Adab dan Tata Krama Murid Dalam Menuntut Ilmu

Adab dan Tata Krama Murid Dalam Menuntut Ilmu

Menuntut ilmu adalah ibadah luar biasa yang diwajibkan bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan. Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda :

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim (baik laki-laki maupun wanita)".

Nah, tujuan utama menuntut ilmu adalah untuk memperoleh ilmu yang manfaat dan memberikan berkah, baik pada dirinya dan orang lain, baik di dunianya dan akhiratnya. Untuk itulah, agar memperoleh ilmu yang berkah dan bermanfaat, maka setiap murid tentu perlu mendasarinya dengan adab dan tata krama, baik sikap maupun perkataannya.

Adapun adab dan tata krama sebagai murid maka akan dibagi ke dalam 3 bagian sebagaimana berikut ini :


A. Adab dan Tata Krama Terhadap Diri Sendiri

Adab dan tata krama yang harus diawali seorang murid adalah pada dirinya sendiri, sebagaimana seperti pada poin-poin berikut ini :

1. Pastikan Diri Memiliki Minat dan Keinginan Menuntut Ilmu

Hal pertama yang perlu dipastikan adalah minat dan keinginan menuntut ilmu. Pasalnya, faktor utama banyaknya masalah-masalah yang ditemui di kalangan para pelajar di sekolah adalah tidak adanya minat dan keinginan untuk belajar, sehingga upaya belajar sangat disepelekan. Hal ini ditunjukkan pada banyaknya kasus bolos sekolah, tidur di dalam kelas meskipun pelajaran sedang berlangsung, mengabaikan tugas, dan lain sebagainya.

Jika seseorang sudah memiliki minat dan keinginan untuk menuntut ilmu, belajar, dan menjadi pintar, maka demikian itu akan memunculkan usaha dan merupakan modal utama yang mampu mengalahkan kecerdasan. Artinya, minat dan keinginan akan memunculkan usaha untuk terus berusaha dan belajar dalam menggapai keinginan. Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ جَدَّ وَجَدَ

"Barang siapa berusaha maka ia akan menemukan"

2. Menata Niat Menuntut Ilmu Semata-mata Karena Allah SWT

Selanjutnya adalah menata niat menuntut ilmu semata-mata karena Allah SWT. Dalam salah satu haditsnya, Rasulullah SAW juga bersabda :

إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللّٰهِ وَرَسُوْلِهِ

""Sesungguhnya sempurnanya amal tergantung pada niatnya dan setiap seseorang tergantung pada apa yang dia niatkan. Maka barang siapa yang hijrahnya karena Allah dan rasul-Nya, maka hijrahnya (akan mendapatkan ridlo) pada Allah dan rasul-Nya".

Dari hadits di atas, kita akan mengetahui bahwa menuntut ilmu karena Allah SWT, akan memperoleh ridlo-Nya, kesuksesan di dunia dan di akhirat adalah balasan baginya. Meskipun jika dia tidak sukses di dunia, maka yakinlah niat tulus itu akan membawanya menuju kesuksesan di akhirat.

3. Jangan Memikirkan Hal Dalam Jangka Panjang

Dalam hadits yang merupakan potongan hadits pada poin kedua di atas, Rasulullah SAW bersabda :

فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ

"Dan barang siapa yang hijrahnya pada dunia yang ingin ia gapai atau kepada wanita yang akan ia nikahi, maka hijrahnya pada apa yang ia hijrahi (niat hijrahnya)".

Hadits tentang niat di atas sangatlah penting dalam hal ini. Jika seseorang menuntut ilmu dengan niat untuk mendapatkan kesuksesan di dunia, maka ia hanya akan mendapatkan kesuksesan di dunia saja, itu pun kalau ia memang ditakdirkan sukses karena tak ada yang tak masa depan setiap orang.

Jadi, hal yang harus dipikirkan seorang murid seorang murid (khususnya santri-santri pondok pesantren) adalah jangan memikirkan masa depan yang masih panjang, entah masa depan nanti bagaimana, apa pekerjaannya, bagaimana menjalaninya, apakah sukses hanya dengan menuntut ilmu, dan lain sebagainya.

Abaikan pikiran-pikiran semu itu, karena itu hanya akan menghalangi jalan untuk menuntut ilmu. Dengan niat tulus menuntut ilmu karena Allah SWT semata, maka yakinlah bahwa ada rencana indah yang sudah Dia persiapkan. Saat ini, yang terpenting adalah bagaimana caranya untuk menuntut ilmu dan memperoleh ilmu yang berkah dan bermanfaat, itu yang harus dilakukan.

4. Memejamkan Mata Dari Hal Yang Diharamkan Selama Perjalanan

Selama perjalanan, hendaklah seorang murid memjamkan matanya dari hal-hal yang buruk, apalagi kemaksiatan. Imam Syafi'i pernah mengadu kepada gurunya yaitu Imam Waki' tentang lemahnya hafalan, lalu beliau memberikan nasehat kepada Imam Syafi'i :

شَكَوْتُ إِلٰى وَكِيْعٍ سُوْءَ حِفْظِيْ - فَأَرْشَدَنِيْ إِلٰى تَرْكِ الْمَعَاصِى

وَأَخْبَرَنِيْ بِأَنَّ الْعِلْمَ نُوْرٌ - وَنُوْرُ اللّٰهِ لَا يُهْدَى لِلْعَاصِى

"Aku mengadu kepada Imam Waki' tentang buruknya hafalannya - Lalu beliau menunjukkanku untuk meninggalkan maksiat".

"Dan beliau memberitahuku bahwa sesungguhnya ilmu adalah cahaya - Dan cahaya Allah SWT tidaklah dihidayahkan (diberikan) kepada orang yang bermaksiat".

5. Hindari Sifat Takabbur dan Ujub

Sifat takabbur adalah sifat sombong dan sifat ujub adalah sifat membanggakan diri. Adapun sikap takabbur dan ujub di sini bisa dicontohkan sebagaimana berikut ini :

  • Merasa diri sudah pandai
  • Tak mau mempelajari materi ilmu tertentu karena merasa tidak ada manfaatnya
  • Tidak mau mempelajari materi ilmu terentu karena merasa sudah menguasainya
  • Merasa diri mulia karena memiliki nasab tinggi, misalnya anak seorang ulama atau kyai, dan lain sebagainya.
  • Sifat-sifat itulah yang justru akan menghalangi seorang murid untuk memperoleh berkah daripada suatu ilmu. Pasalnya banyak orang menganggap remeh suatu ilmu, namun justru ilmu itulah yang paling berguna di kehidupannya di masa depan.


B. Adab dan Tata Krama Kepada Guru

Selanjutnya, sebagai seorang murid yang hendak menuntut ilmu untuk memperoleh ilmu yang berkah dan manfaat, maka juga perlu memiliki adab dan tata krama kepada gurunya, di antaranya adalah :

Yakin bahwa keutamaan guru melebihi keutamaan kedua orangtua, karena guru adalah sosok yang mendidik ruh murid, sebagaimana penjelasan dalam Kitab Taisirul Khollaq, Bab Adab Muta'allim (Pelajar), karya Syekh Hafidz Hasan Al-Mas'udi yang merupakan keturunan Sahabat Ibnu Mas'ud ra.

  • Jangan menyakiti hati seorang guru, baik melalui perkataan atau sikap
  • Jangan pernah meremehkan apalagi merendahkan seorang guru, baik secara terang-terangan maupun secara samar-samar
  • Jangan pernah merasa lebih baik, sombong, dan merasa lebih menguasai materi tertentu daripada seorang guru
  • Bersikaplah dengan sikap tawadlu' (rendah hati) dan sopan santun kepada guru
  • Senantiasa bersikap ta'dhim (menghormati dan memuliakan) seorang guru
  • Berbicaralah dengan perkataan yang baik dan lemah lembut kepada guru. Jika kita orang Jawa, maka hendaklah berbicara dengan menggunakan bahasa Krama Inggil kepada guru
  • Memperhatikan penjelasan guru saat dalam proses belajar mengajar, jangan tidur dan jangan mengobrol sendiri dengan teman karena itu akan menyakiti hatinya
  • Jangan membanding-bandingkan antara kelebihan guru lain di hadapan seorang guru, tentu saja hal itu akan membuatnya kecewa dan tersakiti
  • Jangan merasa malu untuk bertanya jika ada suatu materi yang kurang dipahami
  • Jangan berlari dan bersikap sok cuek di hapapan guru, tetapi tundukkan badan saat berjalan di depan guru dan berhenti untuk mempersilahkan guru lewat terlebih dahulu
  • Saat pelajaran telah selesai, jangan mendahului guru keluar kelas, tapi tunggulah guru untuk keluar terlebih dahulu
  • Jika seorang murid duduk di suatu tempat yang cukup tinggi, sedangkan kebetulan seorang guru sedang lewat maka hendaklah ia turun dari tempat itu untuk menghormati guru
  • Awali ucapan salam atau sapaan ketika bertemu dengan guru
  • Ketika bertemu dengan guru di sekolah, hendaklah mencium tangan
  • Adab dan tata krama saat mencium tangan adalah dengan menundukkan badan, jangan mengangkat tangan guru untuk menciumnya. Begitu pula halnya, mencium tangan guru adalah meletakkan tangannya di atas hidung dan menciumnya, jangan meletakkan tangannya di pipi atau di dahi
  • Segeralah meminta maaf jika memiliki kesalahan kepada guru, baik disengaja maupun tidak disengaja. Begitu juga sebaliknya, maafkan kesalahannya meskipun ia tidak meminta maaf
  • Patuhi apapun yang diperintah guru, terlebih lagi jika mampu menerima perintah itu dengan perasaan senang
  • Jika dimarahi oleh guru karena sebuah kesalah, maka perhatikan karena hakekatnya kemarahan itu adalah nasehat untuk membuat murid menjadi lebih baik. Jangan memasukkanya di dalam hati dan dipendam dalam waktu lama
  • Jangan sekali pun membenci guru, apalagi sampai menentangnya, karena itu adalah sebab terhalanginya berkah dan kemafaatan ilmu
  • Terkadang terdapat suatu perbedaan atau faham yang berlawanan antara murid dan guru dalam suatu hal tertentu, tetapi jangan mendramatisir perbedaan itu, sehingga menghilangkan rasa hormat dan ta'dhim. Berbeda pendapat dan faham boleh saja, asal jangan sampai menghilangkan rasa hormat
  • Jangan pernah membuka keburukan dan aib guru pada orang lain
  • Jangan pernah mengganggap guru yang sudah tidak mengajar dengan istilah "mantan guru"
  • Senatiasa mendoakan guru demi memperoleh berkah ilmunya
  • Jangan pernah menghilangkan rasa hormat kepada guru kapanpun itu, meskipun si murid menjadi lebih alim dibanding gurunya karena kunci futukh (terbukanya berkah ilmu) ada pada guru, sebagaimana dawuh Habib Luthfi bin Yahya. 

Dalam sebuah khabar, dijelaskan bagaimana Sahabat Ali bin Abi Thalib ra begitu memuliakan gurunya, sehingga beliau pernah mengatakan :

اَنَا عَبْدُ مَنْ عَلَّمَنِيْ حَرْفًا وَاحِدًا، اِنْ شَاءَ بَاعَ وَاِنْ شَاءَ اَعْتَقَ وَاِنْ شَاءَ اِسْتَرَقَّ

"Aku adalah budak seseorang yang telah mengajariku satu huruf. Jika dia mau maka dia menjualku, jika dia mau maka dia memerdekakanku, dan jika dia mau maka dia tetap menjadikanku budak".


C. Adab dan Tata Krama Terhadap Teman-Temannya

Ada banyak pula adab dan tata krama kepada teman-teman seperjuangan dalam menuntut ilmu, di antaranya adalah sebagai berikut ini :

  • Hindari sifat sombong dan ujub, di mana merasa lebih baik dan lebih mulia daripada teman, baik karena keilmuannya, nasab, maupun karena harta
  • Jangan pernah meremehkan bahkan sampai menghina teman
  • Jangan menertawakan teman yang kala dia ditegur oleh guru
  • Jangan pelit dengan ilmu untuk mengajari teman yang meminta bantuan. Sebaliknya juga, jangan merasa malu untuk meminta ajari pada teman atas materi yang belum dimengerti
  • Saling menghormati dan menghargai adanya perbedaan, apapun perbedaan itu
  • Saling tolong menolong, bantu membantu, dan berbagi
  • Jadilah murid yang memiliki sifat sakho' (pemurah dan dermawan)
  • Mementingkan kepentingan teman melebihi kepentingan pribadi


D. Adab dan Tata Krama Terhadap Kitab

Selain adab dan tata krama di atas, seorang murid juga dituntut untuk memiliki adab dan tata krama terhadap kitabnya. Hal ini dikarenakan kitab merupakan wadah ilmu, sehingga hakekat beradab terhadap kitab adalah beradab terhadap ilmu. Adapun adab dan tata krama terhadap kitab, antara lain adalah :

  • Memuliakan kitab dengan meletakkannya di tempat yang lebih tinggi
  • Memuliakan kitab dengan meletakkanya pada dada ketika membawanya.
  • Jangan membawa kitab seperti menyeret barang atau menyelipkannya di saku belakang celana
  • Jangan menjadikan kitab seperti mainan, misalnya dengan melempar-lempar, memutarkannya di atas ujung jari telunjuk, dan lain sebagainya
  • Jangan menduduki kitab, menjadikannya bantal tidur, dan meletakkannya di bawah tanah
  • Jangan duduk di atas bangku atau bahkan menginjak-injak bangku, karena bangku adalah tempat kitab dan tempat untuk belajar ilmu.

Demikian Adab dan tata krama murid dalam menuntut ilmu agar memperoleh berkah dan ilmu yang bermanfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain, baik untuk kebaikan dunia dan akhiratnya, baik bagi agama, nusa, dan bangsa.