Menelaah Sejarah dan Hukum Sholat Tarawih 20 Rakaat

Menelaah Sejarah dan Hukum Sholat Tarawih 20 Rakaat

Menelaah Sejarah dan Hukum Sholat Tarawih 20 Rakaat - Sholat tarawih merupakan satu-satunya sholat sunnah yang hanya dilaksanakan di Bulan Ramadhan, tepatnya pada malam hari setelah sholat Isya’.

Tarawih sendiri berasal dari kata “tarwihatun” (تَرْوِيْحَةٌ) yang artinya “istirahat”, sedangkan sholat tarawih dalam bahasa berarti sholat yang dilaksanakan dengan banyak istirahat di dalamnya, yaitu setiap 4 rakaat sekali.


Hukum Melaksanakan Sholat Tarawih Berjamaah

Dalam Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jamaah oleh KH. Ali Maksum, Pondok Pesantren Krapyak Yogjyakarta, dijelaskan bahwa para madzhab bersepakat bahwa melaksanakan sholat tarawih hukumnya adalah sunnah muakkad bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan.

Adapun jika dilakukan secara berjamaah, maka ada sedikit perbedaan pendapat. Namun, sebagian besar dari 4 madzhab menyatakan bahwa hukum sholat tarawih secara berjamaah adalah sunnah muakkad, sebagaimana berikut ini :

Menurut Syafi’i dan Hambali, melaksanakan sholat tarawih secara berjamaah adalah sunnah muakkad. Dalam salah satu maqolahnya (pendapat), Madzhab Maliki menyatakan :

الْجَمَاعَةُ فِيْهَا مَنْدُوْبٌ

Berjamaah di dalamnya (sholat tarawih) adalah anjuran (sunnah)

Sedangkan menurut Madzhab Hanafi, hukum sholat tarawih secara berjamaah adalah sunnah kifayah:

الْجَمَاعَةُ فِيْهَا سُنَّةٌ كِفَايَةٌ لِاَهْلِ الْحَيِّ فَلَوْ قَامَ بَعْضُهُمْ سَقَطَ الطَّلَبُ عَنِ الْبَاقِيْنَ

Berjamaah di dalamnya (sholat tarawih) adalah sunnah kifayah bagi penduduk hidup (penduduk kampung), kemudian jika sebagian dari mereka telah mendirikan maka gugurlah tuntutan dari selebihnya”.


Sebenarnya, Berapakah Jumlah Rakaat Sholat Tarawih ?

Di sini telah terjadi peselisihan pendapat dari kalangan ulama’ akhir zaman mengenai jumlah rakaat sholat tarawih. Dan seperti yang kita ketahui bahwa jumlah rakaat sholat tarawih di seluruh belahan dunia, khususnya di Indoensia sendiri, yang dilaksanakan dalam Bulan Ramadhan adalah 8 rakaat, 20 rakaat, dan 36 rakaat.

Untuk itulah, mari kita perlu mengetahui tentang sejarah dan dalil sunnah yang menjadi dasar pelaksanaan sholat tarawih, sehingga kita bisa menilai dengan baik siapa yang kita ikuti, siapa yang menjadi panutan, dan kemana kita merujuk amaliyah ibadah kita dalam hal ini.

1. Sejarah Sholat Tarawih Pada Masa Rasulullah SAW

Salah satu riwayat yang menyebutkan tentang sejarah sholat tarawih pada masa Rasulullah SAW adalah hadist yang diriwayatkan Siti Aisyah ra, yang menjelaskan bahwa Rasulullah SAW keluar pada tengah malam di Bulan Ramadhan.

Beliau pun melaksanakan sholat di dalam masjid dan ikutlah beberapa orang sahabat menjadi makmum. Pada keseokan harinya, para sahabat saling menceritakan, lalu mereka berkumpul di dalam masjid lebih banyak dari malam sebelumnya, mereka ikut shalat menjadi makmum bersama Rasulullah SAW.

Pada malam ketiga, masjid terpenuhi oleh para sahabat melebihi malam-malam sebelumnya, namun Rasulullah SAW tidak keluar sampai waktu shalat subuh tiba. Lalu beliau mengatakan kepada para sahabat :

اِنَّهُ لَمْ يُخَفْ عَلَى شَأْنِكُمُ اللَّيْلَةَ وَلٰكِنْ خَشِيْتُ اَنْ تُفْرَضَ عَلَيْكُمْ صَلَاةُ اللَّيْلِ فَتَعْجِزُوْا عَنْهَا

"Sesungguhnya tidaklah diringankan atas keadaan kalian pada malam ini, tetapi aku khawatir jika difardukannya sholat malam kepada kalian, maka kalian merasa lemah untuk melaksanakannya".

Hadits di atas mennyebutkan bahwa Rasulullah SAW hanya keluar selama 2 malam saja, tetapi menurut pendapat yang lebih kuat bahwa Rasulullah SAW keluar selama 3 malam.

Dalam Kitab Al-Madzahib Al-Arba'ah dijelaskan bahwa Rasulullah SAW keluar untuk melaksanakan sholat di masjid pada 3 malam yang berbeda, yaitu malam 23 Ramadhan, malam 25 Ramadhan, dan malam 27 Ramadhan. Seperti yang tertera pada hadist di atas, bahwa pada setiap malam berbeda tersebut, para sahabat semakin banyak dan semakin memenuhi masjid hingga pada malam ke tiga (malam 27 Ramadhan).

Rasulullah SAW melaksanakan sholat tarawih yang diikuti oleh para sahabat dengan jumlah 8 rakaat di masjid secara berjamaah. Namun, beliau menyempurnakannya sebanyak 20 rakaat di rumah masing-masing, begitu pula dengan para sahabat.

Hal itu diketahui dengan adanya suara rumam bacaan sholat pada masing-masing rumah yang terdengar seperti suara lebah kurma. Alasan mengapa Rasulullah SAW tidak menyempurnakan sholat menjadi 20 raka'at (hanya 8 rakaat) di masjid karena merasa kasihan dengan para sahabat.

Rasulullah SAW tidak lagi keluar (seperti pada hadist di atas) pada malam ke-empat (yaitu malam ke-29) karena merasa kasihan dan khawatir jika sholat tersebut akan diwajibkan oleh Allah SWT kepada umat beliau sehingga umat merasa terbebani. Beliau wafat sebelum menyempati Bulan Ramadhan pada tahun berikutnya [lihat Kitab Al-Madzahib Al-Arba'ah, juz 1 hal].

2. Sholat Tarawih Pada Masa Kholifah Umar bin Khattab ra

Kholifah Umar bin Khattab ra adalah sahabat yang pertama kali mensyariatkan pelaksanaan sholat tarawih secara berjamaah pada seluruh malam di Bulan Ramadhan. Dalam salah satu riwayat, beliau memerintahkan kepada Sahabat Ubay bin Ka’ab untuk mengimami jamaah sholat tarawih yang terdiri dari sahabat Anshor dan shabat Muhajirin, juga para tabi’in.

Jumlah rakaat tarawih yang dilaksanakan pada saat itu adalah 20 rakaat yang dilakukan secara berjamaah di dalam masjid. Satu pun dari golongan para sahabat dan para tabi’in tidak ada yang menolak dan melarang atas inisiatif Kholifah Umar bin Khattab ra. Justru sebaliknya, mereka semakin bersemangat dan menjalankan dengan penuh kepatuhan dan ketaatan demi memperoleh barokah dan fadhilah di Bulan yang penuh hikmah.

Dalam Kitab Al-Madzahib Al-Arba’ah dijelaskan bahwa Imam Hanafi pernah ditanya tentang tindak laku Kholifah Umar bin Khattab ra dalam mensyariatkan sholat tarawih tersebut, beliau menjawab :

التَّرَاوِيْحُ سُنَّةٌ مُؤَكَّدَةٌ، وَلَمْ يَتَخَرَّجْهُ عُمَرُ مِنْ تِلْقَاءِ نَفْسِهِ، وَلَمْ يَكُنْ فِيْهِ مُبْتَدِعاً، وَلَمْ يَأْمُرْ بِهِ إِلَّا عَنْ أَصْلِ لَدَيْهِ، وَعَهْدٍ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Sholat tarawih adalah sunnah muakkad, Sahabat Umar tidaklah mengeluarkan berdasarkan kecenderungan nafsunya, beliau tidaklah melakukan bid’ah di dalamnya (sholat tarawih 20 rakaat berjamaah), beliau tidaklah memerintahkannya kecuali berdasarkan pemikiran pokok dalam dirinya dan masa Rasulullah SAW".

Syariat sholat tarawih 20 rakaat secara berjamaah tersebut berlangsung pada masa kholifah-kholifah sesudahnya, bahkan sampai sekarang. Hal itu merupakan sebuah amal jariyah yang hingga saat ini masih dilaksanakan oleh segenap kaum muslimin. Dan oleh karena itulah, sebagai bentuk terima kasih, Sahabat Ustman bin Affan pernah berdoa pada masa kekholifahannya :

نَوَّرَ اللهُ قَبْرَ عُمَرَ كَمَا نَوَّرَ مَسَاجِدَنَا

"Semoga Allah menerangi kubur Umar sebagaimana dia telah menerangi masjid-masjid kita".

3. Sholat Tarawih Pada Masa Kholifah Umar bin Abdul Aziz ra

Pada masa Kholifah Umar Bin Abdul Aziz ra, yang mana pemerintahan beliau pada saat itu berpusat pada Kota Madinah, beliau mensyariatkan sholat tarawih berjamaah dengan jumlah 36 rakaat. Hal itu bertujuan untuk menyamai fadhilah sholat tarawih dengan sholat tarawih di Kota Mekkah. Mengapa demikian ? karena penduduk Kota Mekkah melakukan thowaf di Baitullah setiap 4 rakaat sekali (setiap istirahat) dalam sholat tarawih.

Inisiatif Kholifah Umar bin Abdul Aziz dalam mensyariatkan sholat tarawih 36 rakaat berjamaah tersebut diterima dengan baik oleh segenap kalangan, baik dari kalangan rakyat, pejabat, maupun ulama’. Ini merupakan dasar atas keabsahan ijtihad ulama’ dalam menambahkan amaliyah ibadah sunnah, khususnya sholat sunnah.

Dengan demikian, kita pun boleh menambahkan melaksanakan sholat sunnah sebanyak mungkin di waktu malam dan siang, kecuali di dalam waktu-waktu yang telah tersampaikannya larangan untuk melaksanakan sholat di dalamnya.

4. Pendapat Para Madzhab Tentang Jumlah Rakaat Sholat Tarawih

Sebenarnya, para madzhab dan para ulama’ salaf dulu mengemukakan pendapat bahwa jumlah sholat tarawih adalah 20 rakaat mengikuti Kholifah Umar bin Khattab ra dan sebagian 36 rakaat mengikuti Kholifah Umar bin Abdul Aziz.

Dalam Kitab Al-Mizan oleh Imam Sya’roni, hal 148, Imam Hanafi, Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad (Imam Hambali) ra, berpendapat bahwa jumlah sholat tarawih di Bulan Ramadhan adalah 20 rakaat. Bahkan salah satu maqolah dalam kitab tersebut, Imam Syafi’i mengatakan :

الْعِشْرُوْنَ لَهُمْ اَحَبُّ اِلَيَّ

20 rakaat bagi mereka (para sahabat) lebih dicintai bagiku (disunnahkan)”.

Sedangkan Madzhab Maliki berpendapat bahwa sholat tarawih secara berjamaah lebih utama. Dan dalam pendapat lainnya, Madzhab Maliki meengatakan bahwa jumlah sholat tarawih adalah 36 rakaat.


Kesimpulan Jumlah Rakaat Sholat Tarawih

Dari ulasan di atas, maka jelaslah dasar dan dalil tentang jumlah rakaat. Madzhab Ahlus Sunnah Wal Jamaah berpegang pada 20 rakaat mengikuti Sahabat Umar bin Khattab ra. Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadist :

عَلَيْكُمْ بِسُنَّتِيْ وَسُنَّةِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الْمَهْدِيِّيْنَ، عَضُّوْا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ

Berpegang teguhlah pada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendpaatkan petunjuk, gigitlah sunnah itu (sunnah Nabi SAW dan sunnah Khulafaur Rasyidin) dengan gigi geraham”.

Dalam hadist lain, Rasulullah SAW juga bersabda :

اِقْتَدُوْا بِاللَّذَيْنِ مِنْ بَعْدِيْ اَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ

"Ikutilah 2 orang sesudahku (setelah wafat) yaitu Abu Bakar dan Umar” [HR. Imam Ahmad, Imam Turmudzi, dan Imam Ibnu Hibban].

Dan dalam hadist lainnya, Rasulullah SAW juga bersabda :

اَصْحَابِيْ كَالنُّجُوْمِ بِاَيِّهِمْ اِقْتَدَيْتُمْ اِهْتَدَيْتَمْ

Sahabatku seperti bintang-bintang, di manapun kalian mengikuti mereka maka kalian akan mendapatkan petunjuk”.

Sedangkan Madzhab Maliki lebih cenderung melaksanakan sholat tarawih berjumlah 36 rakaat. Hal ini didasarkan pada syariat yang telah ditancapkan oleh Kholifah Umar bin Abdul Aziz ra seperti penjelasan di atas.


Sudah Jelas Dasar Sholat Tarawih 20 dan 36 Rakaat, Bagaimana Dengan Sholat Tarawih 8 Rakaat ?

Adapun pendapat yang menyatakan sholat tarawih adalah 8 rakaat, maka berikut ini ada beberapa bantahan mengenai dasar hadist yang dijadikan hujjah : Bantahan Untuk Para Pelaksana Sholat Tarawih 8 Rakaat.

Wallahu a'lam bis showab.

Sumber : Kitab Hujjah Ahlus Sunnah Wal Jama'ah, Persoalan ke-4, Sholat Tarwih
Penulis : KH. Ali Maksum, Pondok Pesantren Krapyak, Yogyakarta.