Inilah Penderitaan Paling Berat Bagi Mayit Sebelum Dikubur


Di dalam khobar yang diriwayatkan dari Siti Aisyah ra, pada saat itu Siti Aisyah ra sedang duduk bersila di dalam rumah, tiba-tiba Rosulullah SAW datang dan masuk ke dalam rumah. Rosulullah SAW mengucapkan salam kepada istrinya. Siti Aisyah ra pun beranjak untuk berdiri sebagai penghormatan atas datangnya Rosulullah SAW sebagaimana hal itu sudah menjadi kebiasaannya ketika Rosulullah SAW masuk ke dalam rumah.

Lalu Rosulullah SAW berkata kepada Siti Aisyah ra, "Duduklah di tempatmu, tidak seharusnya kau berdiri, Wahai ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) !". Setelah itu Rosulullah SAW pun duduk dan meletakkan kepalanya di atas pangkuan Siti Aisyah ra hingga tak terasa Beliau tidur terbaring pada tengkuk Beliau.

Melihat Rosulullah SAW tertidur, Siti Aisyah ra pun mencari uban di jenggot Beliau. Ya, Siti Aisyah ra melihat 17 rambut putih di jenggot Beliau. Dalam hati, Siti Aisyah ra mulai berpikir dan berkata pada diri sendiri, "Bahwa Rosulullah SAW akan keluar (meninggal) dunia sebelum aku, lalu tersisalah umat ini tanpa nabi". Tanpa terasa, air mata Siti Aisyah ra menetes di atas pipi Rosulullah SAW dan bercucuran di atas wajah Beliau.

Rosulullah SAW pun terbangun dan bertanya, "Apa yang membuatmu menangis Wahai Ummul Mukminin ?". Siti Aisyah ra pun menceritakan sebab ia menangis kepada Rosulullah SAW.

Kemudian Rosulullah SAW bertanya, "Keadaan apa yang paling berat bagi wayit ?". Lalu Siti Aisyah ra berkata, "Engkau saja yang menjawab". Rosulullah SAW pun kembali berkata, "Tidak, kamu yang menjawab".

Akhirnya, Siti Aisyah ra pun menjawab, "Tiada keadaan yang paling berat bagi mayit melebihi waktu di mana dia keluar dari rumahnya, anak-anaknya bersedih di belakangnya sambil berkata, "aduuuh ayahku, aduuuh ibuku" dan sang ayah (mayit) berkata, "aduuuh anakku"".

Lalu Rosulullah SAW bertanya lagi, "Ini adalah sesuatu yang berat, lalu apa yang lebih berat daripada ini ?".

Siti Aisyah ra pun menjawab, "Tiada keadaan yang paling berat bagi mayit melebihi ketika dia diletakkan di dalam liang lahatnya, tanah diuruk di atas dia, kerabat-kerabat, anak-anak, dan kekasih-kekasihnya pulang meninggalkannya, dan mereka memasrahkannya kepada Allah Yang Maha Luhur bersama dengan perbuatannya. Lalu datanglah Malaikat Munkar dan Malaikat Nakir di dalam kuburnya".

Lalu Rosulullah SAW bertanya lagi, "Wahai Ummul Mukminin, apa yang lebih berat daripada ini ?". Siti Aisyah ra pun menjawab, "Allah dan Rosul-Nya lebih mengetahui".

Akhirnya, Rosulullah SAW pun menngisahkan pelajaran kepada Siti Aisyah ra, "Wahai Aisyah, sesungguhnya keadaan paling berat bagi mayit adalah ketika masuknya orang yang memandikannya ke dalam rumahnya untuk memandikannya, lalu dia (orang yang memandikan) mengeluarkan cincin jari telunjuk dari jari-jarinya (mayit), dia (orang yang memandikan) melepas pakaian pengantin dari badannya (mayit), dan dia (orang yang memandikan) melepas tiang para guru dan orang-orang ahli fiqih dari kepalanya (mayit) untuk memandikannya".

Melanjutkan riwayat di atas, berikut ini poin-poin yang merupakan hal paling berat bagi mayit sebelum dia dikubur :

Ketika Mayit Akan Dimandikan
Ketika ruh melihat tubuhnya telanjang, saat itulah ruh memanggil-manggil dengan suara yang bisa didengar semua makhluk kecuali staqolain (jin dan manusia), "Wahai orang-orang yang memandikan, aku mohon kepadamu demi Allah, untuk melepas pakaianku dengan halus karena sesungguhnya aku saat ini telah beristirahat dari (sakitnya) penarikan Malaikat Maut".

Ketika Mayit Disirami Air Secara Perlahan
Ketika mayit dimandikan dan disiram air secara perlahan, maka ruhnya pun berkata, "Wahai orang-orang yang memandikan, demi Allah jangan tuangkan airmu yang panas dan jangan jadikan airmu panas dan tidak dingin, karena sesungguhnya jasadku telah terbakar dari terlepasnya ruh".

Ketika Orang-orang Yang Memandikan Mencoba Membersihkan Kotoran Tubuh Mayit
Ketika orang-orang yang memandikan mencoba untuk menyentuh kulit si mayit untuk membersihkan kotoran-kotoran di rubuhnya, ruhnya pun berkata, "Demi Allah wahai prang-orang yang memandikan, jangan menyentuhku dengan kuat karena sesunggunya jasadku terluka sebab keluarnya ruh".

Ketika Mayit Dikafani
Setelah orang-orang yang memandikan selesai memandikan mayit, lalu mereka memakaikan kain kafan dan mengikat di tempat kedua telapak kakinya dan kepalanya, ruh mayit pun berkata, "Demi Allah wahai orang-orang yang memandikan, jangan mengikat kafan di kepalaku sampai aku melihat wajah keluarga, anak-anak, dan kerabat-kerabatku, karena sesungguhnya ini adalah akhir aku melihat mereka, aku di hari ini akan berpisah dengan mereka, dan aku tidak akan melihat mereka sampai hari kiamat".

Ketika Jenazah Dibawa Keluar Dari Rumah
Ketika mayit dikeluarkan dari rumahnya, ruhnya menyeru, "Demi Allah wahai jamaahku, jangan kalian cepat-cepat membawaku sampai aku berpamitan pada rumahku, keluargaku, kerabat-kerabatku, dan hartaku". Lalu dia menyeru lagi, "Demi Allah wahai jama'ahku, aku telah meninggalkan istriku dalam keadaan menjanda maka jangan kalian menyakitinya. Aku meninggalkan anak-anakku dalam keadaan yatim maka jangan kalian menyakiti mereka. Karena sesungguhnya aku hari ini keluar dari rumahku dan tidak akan kembali kepada mereka selamanya".

Ketika Jenazah Diletakkan Sebelum Diberangkatkan
Dan tatkala jenazahnya diletakkan (biasanya ketika melakukan penyaksian baik kepada mayit dan menyelesaikan hak-hak adami seperti hutang), ruhnya pun berkata, "Wahai jamaahku, jangan kalian cepat-cepat sampai aku mendengar suara keluarga, anak-anakku, dan kerabat-kerabatku, karena sesungguhnya aku hari ini berpisah dengan mereka sampai hari kiamat".

Ketika Para Jamaah Melangkah Membawa Jenazah Ke Kubur
Ketika jenazahnya digotong dan para jamaah melangkah 3 langkah membawanya, dia memanggil-manggil dengan suara yang bisa didengar setiap sesuatu kecuali tsaqolain (manusia dan jin), ruhnya berkata, "Wahai kekasih-kekasihku, wahai saudara-saudaraku, dan wahai anak-anakku, jangan sampai dunia menipu kalian sebagaimana dunia telah menipuku. Jangan sampai waktu mempermainkan kalian sebagaimana waktu telah mempermainkanku. Ambillah pelajaran dariku karena sesungguhnya aku telah meninggalkan harta yang telah aku kumpulkan untuk para pewarisku sedangkan mereka tidak akan menanggung kesalahanku sedikit pun dan (tidak pula menanggung) atas dunia yang mana Allah Yang Maha Luhur akan memperhitungkan amalku. Dan kalian bersenang-senang dengannya (harta) maka jangan kalian meninggalkanku".

Ketika Jenazah Disholati
Dan tatkala para jamaah menyolatinya dan sebagian keluarga dan teman-temannya kembali dari tempat sholat, dia berkata, "Demi Allah wahai saudara-saudaraku, sesungguhnya aku mengetahui bahwa wajah mayit lebih dingin daripada hawa/cuaca yang dingin di hati orang-orang yang hidup, tetapi jangan kalian kembali secepat ini".

Ketika Jenazah Diletakkan Di Sekitar Kubur
Lalu tatkala para jamaah meletakkannya di sekitar kuburnya, dia berkata, "Demi Allah wahai jamaah dan saudara-saudaraku, aku mendoakan kalian dan jangan kalian tidak mendoakanku".

Ketika Jenazah Dikubur
Lalu tatkala para jamaah meletakkanya di liang lahat, dia berkata, "Demi Allah wahai para pewarisku, tidaklah aku mengumpulkan harta yang banyak dari dunia kecuali aku meninggalkannya untuk kalian, maka ingatlah aku dengan memperbanyak kebaikan kalian (untuk dishodaqohkan untukku) dan aku telah mengajarkan kalian Al-Qur'an dan adab maka janganlah kalian lupa mendoakanku".

Catatan :
Demikian penderitaan paling berat yang dialami mayit sebelum dia dikubur dan ditinggal seorang diri di dalam kubur. Riwayat di atas merupakan riwayat yang digunakan sebagai dasar oleh sebagian besar masyarakat Jawa dalam mengurus mayit dengan cara lembut dan tidak kasar, baik ketika melepas pakaian mayit, memandikan, mengkafani, bahkan sampai meletakkan mayit di dalam liang lahat. Karena pada dasarnya ruh mayit pun masih merasakan sisa-sisa sakit akibat perihnya sakarotul maut.

Wallahu a'lam bis showab,

Sumber : Kitab Daqoiqul Akhbar, Bab 11, Penjelasan Tentang Seruan Ruh Setelah Keluar
Penulis : Imam Abdur Rochim bin Ahmad Al-Qodli

Baca juga : Hal-Hal Tentang Ruh : Pengertian, Sifat, Tempat di Badan, dan Setelah Kematian.