Berkah Sholawat Nabi, Meninggal Dalam Keadaan Berwajah Keledai


Dikisahkan dari Fudhail bin Iyadh, bahwa suatu hari Sufyan As-Tsauri sedang melaksanakan ibadah haji di Kota Mekkah. Pada saat itu, Sufyan As-Tsauri melihat seorang pria senantiasa melanggengkan bacaan sholawat Nabi SAW di semua tempat, baik ketika berada di Tanah Haram, ketika thawaf di Baitullah, ketika wuquf di Arafah, dan ketika mabit (bermalam) di Mina. Ya, pria itu tidak membaca kalimat dzikir lain kecuali hanya sholawat Nabi SAW.

Kemudian, Sufyan As-Tsauri mencoba untuk menasehatinya, "Wahai kisanak, setiap tempat memiliki kalimat dzikir yang berbeda. Lalu apakah gerangan yang membuatmu tidak tersibukkan dengan doa dan mengerjakan sholat kecuali kamu hanya membaca sholawat kepada Nabi Muhammad SAW ?".

Pria itu pun menjawab, "Sesungguhnya dalam masalah ini, aku memiliki sebuah kisah".

Sufyan As-Tsauri pun bertanya, "Ceritakanlah kisah itu padaku !".

Pria itu akhirnya menceritakan kisahnya kepada Sufyan As-Tsauri, dia berasal dari Khurasan untuk melaksanakan ibadah haji ke Kota Mekkah di Baitullah. (Khurasan tepatnya di wilayah timur Persia kuno sejak abad ke-3. yaitu meliputi wilayah yang kini merupakan bagian dari Iran, Afganistan, Tajikistan, Turkmenistan dan Uzbekistan, menurut informasi Wikipedia).

Dia pergi untuk melaksanakan ibadah haji bersama ayahnya. Namun, saat berada di Kota Kufah (sebuah kota di Negara Irak), ayahnya sakit dan meninggal dunia di sana.

Lekas, dia pun segera menutupi wajah ayahnya yang telah meninggal dunia dengan kain sarung. Namun, ada hal aneh yang terjadi ketika pria itu membuka tutup kain sarung tersebut, tiba-tiba wajah ayahnya berubah seperti wajah khimar (keledai).

Kejadian itu membuatnya sangat sedih dan gelisah, saking sedihnya dia malu untuk memperlihatkan pemandangan aneh pada wajah ayahnya kepada orang-orang.

Dalam hatinya, dia menagis dan berkata, "Bagaimana aku akan memperlihatkan kepada orang-orang tentang keadaan ini, sungguh ayahku telah berubah menjadi rupa seperti ini ?".

Sesaat, pria itu pun tertidur. Di dalam tidurnya, dia bermimpi bertemu dengan seorang pria yang bersinar cerah dengan mengenakan cadar, lalu pria itu membuca penutup di wajahnya dan bertanya, "Mengapa kamu sangat gelisah ?".

Dia menjawab, "Bagaimana aku tidak gelisah bersama dengan ujian ini ?".

Pria yang bersinar cerah itu pun pergi menuju ayahnya, lalu mengusap wajah ayahnya. Dia (si anak) pun turut mendekat ke ayahnya dan membuka kain sarung yang menutupi wajah ayahnya, tiba-tiba wajah yang sebelumnya seperti khimar (keledai) kembali menjadi wajah seperti sediakala bahkan bersinar bak bulan yang muncul di malam purnama.

Dia pun bertanya kepada pria yang bersinar cerah, "Siapa kamu ?".

Pria itu menjawab, "Aku adalah Al-Musthafa (Nabi yang terpilih, yaitu Nabi Muhammad SAW)".

Lalu, dia (si anak) memegang pucuk selendang Nabi SAW dan bertanya, "Ceritakanlah kepadaku kisah ayahku, mengapa dia menjadi seperti ini ?".

Nabi Muhammad SAW pun berkata, "Sesungguhnya ayahmu adalah pemakan riba. Dan berdasarkan hukum Allah SWT, sesungguhnya Allah SWT akan menjadikan bentuk dan rupa orang yang memakan riba menjadi rupa khimar (keledai), adakalanya di dunia dan adakalanya di akhirat. Namun, Allah telah menjadikan rupa khimar itu kepada ayahmu di dunia. Semasa hidup di dunia, ayahmu selalu membaca sholawat kepadaku setiap malam sebelum tidur sebanyak 100 kali. Lalu, ketika dijadikan rupa keledai ini kepada ayahmu, seorang malaikat yang bertugas menampakkan amal-amal umatku pun datang kepadaku dan menceritakan keadaan ayahmu. Lalu, aku meminta kepada Allah SWT dan Dia mengizinkanku untuk memberi syafaat (pertolongan) kepada ayahmu".

Wallahu a'lam bis showab.

Sumber : Kitab Durratun Nashihin, Majlis ke-45, Tentang Keutamaan Dzikir
Penulis : Syekh Ustman bin Hasan bin Ahmad As-Syakiri Al-Khoubawi.