Kisah 3 Orang Yang Terjebak di Dalam Goa

Kisah 3 Orang Yang Terjebak di Dalam Goa

Ada sebuah kisah menarik yang bisa kita jadikan teladan dalam kehidupan sehari-hari, di mana kisah ini terjadi pada masa sebelum umat islam ada. Kisah ini adalah kisah dari sebuah hadits Nabi SAW yang diriwayatkan oleh putra Sahabat Umar bin Khattab, yaitu Sahabat Ibnu Umar ra :

اِنْطَلَقَ ثَلاَثَةُ نَفَرٍ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَتَّى آوَاهُمُ الْمَبِيْتُ إِلَى غَارٍ فَدَخَلُوْهُ، فَانْحَدَرَتْ صَخْرةٌ مِنَ الْجَبَلِ فَسَدَّتْ عَلَيْهِمُ الْغَارَ
"Ada 3 orang yang berangkat (bepergian) yang berasal dari orang-orang sebelum kalian hingga mereka terpaksa bermalam di dalam sebuah goa, lalu mereka memasukinya. Tiba-tiba, sebuah batu besar jatuh dari gunung dan menutup goa itu".

Tiga orang tersebut terjebak di dalam goa yang terbuntu oleh batu yang sangat besar. Mereka tidak dapat keluar meskipun telah berusaha untuk mendorong batu itu agar terbuka jalan untuk keluar.

Dalam detik-detik keputuasaan itu, mereka mulai berpikir bahwa tidak ada yang mampu menyelamatkan mereka kecuali Allah SWT. Di saat itulah mereka berpikir untuk berdoa kepada Allah SWT dengan perantara amal-amal perbuatan yang telah dilakukan, yang diridloi oleh-Nya, dengan harapan Allah SWT akan menyelamatkan mereka.
فَقَالُوْا : إِنَّهُ لَا يُنْجِيْكُمْ مِنَ الصَّخْرَةِ إِلَّا أَنْ تَدْعُوا اللّٰهَ تَعَالٰى بِصَالِحِ أَعْمَالِكُمْ
"Mereka mengatakan "Sesungguhnya tidak akan menyelamatkan kalian dari batu itu kecuali kalian berdoa kepada Allah SWT melalui perantara amal-amal baik kalian".

Lalu, orang pertama pun mulai berdoa kepada Allah SWT melalui perantara amal yang telah dia lakukan dalam sebuah kisah darinya.
 قَالَ رَجُلٌ مِنهُمْ : اَللّٰهُمَّ كَانَ لِيْ أَبَوَانِ شَيْخَانِ كَبِيْرَانِ، وَكُنْتُ لَا أَغْبِقُ قَبْلَهُمَا أَهْلًا وَلَا مَالًا فَنَأَى بِيْ طَلَبُ الشَّجَرِ يَوْمًا فَلَمْ أُرِحْ عَلَيْهِمَا حَتَّى نَامَا فَحَلَبْتُ لَهُمَا غَبُوْقَهُمَا فَوَجَدْتُهُمَا نَائِمَيْنِ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُوْقِظَهُمَا وَأَنْ أَغْبِقَ قَبْلَهُمَا أَهْلًا أَوْ مَالًا، فَلَبِثْتُ وَالْقَدَحُ عَلَى يَدَىَّ أَنْتَظِرُ اسْتِيْقَاظَهُمَا حَتَّى بَرَقَ الْفَجْرُ وَالصِّبْيَةُ يَتَضَاغَوْنَ عِنْدَ قَدَمِيْ فَاسْتَيْقَظَا فَشَرِبَا غَبُوْقَهُمَا، اَللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذٰلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فَفَرِّجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ مِنْ هَذِهِ الصَّخْرَةِ
"Seseorang dari mereka berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai dua orangtua yang sudah tua dan lanjut usia. Aku tidak pernah memberi minum susu sebelum mereka berdua, baik keluarga dan tidak pula harta (budakku). Suatu hari, aku sangat jauh dalam mencari pohon (kayu), (saat pulang) aku tidak beristirahat karena mementingkan mereka berdua sampai mereka berdua tertidur. Aku pun memerah susu untuk mereka berdua, namun aku menemui mereka berdua telah tertidur, aku pun benci (tidak mau) untuk membangunkan mereka berdua dan (tidak mau) memberi minum susu sebelum mereka berdua, baik keluarga dan tidak pula harta (budakku). Aku terdiam dan wadah minum masih berada di tanganku, menunggu mereka berdua bangun sampai fajar pun terbit, sedangkan anak-anak kelaparan di telapak kakiku. Lalu mereka berdua bangun dan memminum susu. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu demi mengharapkan Dzat-Mu, maka hilangkanlah dari kami batu besar ini yang mana kami berada di dalamnya"".

Setelah orang pertama berdoa sedemikian itu, maka bergeserlah batu itu sedikit dari mulut goa, namun tetap saja mereka masih belum bisa keluar dari sana.
فَانْفَرَجَتْ شَيْئًا لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهُ
"Lalu bergeserlah sesuatu (batu itu), mereka tidak mampu untuk keluar dari goa".

Selanjutnya, orang kedua pun mulai berdoa kepada Allah SWT melalui perantara amal yang telah dia lakukan dalam sebuah kisah darinya.
قَالَ الْاَخَرُ : اَللّٰهُمَّ إِنَّهُ كَانَتْ لِيَ ابْنَةُ عَمٍّ كَانَتْ أَحَبَّ النَّاسِ إِلَيَّ (وَفِيْ رِوَايَةٍ) كُنْتُ أُحِبُّهَا كَأَشَدِّ مَا يُحِبُّ الرِّجَالُ النِّسَاءَ، فَأَرَدْتُهَا عَلَى نَفْسِهَا فَامْتَنَعَتْ مِنِّيْ حَتَّى أَلَمَّتْ بِهَا سَنَةٌ مِنَ السِّنِيْنَ فَجَاءَتْنِيْ فَأَعْطَيْتُهَا عِشْرِيْنَ وَمِائَةَ دِيْنَارٍ عَلَى أَنْ تُخَلِّيَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ نَفْسِهَا فَفَعَلَتْ، حَتَّى إِذَا قَدَرْتُ عَلَيْهَا (وَفِيْ رِوَايَةٍ) فَلَمَّا قَعَدْتُ بَيْنَ رِجْلَيْهَا، قَالَتْ : اِتَّقِ اللّٰهَ وَلَا تَفُضَّ الْخَاتَمَ إِلَّا بِحَقِّهِ، فَانْصَرَفْتُ عَنْهَا وَهِيَ أَحَبُّ النَّاسِ إِلَيَّ وَتَرَكْتُ الذَّهَبَ الَّذِيْ أَعْطَيْتُهَا، االلّٰهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ
"Orang yang lainnya berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku mempunyai anak perempuan dari paman, dia adalah orang yang paling aku cintai [dalam riwayat lain (dengan kalimat)] aku mencintainya seperti seorang pria yang sangat mencintai seorang wanita. Aku berkeinginan untuk mendapatkan dirinya lalu dia menolakku, hingga berlalu tahun dari beberapa tahun, dia pun datang padaku. Lalu aku memberinya 120 dinar untuk berkholwah (menyepi) antara aku dan dirinya, dia pun melakukannya. Sampai ketika aku telah berkuasa pada dirinya [dalam riwayat lain (dengan kalimat)] ketika aku duduk di antara kedua kakinya, dia berkata, "Takutlah kamu kepada Allah dan janganlah kamu membuka cincin kecuali dengan haknya". Lalu aku pun menyingkir darinya sedangkan dia adalan manusia yang paling aku cintai. Aku meninggalkan emas yang telah aku berikan padanya. Ya Allah, jika aku melakukan hal itu demi mengharapkan Dzat-Mu, maka hilangkanlah dari kami batu besar yang mana kami berada di dalamnya"".

Sesaat setelah orang kedua berdoa, batu itu bergeser sedikit, jalan keluar mulai terbuka lebar, namun tetap saja mereka masih belum bisa keluar dari sana.
فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ غَيْرَ أَنَّهُمْ لَا يَسْتَطِيْعُوْنَ الْخُرُوْجَ مِنْهَا
"Lalu bergeserlah batu itu, namun mereka masih tidak berkuasa untuk keluar darinya".

Yang terakhir, orang ketiga pun berdoa kepada Allah SWT dengan bertawassul dengan amal perbuatan baik yang telah dia lakukan.
وَقَالَ الثَّالِثُ : اَللّٰهُمَّ إِنِّي اسْتَأْجَرْتُ أُجَرَاءَ وَأَعْطَيْتُهُمْ أَجْرَهُمْ غَيْرَ رَجُلٍ وَاحِدٍ تَرَكَ الَّذِيْ لَهُ وَذَهَبَ فَثَمَّرْتُ أَجْرَهُ حَتَّى كَثُرَتْ مِنْهُ الْأَمْوَالُ فَجَائَنِيْ بَعْدَ حِيْنٍ فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللّٰهِ أَدِّ إِلَيَّ أَجْرِيْ، فَقُلْتُ : كُلُّ مَا تَرَى مِنْ أَجْرِكَ : مِنَ الْإِبِلِ وَالْبَقَرِ وَالْغَنَمِ وَالرَّقِيْقِ، فَقَالَ : يَا عَبْدَ اللّٰهِ لَا تَسْتَهْزِئْ بِيْ، فَقُلْتُ: لَا أَسْتَهْزِئُ بِكَ، فَأَخَذَهُ كُلَّهُ فَاسْتَاقَهُ فَلَمْ يَتْرُكْ مِنْهُ شَيْئًا، اَللّٰهُمَّ إِنْ كُنْتُ فَعَلْتُ ذَلِكَ ابْتغَاءَ وَجْهِكَ فافْرُجْ عَنَّا مَا نَحْنُ فِيْهِ
"Orang ketiga berdoa, "Ya Allah, sesungguhnya aku pernah menjadikan buruh beberapa buruh dan aku memberikan mereka upah mereka kecuali hanya seorang saja, dia meninggalkan upah baginya dan pergi. Lalu aku mengembangbuahkan upahnya sehingga harta-hartanya menjadi banyak. Dia pun datang kepadaku setelah beberapa waktu seraya berkata, "Wahai hamba Allah, berikanlah upahku kepadaku". Aku menjawab, "Semua apa yang kamu lihat adalah upahmu, termasuk unta, sapi, kambing, dan budak".  Dia berkata, "Jangan kamu bercanda padaku". Aku menjawab, "Aku tidak bercanda padamu". Lalu dia mengambil semuanya dan menggiringnya, dia pun tidak meninggalkan sepeserpun dari upahnya. Ya Allah, jika aku melaukan hal itu demi mengharap Dzat-Mu, maka hilangkanlah batu itu yang mana kami ada di dalamnya"".

Sesaat setelah orang ketiga ini berdoa, batu besar itu pun bergeser lebih lebar sehingga terbukalah pintu keluar untuk mereka bertiga.
فَانْفَرَجَتِ الصَّخْرَةُ فَخَرَجُوْا يَمْشُوْنَ
"Lalu batu besar itu bergeser, mereka pun keluar dengan keadaan sambil berjalan".

Hadits tersebut berstatus muttafaqun alain (status shahihnya telah disepakati oleh Imam Bukahri dan Imam Muslim).