Apakah Bahasa Surga Adalah Bahasa Arab ?

Apakah Bahasa Surga Adalah Bahasa Arab ?


Apakah Bahasa Surga Adalah Bahasa Arab ? - Surga merupakan tempat penuh keindahan dan kenikmatan yang telah disiapkan Allah SWT untuk hamba-hamba-Nya yang Dia kehendaki kelak di hari kiamat. Di dalam ayat-ayat suci Al-Quran, riwayat hadits, riwayat khobar, dan maqolah para ulama telah banyak dijelaskan tentang sifat-sifat surga. Namun yang jelas, surga kelak di hari kiamat jauh lebih indah dan nikmat daripada apapun yang pernah kita baca, kita dengar, dan kita bayangkan.

Berbicara tentang surga, mungkin pernah terbesit sebuah pertanyaan di dalam pikiran kita, "Apakah bahasa surga adalah Bahasa Arab ?". Perlu dicatat bahwa di dalam Al-Qur'an (secara tekstual), tidak ada penjelasan yang menjelaskan bahwa bahasa surga adalah Bahasa Arab. Namun, memang ada beberapa riwayat yang bisa kita ambil sebagai wacana dan faidah.


1. Hadits Bahasa Surga Adalah Bahasa Arab

Dari Ala' bin Amr Al-Hanafi, dari Yahya bin Yazid Al-Asy'ari, dari Ibnu Juraij, dari Atha', dari Sahabat Ibnu Abbas ra, Rasulullah SAW bersabda :

أَحِبُّوا الْعَرَبَ لِثَلَاثٍ : لِأَنِّيْ عَرَبِيٌّ وَالْقُرْآنَ عَرَبِيٌّ وَكَلَامَ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ

"Cintailah Arab karena 3 hal, yaitu karena aku (Rasulullah SAW) adalah orang arab, Al-Qur'an adalah bahasa arab, dan perkataan penghuni surga adalah bahasa arab".

Hadits ini diriwayatkan di banyak kitab seperti Imam Thabrani di dalam Kitab Al-Ausath dan Kitab Al-Mu'jam Al-Kabir, Imam Al-Hakim di Kitab Al-Mustadrak, Imam Baihaqi di dalam Kitab Syu'abul Iman, Imam Uqaili di dalam Kitab Ad-Dhu'afa', dan lain sebagainya.

Status dan Kedudukan Hadits

Beberapa ulama' ahli hadits berbeda pendapat dalam mengutarakan status dan kedudukan hadits tersebut, yang di antaranya adalah sebagaimana berikut ini :

Imam Ibnul Jauzi menengaskan bahwa hadits riwayat ini adalah hadits maudlu' (palsu). Imam Al-Albani di dalam Kitab As-Silsilah Ad-Dhaifah menjelaskan bahwa hadits ini adalah hadits maudlu' (palsu).

Di dalam Kitab Lisanul Mizan dijelaskan :

لكن أكثر الأئمة طعنوا في هذا الحديث بأنه منكر لا أصل له

"Tetapi kebanyakan para imam mencela hadits ini, bahwa hadits ini termasuk hadits munkar (bertentangan dengan riwayat yang lebih kuat) dan tidak memiliki asal".

Imam Al-Ajluni di dalam Kitab Kasyful Khafa' mengatakan :

وفي لفظ (وكلام أهل الجنة في الجنة عربي) قال فى الأصل رواه الطبرانى والحاكم والبيهقى وآخرون عن ابن عباس مرفوعا بسند فيه ضعيف جدا

"Di dalam lafadz (dan perkataan penghuni surga di dalam surga adalah bahasa arab), ia berkata dalam asalnya, hadits itu diriwayatkan Imam Thabrani, Imam Hakim, Imam Baihaqi, dan lainnya dari sahabat Ibnu Abbas secara marfu' dengan sanad yang sangat lemah (dhaif)".

Al-Hafidz Syamsuddin As-Sakhawi di dalam Kitab Al-Maqashid Al-Hasanah menjelaskan :

ما نصه رواه الطبراني في معجميه الكبير والأوسط والحاكم في مستدركه والبيهقي في الشعب وتمام في فوائده وآخرون كلهم من حديث العلاء بن عمرو الحنفي حدثنا يحيى بن يزيد الأشعري عن ابن جريج عن عطاء عن ابن عباس رضي الله عنهما رفعه بهذا وابن يزيد والراوي عنه ضعيفان وقد تفردا به كما قاله الطبراني والبيهقي ومتابعة محمد بن الفضل التي أخرجها الحاكم أيضا من جهته عن ابن جريج لا يعتد بها فابن الفضل لا يصلح للمتابعة ولا يعتبر بحديثه للاتفاق على ضعفه واتهامه بالكذب

Inti dari penjelasan Al-Hafidz Syamsuddin As-Sakhawi di atas adalah hadits di atas tersebut merupakan hadits dhaif karena ada 2 Ala' bin Amr Al-Hanafi dan Yahya bin Yazid Al-Asy'ari yang dinilai sangat dhaif. Demikian pula yang dikatakan oleh Imam Thabrani, Imam Al-Hakim, Imam Baihaqi dan imam-imam lainnya. Namun, kedhaifan hadits tersebut tidak sampai pada batas dusta dan palsu.

Imam Al-Hakim menjelaskan dalam Kitab Al-Mustadrak bahwa hadits tersebut memiliki 2 jalur. Jalur pertama adalah jalur Yahya bin Yazid dari Ibnu Juraij, sedangkan yang kedua adalah jalur Muhammad bin Fadl dari Ibnu Juraij. Lalu Imam Al-Hakim mengatakan :

حديث يحيى بن يزيد حديث صحيح، وإنما ذكرت حديث محمد بن الفضل متابعا له

"Hadits dari jalur Yahya bin Yazid adalah hadits shahih. Sesungguhnya aku menyebutkan hadits Muhammad bin Fadl karena mengikutinya".

Imam Ad-Dzahabi pun mengkritik pendapat Imam Al-Hakim dan mengatakan :

قلت : بل يحيى ضعفه أحمد وغيره، وهو من رواية العلاء بن عمرو الحنفي وليس بعمدة، وأما أبو الفضل فمتهم، وأظن الحديث موضوعا

"Aku berkata : Tetapi Yahya didhaifkan oleh Imam Ahmad dan lainnya. Hadits itu dari riwayat Ala' bin Amr Al-Hanafi dan tidak terpercaya. Adapun Abu Fadl maka ia dicurigai. Aku kira hadits itu adalah hadits maudlu' (palsu)".

Imam As-Suyuthi di dalam Kitab Al-Jami' As-Shaghir, jilid pertama, bab huruf alif, menejelaskan bahwa hadits di atas tersebut adalah hadits shahih.


2. Hadits Bahasa Surga Adalah Bahasa Arab

Al-Hafidz Syamsuddin As-Sakhawi di dalam Kitab Al-Maqashid Al-Hasanah juga menjelaskan bahwa Imam Thabrani di dalam Kitab Al-Ausath mengutip hadits lain dari riwayat Syibl bin Ala' bin Abdur Rahman, dari ayahnya, dari kakeknya, dari Sahabat Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda :

أَنَا عَرَبيٌّ وَالْقُرْآنُ عَرَبِيٌّ وَكَلَامُ أَهْلِ الْجَنَّةِ عَرَبِيٌّ

"Aku adalah orang arab, Al-Qur'an adalah bahasa arab, dan perkataan penghuni surga adalah bahasa arab".

Status dan Kedudukan Hadits

Al-Hafidz Syamsuddin As-Sakhawi menjelaskan bahwa hadits ini juga tergolong dhaif, tetapi lebih kuat daripada hadits riwayat Sahabat Ibnu Abbas di atas. Demikian pula, kedudukan riwayat ini pun terdapat perbedaan pendapat sebagaimana riwayat yang pertama di atas.


3. Hadits Bahasa Surga Adalah Bahasa Nabi Muhammad SAW

Dalam menyifati surga, Rasulullah SAW pernah bersabda dari riwayat Ibnu Abi Dunya :

يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ عَلٰى طُوْلِ أٰدَمَ سِتِّيْنَ ذِرَاعًا بِذِرَاعِ الْمَلِكِ، عَلٰى حُسْنِ يُوْسُفَ، وَعَلٰى مِيْلَادِ عِيْسٰى ثَلَاثٍ وَثَلَاثِيْنَ، وَعَلٰى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، جُرْدٌ مُرْدٌ مُكَحَّلُوْنَ

"Penghuni surga akan masuk ke dalam surga berdasarkan tingginya Nabi Adam, yaitu 60 dzira' (sekitar 30 meter) sesuai dzira malik, tampan seperti Nabi Isa, miladnya Nabi Isa (diangkatnya Nabi Isa ke langit), yaitu usia 33 tahun, dan lisan (bahasa) Nabi Muhammad SAW, (mereka) tidak berbulu, tidak berjenggot, dan bercelak".

Kalimat (جُرْدٌ) jurd adalah jamak dari (أَجْرَد) ajrad, yang artinya :

من لا شعر على بدنه

"Seseorang yang tidak memiliki bulu di badannya"

Kalimat (مُرْدٌ) murd adalah jamak dari (أَمْرَد) amrad, yang artinya :

من لا لحية له

"Seseorang yang tidak berjenggot"

Kedua kalimat di atas (جُرْدٌ) jurd dan (مُرْدٌ) murd, keduanya bisa diartikan bahwa penghuni surga dalam keadaan masih muda.

Nah, di dalam hadits di atas, disebutkan bahwa penghuni surga akan masuk ke dalam surga dalam keadaan menggunakan bahasa seperti bahasa Nabi Muhammad SAW yang mengindikasikan bahwa bahasa penghuni surga adalah Bahasa Arab.

Status dan Kedudukan Hadits

Hadits di atas diriwayatkan di banyak kitab, seperti Kitab Tafsir Ibnu Katsir, Kitab Al-Bidayah wan Nihayah, dan kitab-kitab lainnya. Bahkan Syekh Albani menyatakan bahwa hadits tersebut merupakan hadits shahih di dalam Kitab As-Silsilah As-Shahihah.


Kesimpulan Mengenai Hadits Bahasa Surga Adalah Bahasa Arab

Kualitas derajat dan kedudukan beberapa riwayat hadits di atas memang telah diperselisihkan oleh para ulama' ahli hadits, tetapi memang benar-benar ada beberapa riwayat yang menjelaskan bahwa bahasa surga adalah Bahasa Arab. Sebagian ulama sendiri juga meyakini bahwa bahasa surga adalah bahasa Arab, sedangkan sebagian lainnya lebih memilih tawaqquf dengan tidak berpendapat dan meyakini hanya Allah SWT yang mengetahuinya.

Dengan demikian, kesimpulan mengenai bahasa surga adalah Bahasa Arab sebagaimana berikut ini :

  1. Surga dan bahasanya merupakan misteri yang hanya diketahui oleh Allah SWT, mengingat banyaknya perselisihan pendapat mengenai diterima atau ditolaknya beberapa riwayat yang ada.
  2. Sebaiknya kita tidak terlalu sibuk dan tidak terlalu fokus untuk memperdebatkan apa bahasa yang akan digunakan oleh para penghuni surga kelak, karena demikian itu bukanlah yang lebih penting. Adapun yang terpenting adalah bagaimana sikap dan prilaku kita untuk senantiasa ikhlas dan beristiqamah dalam menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya, sehingga kelak Dia akan menjadikan kita sebagai penghuni surga-Nya.
  3. Beberapa riwayat di atas memiliki faidah yang besar sebagai wacana, pengetahuan, dan menambah kecintaan kita pada Bahasa Arab, bukan karena Bahasa Arab adalah bahasa surga, tetapi karena ia adalah bahasa Al-Qur'an dan bahasa Rasulullah SAW.

Wallahu a'lam bis showab.