Ruh : Pengertian, Sifat, Tempat di Badan, dan Setelah Kematian

Hal-Hal Tentang Ruh : Pengertian, Sifat, Tempat di Badan, dan Setelah Kematian

Ruh merupakan misteri dalam kehidupan setiap makhluk, hanya Allah SWT yang mengetahui hakekat. Ini bukan berarti akal tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang ruh, karena Allah SWT memberikan sedikit percikan ilmunya tentang masalah ruh, sebagaimana Allah SWT berfirman di dalam salah satu ayat-Nya :

وَيَسْأَلُوْنَكَ عَنِ الرُّوْحِ ۖ قُلِ الرُّوْحُ مِنْ أَمْرِ رَبِّيْ وَمَا أُوتِيْتُمْ مِنَ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيْلًا

"Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit"" (Al-Isra' : 85).

Ayat di atas turun ketika orang-orang Yahudi bertanya kepada Rasulullah SAW tentang ruh, ashabur raqim (para pemilik raqim, raqim adalah lempengan batu yang tertulis padanya nama-nama mereka dan nasab-nasabnya. Namun, sebagian ulama' menafsiri, raqim adalah nama anjing Ashabul Kahfi), dan tentang Raja Dzulqarnain. Lalu turunlah Surat Al-Isra' ayat 85 demi menjawab pertanyaan tentang ruh dari orang-orang Yahudi.


Pengertian Ruh

Para ualama' sendiri memiliki banyak versi dalam menjelasakan apa itu ruh, di antaranya adalah :

قِيْلَ اَّنَ الرُّوْحَ جِسْمٌ لَطِيْفٌ

"Dikatakan bahwa ruh adalah jisim (materi) yang lembut (abstrak)".

Dari pendapat ini, maka seorang muslim tidak diperbolehkan mengatakan bahwa Allah SWT mempunyai ruh. Jika Allah SWT mempunyai ruh, maka Dia pun sama dengan makhluk yaitu bertempat dan ditempati. Mustahil bagi Allah menempati atau ditempati ruang dan waktu, karena Dialah yang menciptakan ruang dan waktu.

Ada pula pendapat lain yang mengartikan ruh sebagaimana berikut :

قِيْلَ اَّنَ الرُّوْحَ عَرَصٌ وَقِيْلَ يُنْشَقُّ عَنِ الْهَوَاءِ

"Dikatakan bahwa ruh adalah sifat. Dan dikatakan ruh terpecah dari hawa/iklim".

Namun, dua pendapat ini merupakan pendapat orang-orang yang mengingkari adanya siksa kubur. Baca selengkapnya dasar tentang adanya siksa kubur : Dasar dan Dalil Tentang Adanya Nikmat dan Siksa Kubur.

Dari pengertian pertama di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa ruh adalah materi yang sangat halus dan bersifat abstrak yang menjadikan makhluk bisa bergerak dan hidup.


Sifat-Sifat Ruh

Tentu sudah jelas bahwa ruh adalah "jisim (materi)" yang "lathif (lembut)". Namun, hakekat sifat ruh bisa dilihat pada beberapa riwayat berikut :

قِيْلَ اَّنَ الرُّوْحَ لَيْسَ بِمَخْلُوْقٍ لِاَنَّهُ اَمْرُ اللّٰهِ تَعَالٰى وَاَمْرُ اللّٰهِ تَعَالٰى كَلَامٌ

"Dikatakan bahwa ruh bukanlah makhluk, karena sesungguhnya ia adalah amr (perintah) Allah Ta'ala, sedangkan amr (perintah) Allah Ta'ala adalah kalam atau firman-Nya".

وَقِيْلَ مَعْنَاهُ يَكُوْنُ رَبِيْ بِكَلِمَةِ كُنْ

"Ada pula yang mengatakan bahwa makna ruh adalah Tuhan (memerintahkan) dengan kalimat "kun" atau "jadilah"".

Catatan penting :
Dua pendapat tersebut merupakan 2 pendapat sebagian ulama' yang berpendapat bahwa ruh bukan makhluk dan bersifat qadim. Namun, pendapat ini (ruh bukan makhluk) sangat ditentang dan dikecam oleh banyak ulama', terutama ulama' ahlus sunnah wal jama'ah.

Terkait dengan pembahasan tentang "amr", maka "amr" ada 2 macam :

  1. Amr Iltizam yaitu perintah mewajibkan sebagaimana Dia memerintahkan untuk menjalankan ibadah seperti sholat, puasa, zakat, dan haji.
  2. Amr Takwin yaitu perintah mewujudkan atau menjadikan ada dengan kalimat "kun" atau "jadilah".

Adapun Amr Takwin, kita bisa melihat banyak ayat di dalam Al-Qur'an sebagaimana berikut ini :

قُلْ كُوْنُوْا حِجَارَةً أَوْ حَدِيْدًا، أَوْ خَلْقًا مِمَّا يَكْبُرُ فِيْ صُدُوْرِكُمْ

"Katakanlah: "Jadilah kamu sekalian batu atau besi, atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu"" (Al-Isra' : 50-51).

إِنَّمَا أَمْرُهُ إِذَا أَرَادَ شَيْـًٔا أَنْ يَقُوْلَ لَهُ كُنْ فَيَكُوْنُ

"Sesungguhnya keadaan kekuasaan-Nya apabila Dia menghendaki adanya sesuatu, hanyalah Dia berfirman kepada (hakikat) benda itu. "Jadilah engkau !". Maka ia terus menjadi" (Yasin : 82).

قُلْنَا يَا نَارُ كُوْنِيْ بَرْدًا وَسَلَامًا عَلٰى إِبْرَاهِيْمَ

"Kami berfirman: "Hai api menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Nabi Ibrahim"" (Al-Anbiya' : 69).


Tempat Ruh di Dalam Badan

Para ulama' sendiri berbeda pendapat mengenai keberadaan tempat ruh di dalam badan, untuk itulah di sini ada beberapa riwayat :

Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa ruh ada di dalam tempat berkumpulnya hayawat (anggota-anggota badan), tidak di dalam keseluruhan badan. Namun, tempat ruh di dalam bagian-bagian itu tidaklah tertentu. Hal ini ditunjukkan, terkadang seseorang yang mendapati banyak luka dibadannya namun dia tidak mati, sedangkan terkadang seseorang yang mendapat satu luka saja lalu dia mati, ini karena luka itu tepat mengenai tempat di mana ruh bersemayam.

Dalam riwayat lain dijelaskan bahwa ruh bertempat di seluruh badan karena kematian ada di seluruh badan, Allah SWT berfirman :

قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْ أَنْشَأَهَا أَوَّلَ مَرَّةٍ

"Katakanlah : "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama" (Yasin : 79).


Perbedaan Ruh dan Rowwan

Ruh dan Rowwan adalah satu kesatuan, hanya ada perbedaan tipis antara keduanya. Hal ini bisa dicontohkan badan dan tangan adalah satu kesatuan, tangan bisa bergerak ke arah mana-mana, sedangkan badan tidak bisa bergerak sama sekali. Demikian pula rowwan, datang dan pergi, sedangkan ruh tidak bergerak dan tetap berada di dalam badan.

Jika tempat ruh di dalam badan tidak tertentu, maka tempat rowwan ada di kedua alis. Hal ini bisa diasumsikan saat ruh keluar dari tubuh seseorang, maka tanpa diragukan ia akan meninggal dunia. Sedangkan ketika rowwan keluar dari badan seseorang, ia hanya tertidur pulas.

Perumpamaan tepat dalam hal ini yaitu seperti air yang dituangkan ke dalam sebuah mangkok dan diletakkan di dalam rumah. Mangkok itu tersinari matahari dari sebuah lubang yang ada di dalam rumah, maka pantulan sinarnya bisa saja berada di atas atap rumah, sedangkan mangkok itu tidak bergerak sama sekali dari tempatnya.

Demikianlah ruh yang ada di dalam badan, pantulan sinarnya ada di dalam Arsy, dan pantulan sinar itu adalah rowwan. Sehingga, saat seseorang sedang bermimpi sewaktu tidur, maka ia ada di Alam Malakut meskipun jasadnya ada di alam dunia.


Tempat Ruh Setelah Keluar Dari Badan

Sekali lagi bahwa ruh merupakan misteri yang hanya Allah SWT mengetahui hakekat sebenarnya, manusia hanya diberikan sedikit pengetahuan tentangnya. Nah, adapun tempat ruh setelah keluar dari badan seseorang, maka ada beberapa riwayat di sini :

Riwayat pertama, setelah ruh tercabut dan keluar dari badan seseorang, maka tempatnya ada di dalam sangkakala. Di dalam sangkakala itu terdapat banyak lubang sejumlah semua makhluk yang bernyawa yang telah diciptakan Allah SWT sampai hari kiamat. Dan di dalam sangkakala itu pula ruh mendapat nikmat dan siksa.

Riwayat kedua, ruh orang-orang mukmin setelah keluar dari dunia ada di lambung burung-burung hijau di dalam Surga Illiyin, sedangkan ruh-ruh orang-orang kafir di lambung burung-burung hitam di dalam neraka.

Riwayat ketiga, ruh orang mukmin setelah dicabut akan dibawa naik ke atas langit ketujuh oleh para malaikat romat sebagai bentuk kemuliaan dan pengagungan kepada ruh itu. Lalu terdengar suara menyeru dari arah Dzat Yang Maha Pengasih, "Tulislah ruh itu di dalam Surga Illiyyin, kemudian kembalikan ruh itu ke bumi". Para malaikat rohmat kemudian mengembalikan ruh mereka ke dalam badannya dan dibuka baginya pintu-pintu surga di dalam kuburnya. Di sana, ia melihat tempatnya di dalam surga sampai hari kiamat. Sedangkan ruh orang kafir tatkala setelah dicabut, akan dibawa naik ke atas langit dunia oleh malaikat adzab, pintu-pintu langit pun ditutup karena kedatangan ruh itu. Lalu malaikat adzab diperintah untuk mengembalikan ruh itu ke dalam tubuhnya di dalam kubur, disempitkanlah kuburnya, dan dibuka baginya pintu menuju neraka. Ia pun melihat tempat duduknya di dalam neraka sampai hari kiamat.

Riwayat Keempat, sebagian orang-orang ahli hikmah pernah ditanya tentang tempat para ruh setelah keluar dari badannya :

  • Ruh para nabi dan rasul ada di dalam Surga Adn. Ruh-ruh itu memberikan ketentraman dan ketenangan jasad-jasadnya di dalam liang lahatnya, sedangkan jasad-jasadnya dalam keadaaan bersujud kepada Allah SWT.
  • Ruh orang-orang yang mati syahid ada di dalam Surga Firdaus, di tengah surga, di dalam lambung burung-burung hijau yang terbang di dalam surga ke manapun ia mau, kemudian ia datang pada lampu yang digantungkan di Arsy.
  • Ruh anak-anak dari orang-orang islam ada di dalam lambung burung-burung pipit surga.
  • Ruh anak-anak dari orang-orang musyrik hanya berputar-putar di dalam surga, ia tidak punya tempat sampai hari kiamat. Mereka akan menjadi pelayan bagi orang-orang mukmin di dalam surga setelah hari kiamat.
  • Ruh orang-orang mukmin yang selama di hidup masih memiliki tanggungan hutang dan penaniayaan, maka ruh itu tergantung di angkasa, tak bisa sampai ke surga dan tidak pula ke langit sampai dilunasi hutang dan aniyaya itu. 
  • Ruh orang-orang islam yang berbuat dosa disiksa di dalam kubur bersama jasadnya
  • Dan ruh-ruh orang-orang kafir dan orang-orang menafiq ada di dalam Neraka Sijjin di dalam Neraka Jahannam, ditampakkan siksa baginya di waktu pagi dan petang.


Tambahan Tentang Ayat-Ayat Ruh

Memang ada beberapa kaliamt "ruh" di dalam ayat-ayat Al-Qur'an, namun tidak semuanya bermakna ruh, sebagaimana berikut ini :

نَزَلَ بِهِ الرُّوْحُ الْأَمِيْنُ

"Dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al-Amin (Malaikat Jibril)" (As-Syu'ara' : 193).

يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا

"Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf" (An-Naba' : 38).

Makna kalimat "ruh" pada Surat As-Syu'ara' dan Surat An-Naba' di atas adalah dalam bentuk manusia, ruh itu adalah malaikat yang agung, yang berdiri sendiri dalam keadaan berbaris.

Adapun Firman Allah SWT :

فَإِذَا سَوَّيْتُهُ وَنَفَخْتُ فِيْهِ مِنْ رُوْحِيْ فَقَعُوْا لَهُ سَاجِدِيْنَ

"Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniup kan kedalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud" (Al-Hijr : 29 atau Shaad : 72).

Makna ruh pada Surat Al-Hijr : 29 atau Surat Shaad : 72 di atas adalah ketika Allah menyempurnakan penciptaan Nabi Adam as dan meniupkan ruh di dalam Nabi Adam as.

Seangkan kalimat "ruhi" berfungsi sebagai Idhofah kholqin yaitu menyandarkan Aku (Pencipta) pada ruh (makhluk) sehingga menjadi "ruhi" atau "ruh-Ku". Ada pula yang berpendapat kalimat "ruhi" adalah idhofah takrim yaitu penyandaran itu sendiri berfungsi sebagai bentuk memuliakan makhluk-Nya, seperti penyandaran nama "Allah" dengan kalimat "baitun (rumah)" menjadi "baitullah (rumah Allah)" juga berfungsi untuk memuliakan.

Adapun Firman SWT :

فَنَفَخْنَا فِيْهَا مِنْ رُوْحِنَا

"Lalu Kami tiupkan ke dalam (tubuh)nya ruh dari Kami" (Al-Anbiya' : 91).

Kalimat "Ruhina" merupakan idhofah takrim seperti yang telah sudah dijelaskan di atas. Ada yang berpendapat bahwa makna ruh itu adalah Malaikat Jibril as. Ada pula berpendapat bahwa ruh itu adalah ruh Nabi Isa as karena beliau diciptakan dari tiupan Malaikat Jibril as. Dan ada pula yang berpendapat bahwa makna ruh itu adalah rohmat, seperti halnya dalam Firman Allah SWT :

وَأَيَّدَهُمْ بِرُوْحٍ مِنْهُ

"Dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya" (Al-Mujadalah : 22).

Ayat-ayat Al-Qur'an sendiri bersifat general, butuh ditafsirkan lebih spesifik, bahkan di kalangan para penafsir sendiri banyak penafsiran berbeda, namun perbedaan itu adalah ilmu. Jadi, di sinilah pentingnya mengetahui penafsiran ayat agar tidak salah kaprah dalam mengartikannya. Menafsirkan Al-Qur'an tanpa mengetahui ilmunya atau atas dasar kepentingan akal pribadi maka itu adalah dosa.

Wallahu a'lam bisshowab.

Sumber : Kitab Daqoiqul Akhbar, Bab 19
Penulis : Imam Abdur Rochim bin Ahmad Al-Qodli