْوُضُوْءَ" (sempurnakanlah wudlu) merupakan perkataan tambahan sendiri dari Sahabat Abu Hurairah ra, bukan dari qauliyah Nabi SAW, lihat Hadits Bukhari No. 160, Hadits Muslim No. 356.

Contoh lainnya :

بَكِّرُوْا بِالصَّلَاةِ فِي الْيَوْمِ الْغَيْمِ، فَإِنَّهُ مَنْ فَاتَتْهُ صَلَاةُ الْعَصْرِ حَبِطَ عَمَلُهُ

"Bersegeralah kalian dalam mengerjakan shalat di hari yang mendung, sebab barangsiapa kehilangan shalat ashar maka amalannya akan musnah". (HR. Ibnu Majah No. 686).

Kalimat "بَكِّرُوْا بِالصَّلَاةِ فِي الْيَوْمِ الْغَيْمِ" (bergegaslah dalam mengerjakan shalat di hari mendung) adalah perkataan Buraidah Al-Aslami, bukan qauliyah dari Nabi SAW, lihat pada Hadits An-Nasai No. 470.

2. Mudraj di Pertengahan Matan

Contohnya adalah :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهَا : كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَنَّثُ فِيْ غَارٍ حِرَاءٍ وَهُوَ التَّعَبُدُ اللَّيَالِيَ ذَوَاتِ الْعَدَدِ

"Dari Siti Aisyah ra, Nabi SAW menyepi di dalam Gua Hira', Beliau beribadah selama beberapa malam"

Kalimat "وَهُوَ التَّعَبُدُ" (Beliau beribadah) merupakan perkataan rawi, lihat perbedaan Hadits Muslim No. 231 dan Hadits Bukhari No. 4572 pada kalimat di atas.

3. Mudraj di Akhir Matan

Contohnya adalah :

لِلْعَبْدِ الْمَمْلُوْكِ الْمُصْلِحِ أَجْرَانِ، وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ، لَوْلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللهِ، وَالْحَجُّ، وَبِرُّ أُمِّي، لَأَحْبَبْتُ أَنْ أَمُوتَ وَأَنَا مَمْلُوكٌ

"Untuk hamba sahaya yang shalih baginya dua pahala. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kalaulah bukan karena (keutamaan) jihad di jalan Allah, haji dan berbuat baik kepada ibuku tentu aku lebih meyukai mati sedangkan aku sebagai seorang budak" (HR. Bukhari No. 2362).

Imam Asy-Syuyuthi mengatakan bahwa kalimat "وَالَّذِي نَفْسِيْ بِيَدِهِ ... الخ" (Demi Dzat yang jiwaku di dalam kekuasaan-Nya ... dan seterusnya) adalah perkataan Sahabat Abu Hurairah, bukan qauliyah Nabi SAW.

Bahkan Abu Thahir yang merupakan salah satu rawi hadits tersebut mengatakan bahwa Sahabat Abu Hurairah ra tidak melakukan haji kecuali setelah ibunya meninggal dunia, karena dia harus menemani ibunya, lihat pada Hadits Muslim No. 3144.


B. Hadits Mudraj Pada Sanad

Dalam Kitab Minhatul Mughits Bab Hadits Mudraj, hadits mudraj sanad terbagi menjadi 4 bentuk :

  1. Seorang golongan ahli hadits yang meriwayatkan sebuah hadits dengan sanad-sanad yang berbeda, namun seorang rawi meriwayatkan dari golongan tersebut dengan salah satu sanad tanpa menjelaskan adanya perbedaan sanad dalam hadits tersebut
  2. Seorang rawi yang meriwayatkan hadits secara sempurna dengan sanad-sanadnya, kecuali satu arah sanad saja, padahal satu arah sanad tersebut diriwayatkan dengan sanad yang lain. Lalu, rawi lain meriwayatkan hadits tersebut secara sempurna darinya dengan sanad yang pertama
  3. Seorang rawi yang meriwayatkan 2 hadits berbeda dengan 2 sanad, lalu rawi lain meriwayatkan kedua hadits itu darinya dengan salah satu sanad saja, atau rawi lain tersebut meriwayatkan salah satu hadits dengan sanad khusus dan menambahi matan lain di dalamnya, di mana matan itu bukan merupakan sanad dari hadits tersebut.
  4. Seorang rawi meriwayatkan sanad, lalu rawi lain mengatakan perkataan yang berasal dari dirinya sendiri, lalu rawi tersebut meriwayatkan perkataan itu (dari rawi lain) dengan mencampurkan pada hadits itu.

Contoh mudraj sanad pada point ke-1 :

أَيُّ الذَّنْبِ أَعْظَمُ عِنْدَ اللّٰهِ قَالَ أَنْ تَجْعَلَ لِلّٰهِ نِدًّا

"Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ?" Rasulullah SAW menjawab: "Kamu membuat tandingan bagi Allah (syirik)""(HR. Muslim No. 124, HR. Bukhari No. 4117 dan No. 4389)..

Hadits di atas diriwayatkan dari Sahabat Abdullah bin Mas'ud ra dan memiliki banyak sanad darinya, di antaranya adalah :

Washil bin Hayyan => Abi Wa'il (saudara kandung Ibnu Salamah) =>  ....  => Sahabat Ibnu Mas'ud

Al-A'masy (Sulaiman bin Mihran) => Abi Wa'il (saudara kandung Ibnu Salamah) => Abi Maisarah Amr bin Syurahbil => Sahabat Ibnu Mas'ud

Mansur bin Mu'tamir => Abi Wa'il (saudara kandung Ibnu Salamah) => Abi Maisarah Amr bin Syurahbil => Sahabat Ibnu Mas'ud

Namun dalam salah satu sanadnya yaitu riwayat Washil bin Hayyan merupakan mudraj, yang bertentangan dengan riwayat Al-A'masy dan Manshur bin Mu'tamir. Hal ini dikarenakan Abi Wa'il mendapatkan riwayat dari Abi Maisarah, bukan langsung dari Sahabat Abdullah bin Mas'ud ra.


Cara Mengetahui Hadits Mudraj

Hadits mudraj bisa diketahui dari berbagai hal, misalnya seperti berikut ini :

Cara Mengetahui Mudraj Matan

  1. Dengan cara mengetahui dari riwayat-riwayat lain (riwayat hadits yang sama) bahwa ada matan asli dan perkataan rawi yang terpisah 
  2. Adanya ketentuan dan keterangan mengenai rawi yang mudraj (yang memberikan tambahan perkataan di dalam matan hadits)
  3. Mendapatkan penjelasan dari seorang ahli hadits yang cermat dalam meneliti hadits
  4. Adanya kemustahilan bahwa sebuah perkataan di dalam suatu matan hadits memang berasal dari Nabi SAW

Cara Mengetahui Mudraj Sanad

Yaitu dengan adanya riwayat yang menjelaskan tentang riwayat-riwayat yang mudraj, di mana riwayat tersebut merupakan ringkasan atau sususan dari sebagai rawi ahli hadits mengenai kemudrajan di dalamnya.