Ketika Wanita Menjawab Dunia

Apakah Anda masih mengingat bahwa pada zaman jahiliyyah, bayi wanita yang lahir akan dibunuh hidup-hidup ?. Anda mungkin sudah mendengar tentang hal ini dari guru agama Anda ketika belajar di bangku sekolah dasar dulu. Yeah, ini benar, zaman jahiliyyah disebut zaman kebodohan bukan karena orang-orang arab pada waktu itu tergolong orang bodoh, tetapi karena akhlaq bejat, moral yang sangat buruk, dan rendahnya kualitas iman sehingga zaman tersebut dinisbatkan sebagai zaman kebodohan.

Bagi orang-orang pada zaman jahiliyyah dulu, wanita memiliki derajat yang hina, membawa aib dan juga malapetaka. Bartolak dari sinilah, budaya membunuh bayi wanita yang lahir menjadi adat yang menancap. Namun, Nabi Muhammad SAW datang sebagai seorang utusan Allah, beliau menyelamatkan dan mengankat martabat seorang wanita dan melarang keras untuk membunuh bayi wanita yang lahir. 

Beliau menunjukkan jalan yang lurus dan terang, serta memerintahkan kepada setiap orang tua untuk menyayangi anak perempuan seperti mereka menyayangi anak laki-laki. Meskipun demikian, pada zaman sekarang pun masih banyak orang yang berpendapat bahwa kaum laki-laki memilki derajat yang lebih tinggi dibanding dengan kaum wanita, ini adalah persepsi yang salah.

Dalam salah satu sabda Rasulullah SAW “Menuntut ilmu adalah wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”. Dari sabda tersebut, bisa diartikan bahwa derajat kaum laki-laki dan wanita adalah sama. Dengan demikian, kecerdasan dalam hal ilmu tidak hanya diharuskan dan didapatkan oleh laki-laki, tetapi juga oleh perempuan. Bahkan menurut penelitian bahwa kebanyakan siswa sekolah yang mendapatkan peringkat kelas adalah dari golongan wanita.

Apalagi banyak catatan sejarah yang mengisahkan kaum wanita mengungguli derajat kaum pria, seperti kisah Fatimah binti Maimin, Raden Ajeng Kartini, Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Martha Christina Tiahahu, Raden Dewi Sartika, Nyi Ageng Serang, dan lainnya. Mereka adalah tokoh-tokoh pahlawan wanita dalam sejarah yang hingga saat ini dikenang oleh bangsa Indonesia.

Pemerintah Indonesia juga sudah memberikan kesemptan bagi wanita di ruang pubik untuk memberikan kebijakan. Banyak anggota menteri dan pejabat tinggi yang berasal dari wanita, bahkan presiden ke-lima negara Indonesia adalah seorang wanita, juga pengharum nama Indonesia yang meraih kemenangan kompetisi badminton tingkat internasional salah satunya adalah seorang wanita. Tempat wanita bukan hanya di dapur, di kasur, di ruang tamu, dan semua di pasar. Wanita memiliki kesempatan untuk memperjuangkan hak dan cita-cita mereka.

Ingatlah bahwa seorang wanita juga dibebani tanggung jawab yang lebih besar daripada seorang suami. Jika tanggung jawab seorang suami adalah memberikan nafkah lahir dan batin, maka tanggung jawab seorang istri adalah menjaga keutuhan, kehormatan, harga diri, dan nama baik keluarga. Jika surga kaum wanita pada sang suami, maka kaum pria berada di telapak kaki ibu. Rasullullah SAW bersabda “Surga ada di bawah telapak kaki ibu”.

Peran seorang ibu di dalam kehidupan sangat penting bagi anak-anak dibandingkan dengan seorang ayah. Ibu menjadi faktor utama untuk membangun kepribadian moral dan tingkah laku anak. Tentu saja karena seorang ibu lebih dekat dan lebih sayang kepada anak dibandingkan seorang ayah. Maka tidak salah jika ada pepatah mengatakan “Ayah adalah orang yang membangun negara, sedangkan ibu adalah orang yang membangun bangsa”. 

Artinya, seorang ayah memberikan kebutuhan yang bersifat material bagi keluarga dan rumah tangga, dari sinilah seorang ayah membangun negara melalui generasi muda. Sedangkan seorang ibu memberikan kebutuhan yang bersifat spiritual dan jiwa, tentu saja seorang ibu membangun bangsa yang berakhlaqul karimah, bermoral tinggi, dan memiliki etika.