Kisah Fudhail bin Iyadh Bertaubat Kepada Allah, Perampok Paling Ditakuti


Fudhail bin Iyadh adalah salah satu tokoh ulama’ sufi yang namanya banyak disebut-sebut dalam beberapa kajian kitab-kitab kuning salafi. Beliau adalah sosok ulama’ yang wirai, ahli beribadah, zuhud, dan arif. Nah, tulisan sederhana ini akan menceritakan bagaimana kisah seorang Fudhail bin Iyadh yang dikenal sebagai tokoh ulama’ yang arif dan ahli zuhud, yang mana sebelumnya adalah seorang perampok ternama pada zamannya.

Dikisahkan bahwa sebelum bertaubat, Fudhail bin Iyadh adalah salah satu perampok yang ternama dan ditakuti oleh banyak orang. Dia dan gerombolan kawannya beroperasi dari satu daerah menuju daerah lain untuk mendapatkan mangsa rampokan.

Pada suatu hari ketika Fudhail bin Iyadh dan gerombolan kawannya sedang beroperasi menunggu mangsa untuk mendapatkan rampokan berdasarkan informasi yang telah didapat. Sembari menunggu, dia tidur-tiduran di atas paha temannya.

Tak lama kemudian, tibalah rombongan qofilah besar yang menjadi incaran Fudhail bin Iyadh melewati daerah itu. Fudahail bin Iyadh dan gerombolan kawannya segera bangun dan bersiap-siap untuk memangsa korban rampok selanjutnya.

Rupanya, keadaan yang sunyi dan mencurigakan membuat rombongan qofilah itu menyadari bahwa mungkin perampok yang ditakuti bernama Fudhail bin Iyadh sedang mengintip-inttip di balik bayang untuk menunggu mangsa rampokan.

Rombongan qofilah itu pun sejenak terhenti, dan beberapa dari mereka berkata, “Sesungguhnya Fudhail bin Iyadh dan gerombolan kawannya sedang berada di sini, apa yang harus kita perbuat ?”.

Dalam rombongan qofilah itu ada 3 kelompok yang memberikan pendapat, “Kita akan memanah mereka, jika panah kita mengenai mereka maka kita bisa melanjutkan perjalanan. Tetapi jika panah kita tidak mengenai mereka, maka sebaiknya kita kembali”.

Pendapat tersebut pun disepakati oleh seluruh rombongan qofilah, kemudian majulah kelompok pertama menarik anak panah dan melepaskannya sambil membacakan potongan ayat Surat Al-Hadid ayat 16 :

 أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا أَنْ تَخْشَعَ قُلُوْبُهُمْ لِذِكْرِ اللّٰهِ

Artinya :
“Belumkah datang waktunya bagi orang-orang yang beriman, untuk menundukkan hati mereka mengingat Allah”.

Seketika itulah Fudhail bin Iyadh menjerit kesakitan dan tersungkur jatuh di atas tanah. Kawan-kawannya kebingungan dan mengira bawah dia terkena anak panah, namun anehnya mereka bahkan tidak menemukan anak panah di sekujur tubunya. Fudhail bin Iyadh pun berkata, “Panah Allah telah mengenai tubuhku”.

Kemudian, kelompok kedua maju, menarik anak panah dan melepaskannya sambil membaca Surat Adz-Dzariyat ayat 50 :

فَفِرُّوْا إِلَى اللهِ ۖ إِنِّيْ لَكُمْ مِّنْهُ نَذِيْرٌ مُّبِيْنٌ

Artinya :
“Maka segeralah kamu kembali kepada Allah. Sesungguhnya aku adalah orang pemberi peringatan yang nyata dari Allah bagimu”.

Seketika itulah Fudhail bin Iyadh menjerit lebih keras lagi daripada jeritan pertama. Kawan-kawannya kebingungan mencari apa yang membuatnya menjerit kesakitan padahal tidak ada bekar anak panah yang tertancap di tubuhnya. Fudhail bin Iyadh berkata, “Wahai kawan-kawanku, panah Allah telah mengenaiku”.

Kemudian, kelompok ketiga maju, menarik anak panah dan melepaskannya sambil membaca Surat Az Zumar ayat 54 :

وَأَنِيْبُوْا إِلٰى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوْا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ

Artinya :
“Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum datang adzab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi)”.

Seketika itu Fudhail bin Iyadh pun menjerit lebih keras lagi daripada jeritan sebelumnya, Sedangkan kawan-kawannya lebih bingung atas apa yang telah menimpanya.

Fudhail bin Iyadh pun gagal memangsa korban rampokan yang sudah ada di hadapan mereka. Kemudian, rombongan qofilah tersebut pun melanjutkan perjalanan dengan rasa aman.

Tak lama setelah kejadian itu, Allah SWT menurunkan hidayah di hati Fudhail bin Iyadh, sehingga ada perasaan rindu untuk bertaubat kepada Allah SWT. Fudhail bin Iyadh pun berkata kepada kawan-kawannya, “Kembalilah kamu semua, karena sesungguhnya aku telah menyesal atas apa yang telah aku perbuat. Perasaan takut kepada-Nya telah benar-benar merasuk di dalam hatiku, maka saat ini aku telah meninggalkan atas apa yang telah aku kerjakan (merampok)”.

Fudhail bin Iyadh pun akhirnya bertaubat kepada Allah SWT, dia melakukan perjalanan pergi ke Kota Mekkah. Namun, saat Fudhail bin Iyadh sampai di daerah yang dekat dengan Kota Nahrawan, di sana Raja Harun Ar-Rasyid sedang menanti kedatangannya.

Raja Harun Ar-Rasyid pun datang menemui Fudhail bin Iyadh, seraya berkata, “Wahai Fudhail, sesungguhnya aku telah bermimpi, seseorang memberitahuku dengan suara yang lantang, dia berkata bahwa Fudhail bin Iyadh telah merasa takut kepada Allah, dia memilih untuk melayani-Nya, maka jemputlah dia”.

Mendengar perkataan seorang raja besar nan terkenal itu, hati Fudhail bin Iyadh pun semakin luluh, dia menangis sambil berkata, “Wahai Tuhanku, dengan kemuliaan dan kebesaran-Mu, Engkau masih saja mencintai hamba penuh dosa yang lari dari-Mu sejak 40 tahun”.

Sejak saat itu, Fudhail bin Iyadh menghabiskan waktunya untuk terus beribadah dan bertaqwa kepada Allah SWT. Beliau menjadi waliyullah yang namanya dikenang dan disebut-sebut di berbagai tulisan dan kitab ulama’-ulama’ setelahnya. Mutiara-mutiara hikmah yang Beliau ucapkan mampu menginspirasi banyak tokoh ulama’ dan orang-orang muslim untuk menjadi hamba Allah SWT yang senantiasa bertaqwa dan berserah diri kepada-Nya.

Sumber : Kitab Mawa’idhul Ushfuriyyah, Hadist ke-31.
Penulis : Syekh Muhammad bin Abi Bakar.