5 Kemuliaan Para Syuhada' Yang Tak Dimiliki Para Nabi

5 Kemuliaan Para Syuhada' Yang Tak Dimiliki Para Nabi

Syuhada' atau orang-orang yang mati syahid adalah orang-orang mukmin yang gugur dalam peperangan demi memperjuangkan agama Allah SWT. Mereka, para syuhada' merupakan orang-orang yang melakukan hal besar lagi mulia demi tertancapnya syiar-syiar agama islam di muka bumi. Tentu saja tiada ganjaran yang pantas didapatkan bagi para syuhada' kecuali surga Allah SWT, kelak di akhirat.

Dalam salah satu riwayat, para syuhada' mendapatkan lima kemuliaan dari Allah SWT yang mana lima kemuliaan tersebut tak diberikan kepada para nabi, bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri. Sebagaimana hal itu tercermin dalam sebuah hadist Rosulullah SAW :

اِنَّ اللّٰهَ تَعَالٰى اَكْرَمَ الشُّهَدَاءَ بِخَمسِ كَرَامَاتٍ لَمْ يُكْرِمْهَا اَحَدًا وَلَا اَنَا
"Sesungguhnya Allah Yang Maha Luhur memberikan kemuliaan kepada para syuhada' (orang-orang yang mati syahid) dengan lima kemuliaan yang mana Allah Ta'ala tidak memberikannya kepada siapapun, dan tidak juga aku".

Berikut ini 5 kemuliaan para syuhada' yang tak dimiliki oleh para nabi bahkan Nabi Muhammad SAW sendiri (lanjutan dari hadist di atas) :

Baca juga : 3 Macam Orang Yang Mati Syahid.

1. Ruh Para Syuhada' Dicabut Oleh Allah SWT Secara Langsung

اَحَدُهَا اَنَّ اَرْوَاحَ الْاَنْبِيَاءِ يُقْبِضُهَا مَلَكُ الْمَوْتِ وَاَنَا كَذٰلِكَ وَاَرْوَاحَ الشُّهَدَاءِ يُقْبِضُهَا اللّٰهُ تَعَالٰى
"Pertama, sesungguhnya ruh-ruh para nabi dicabut oleh Malaikat Maut dan aku pun demikian, sedangkan ruh-ruh para syuhada' dicabut oleh Allah Yang Maha Luhur"

Kita mengetahui bahwa setiap ruh makhluk akan dicabut oleh Malaikat Maut atau Malaikat Izrail as, meskipun ruh para nabi. Namun, tidak bagi orang-orang yang mati syahid dalam memperjuangkan agama Allah SWT, justru Allah SWT secara langsung mencabut ruh mereka. Ini merupakan kemuliaan dari Allah SWT untuk para syuhada'.

2. Jasad Para Syuhada' Tidak Wajib Dimandikan

وَالثَّانِيْ اَنَّ الْاَنْبِيَاءَ يُغْسَلُوْنَ بَعْدَ مَوْتِهِمْ وَاَنَا كَذٰلِكَ وَالشُّهَدَاءَ لَا يُغْسَلُوْنَ
"Kedua, sesungguhnya para nabi dimandikan setelah mereka wafat dan aku pun demikian, sedangkan para syuhada' tidak dimandikan".

Dalam syariat agama islam, telah ditentukan bahwa setiap muslim yang meninggal dunia, maka ia wajib dimandikan, bahkan Rosulullah SAW sendiri. Demikian pula jika kita belajar fiqih Madzhab Syafi'i dalam beberapa kitab kuning yang menyebutkan bahwa salah satu hal yang mewajibkan mandi besar (mandi janabah) adalah kematian.

Namun, hal ini tidak berlaku bagi orang-orang yang mati syahid, gugur demi memperjuangkan agama Allah SWT. Ini merupakan kemuliaan yang diberikan kepada para syuhada' yang tak dimiliki para nabi sekalipun.

3. Jasad Para Syuhada' Tidak Wajib Dikafani

وَالثَّالِثُ اَنَّ الْاَنْبِيَاءَ يُكْفَنُوْنَ وَاَنَا كَذٰلِكَ وَالشُّهَدَاءَ لَا يُكْفَنُوْنَ
"Ketiga, sesungguhnya para nabi dikafani (ketika mereka wafat) dan aku pun demikian, sedangkan para syuhada' tidak dikafani".

Kewajiban kepada muslim yang telah meninggal dunia, tidak hanya dimandikan saja tetapi juga dikafani dengan kain kafan, pria 3 kapis dan wanita 5 lapis. Namun, hal itu tidak berlaku bagi orang-orang yang gugur dalam peperangan membela agama Allah SWT. Hal tu merupakan bentuk kemulian bagi para syuhada'.

4. Para Syudaha' Adalah Ahya' (Orang-orang Yang Hidup)

وَالرَّابِعَ اَنَّ الْاَنْبِيَاءَ يُسَمَّوْنَ الْمَوْتٰى وَاَنَا كَذٰلِكَ يَقَالُ مَاتَ مُحَمَّدٌ عَلَيْهِ السَّلَامُ وَالشُّهَدَاءَ اَحْيَاءٌ لَا يُسَمَّوْنَ الْمَوْتٰى بَلْ يُقَالُ اَحْيَاءٌ
"Keempat, sesungguhnya para nabi disebut sebagai orang yang telah mati dan aku pun demikian, dikatakan "Muhammad AS. telah meninggal dunia", sedangkan para syuhada' adalah orang-orang yang hidup, tidak disebut sebagai orang-orang yang mati, tetapi disebut sebagai orang-orang yang hidup".

Kemulian selanjutnya adalah Allah SWT menyebut orang-orang yang mati syahid sebagai orang-orang yang hidup. Allah SWT tidak menyebutnya kecuali untuk para syuhada', bukan para nabi dan para rosul. Hal tersebut merupakan kemuliaan tersendiri dari Allah SWT untuk para syuhada', sebagaimana Firman-Nya :

وَلَا تَقُوْلُوْا لِمَنْ يُقْتَلُ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ أَمْوَاتٌ بَلْ أَحْيَاءٌ وَلٰكِنْ لَا تَشْعُرُوْنَ
"Dan janganlah kamu mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup, tetapi kamu tidak menyadarinya" (Al-Baqarah : 154).

5. Para Syuhada' Mendapatkan Syafaat Setiap Hari Sampai Hari Kiamat

وَالْخَامِسُ اَنَّ الْاَنْبِيَاءَ يُشْفَعُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَاَنَا كَذٰلِكَ وَالشُّهَدَاءَ يُشْفَعُوْنَ كُلَّ يَوْمٍ اِلٰى يَوْمِ الْقِيَامَةِ
"Kelima, sesungguhnya para nabi mendapatkan syafaat (dari Allah SWT) pada hari kiamat dan aku pun demikian, sedangkan para syuhada' mendapatkan syafaat setiap hari sampai hari kiamat".

Kemuliaan kelima yaitu para syuhada' mendapatkan rohmat dan syafaat dari Allah SWT setiap harinya sampai di hari kiamat. Ya, tentu ada banyak sekali riwayat lain yang menyebutkan kemulian bagi para syuhada' mulai terbebas dari siksa kubur sampai memasuki surga tanpa hisab.

Catatan Penting :
Sebaiknya, kita lebih bisa berpikir dengan bijak dalam memaknai kata "berjuang di jalan Allah SWT" atau "jihad" pada masa ini. Kita hidup di masa yang damai tanpa adanya perang, masa di mana agama islam telah tersebar di seluruh penjuru dunia dan masa di mana umat beragama saling menghormati. Jadi, adalah sebuah kebodohan dan pembodohan jika kita memaknai kata "jihad" dengan berperang di dalam masyarakat yang damai, apalagi memerangi saudara-saudara seiman kita.

Wallahu a'lam bis showab,

Sumber hadist : Kitab Daqoiqul Akhbar, Bab 21.
Penulis : Imam Abdur Rohim bin Ahmad Al-Qodli