Sahabat Ali : Menghutangi Allah 6 Dirham Dibalas 200 Dirham

Sahabat Ali : Menghutangi Allah 6 Dirham Dibalas 200 Dirham

PelangiBlog.Com - Sahabat Ali bin Abi Tholib adalah salah satu sahabat Rosulullah SAW yang miskin tetapi beliau terkenal pandai dalam keilmuan. Tidak hanya cerdas, beliau adalah seorang yang ramah, cinta perdamaian, taat dalam beribadah dan juga seorang yang dermawan meski keadaan ekonomi yang sempit.

Sahabat Ali bin Abi Tholib bukan hanya sebagai sepupu dan sahabat tetapi juga menantu Rosulullah. Beliau menikah dengan Fatimah, putri Rosulullah SAW dan dikaruniai dua putra yaitu Hasan dan Husain. Nah, berikut inilah kisah inpiratif yang bisa kita jadikan teladan dari beliau, bagaimana beliau lebih mementingkan kebutuhan orang lain meskipun beliau sendiri dalam keadaan yang membutuhkan.

Diceritakan suatu hari sahabat Ali bin Abi Tholib pulang ke rumah setelah menemui Rosulullah SAW. Sesampai di rumah, beliau langsung memasuki rumah dan melihat Fatimah sedang duduk memintal benang sedangkan Salman Al-Farisi memilah-milah bulu wol di depan Fatimah.

Kemudian beliau bertanya kepada Fatimah “Wahai wanita yang mulia, apakah kamu mempunyai sesuatu yang dapat dimakan oleh suamimu ?”. Fatimah pun menjawab “Demi Allah, tidak ada sesuatu padaku tetapi hanya 6 keping dirham ini, Salman memberikannya kepadaku sebagai hadiah memintal benang ini, dan aku ingin membelikan makanan untuk Hasan dan Husain”. Sahabat Ali berkata “Berikanlah kepadaku lalu aku akan menaruhnya di sakuku !”. Setelah Fatimah memberikannya, sahabat Ali pun segera pergi keluar rumah untuk membeli beberapa makanan.

Di tengah perjalanan membeli makanan, sahabat Ali bertemu dengan seseorang pengemis yang sedang berdiri dengan mengharap belas kasihan sambil berkata “Siapapun saja yang mau memberikan hutang kepada Allah yang Maha Menjaga dan Maha Menepati !!!”.

Melihat lelaki lemah tak berdaya dan membutuhkan uang, Sahabat Ali bin Abi Tholib merasa kasihan, beliau mendekatinya dan memberikan 6 keping dirham tersebut kepadanya. Ya, beliau adalah orang yang lebih mementingkan urusan orang lain daripada urusan pribadi dan keluarga, dan semua itu beliau lakukan karena mengharap ridlo dan rohmat Allah yang Maha membalas kebaikan. Setelah itu, beliau pun pulang dengan tangan kosong tanpa membawa sebungkus makanan untuk dimakan kedua putranya.

Sesampainya di rumah, Fatimah yang di kala itu melihat suaminya pulang dengan tangan kosong, ia menangis atas kejadian itu. Beliau pun berkata “Wahai wanita yang mulia, apa yang menyebabkan kamu menangis ?”. Fatimah pun menjawab “Wahai sepupu Rosulullah, apa yang terjadi ? apa yang membuat kamu pulang dengan tangan hampa ?”. Beliau pun menjawab “Aku telah menghutangkan 6 keping dirham itu kepada Allah”. Mendengar demikian, Fatimah pun merasa lega dan merelakan atas tindakan yang dilakukan suaminya.

Kemudian beliau pun pergi keluar untuk menemui Rosulullah SAW. Di tengah perjalanan, sahabat Ali bertemu dengan orang a’robiy (orang dari kalangan pedesaan) yang sedang menjual unta. Orang tersebut segera menghampiri beliau dan menawarkan untanya kepada beliau “Wahai ayah Hasan, belilah unta ini dariku ?”.

Beliau berkata “Aku tidak punya sesuatu untuk membeli untamu !”. Orang itu berkata “Aku bisa menjual unta ini kepadamu dengan uang diakhir, bayarlah uangmu kapan saja kamu bisa membayarnya”. Beliau bertanya “Berapa harga unta ini ?”. Orang itu menjawab “Seratus dirham”. Akhirnya sesuai kesepakatan, beliau pun membeli unta tersebut dengan uang di akhir saat beliau bisa membayarnya.

Saat berjalan membawa unta itu, sahabat Ali bertemu dengan orang a’robiy lainnya, ia berkata kepada beliau “Wahai ayah Hasan, apakah kamu akan menjual unta itu ?”. Beliau menjawab “Ya”. Orang itu berkata “Berapa harga yang kamu tawarkan ?”. Beliau berkata “Tigaratus dirham”. Orang itu berkata “Baiklah, aku membeli untamu”. Dengan menerima 300 dirham, beliau menjual untanya dan menyerahkannya kepada orang a’robiy tersebut.

Sebelum beliau menemui Rosulullah SAW, beliau menyempatkan untuk pulang dengan membawa makanan hasil penjualan unta tersebut. Sesampai di rumah, beliau lekas memberikan beberapa makanan itu kepada Faimah. Fatimah pun tersenyum kemudian berkata “Apa ini wahai ayah Hasan ?”. Beliau pun berkata “Wahai putri Rosulullah, aku telah membeli seekor unta seharga seratus dirham dengan uang di akhir lalu aku menjualnya dengan harga tigaratus dirham secara tunai”. Fatimah pun merasa senang dan rela atas suaminya.

Sahabat Ali lekas pergi keluar rumah untuk menemui Rosulullah SAW untuk memenuhi niat yang tertunda, dimana saat itu Rosulullah SAW sedang berada di dalam masjid. Beliau pun memasuki pintu masjid sedangkan Rosulullah SAW memandang beliau dan tersenyum.

Setelah beliau mengucapkan salam, Rosulullah SAW berkata “Wahai ayah Hasan, apakah kamu mau menceritakannya kepadaku atau aku yang menceritakannya kepadamu ?”. Beliau pun berkata “Iya, Engkau saja yang menceritakannya kepadaku, wahai Rosulullah !”.

Kemudian Rosulullah SAW berkata “Apakah kamu mengetahui orang a’robiy yang menjual untanya kepadamu dan orang a’robiy yang membeli unta darimu ?”. Beliau hanya menjawab “Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui”. Rosulullah berkata “Keberuntungan besar bagimu wahai Ali, kamu memberikan hutang 6 keping dirham kepada Allah maka Allah memberimu 300 keping dirham sebagai pengganti pada setiap satu dirham adalah 50 keping dirham. Orang a’robiy yang pertama adalah Malaikat Jibril sedangkan orang a’robiy kedua adalah Malaikat Mikail”.

Demikian kisah menarik dari Sahabat Ali bin Abi Tholib, semoga kisah ini bisa membuka kesadaran hati kita, untuk lebih bersifat mengasihi terhadap sesama, apalagi terhadap orang yang lebih membutuhkan dengan mendahulukan kepentingan orang lain. Ingatlah bahwa Allah akan selalu membalas kebaikan kita lebih besar, bahkan tanpa disangka-sangka.

Sumber : Kitab Mawa’idlul Ushfuriyyah, Hadist ke 11.
Penulis : Syekh Muhammad bin Abi Bakar.

Baca juga artikel tentag shodaqoh lainnya :
Fadhilah dan Keutamaan Shodaqoh
Kisah Bahram Majusi, Penyembah Api Ini Mendapat Ridlo Allah Karena Shodaqoh
Doa dan Shodaqoh Bisa Menolong Manusia di Alam Kubur