Adab dan Tata Krama Sebagai Guru

Adab dan Tata Krama Sebagai Guru

Guru adalah sosok yang berjasa dalam membimbing dan mendidik murid-muridnya, di mana pribadi seorang guru sangat mempengaruhi pribadi murid-muridnya, baik keilmuan, prilaku, sifat, bahkan ketakwaannya kepada Allah SWT. Untuk itulah ada beberapa hal yang perlu dilakukan sebagai seorang guru, sebagai bentuk adab dan tata kramanya :

1. Guru Harus Memiliki Pribadi Yang Baik dan Berakhlaq Mulia

Hal penting pertama yang meliputi adab dan tata krama sebagai seorang guru adalah, hendaklah ia menjadi sosok manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT, berprilaku baik, dan berakhlaq mulia. Hal ini tentu saja sangatlah penting karena hakekatnya ketaatan seorang guru kepada Allah SWT akan membawa murid-muridnya menuju ketaatan kepada Allah SWT pula, akhlaq mulia guru akan memprngaruhi akhlaq-akhlaq muridnya.

Inilah alasan mengapa para ulama' yang arif dan taat kepada Allah SWT mampu mencetak murid dan santri yang arif dan taat kepada Allah SWT. Nah, sebagai seorang guru, maka untuk memulai mendidik murid adalah dengan mendidik diri sendiri dengan menghiasi dengan prilaku yang baik dan akhlaq yang mulia.

2. Guru Harus Memiliki Niat Ikhlas dan Istiqomah

Hal selanjutnya yang harus dilakukan oleh setiap guru sebagai adab dan tata krama dalam memberi pengajaran ilmu adalah menata niat, yaitu ikhlas berjuang semata-mata karena Allah SWT. Keikhlasan inilah yang menjadi pondasi kuat dalam memperjuangkan dan mengajarkan ilmu, apapun halangan dan rintangannya.

Namun, niat ikhlas saja tidaklah cukup, harus pula disertai dengan istiqomah. Pasalnya, jika proses belajar mengajar itu diibaratkan sebuah pohon, maka ikhlas adalah ruh pohon itu sedangkan istiqomah adalah pertumbuhan pohon itu.

Dalam sebuah sekolah dan pendidikan formal, istiqomah bisa diartikan sebagai wujud nyata dalam mengajarkan ilmu secara berkala, teratur, dan continue. Istiqomah dalam kehadiran sehari-hari berarti berusaha untuk tidak membolos kecuali ada sebab yang memaksa, istiqomah dalam kehadiran jam berarti berusaha untuk tidak mengurangi jam pelajaran, dan lain sebagainya.

3. Guru Haruslah Seorang Yang Pandai dan Ahli di Bidangnya

Jika seorang guru mampu menjadi sosok yang pandai dan ahli di bidangnya, maka tentu saja apa yang dia ajarkan kepada murid-muridnya akan memudahkan mereka memahami berbagai macam persoalan dan solusi masalah dalam materi-materi yang dijelaskannya. Dengan demikian, guru yang memiliki tingkat keilmuan tinggi di bidangnya akan mampu membawa murid-muridnya menuju tingkat keilmuan tersebut.

4. Guru Harus Memiliki Kasih Sayang dan Kepedulian Besar

Dalam mengajar dan mendidik murid, guru juga dituntut untuk memiliki kasih sayang dan kepedulian besar terhadap murid-muridnya. Kasih sayang dan kepedulian ini ditunjukkan pada bagaimana ia merasa kasihan pada murid-murid yang belum mampu memahami materi, serta peduli terhadap nasib mereka yang ingin belajar dan menjadi manusia yang berilmu. Dengan demikian, akan terdorong semangat diri untuk mengajar dan mendidik mereka.

Terlebih lagi guru haruslah perlu memiliki perasaan kasihan dan peduli terhadap akhlaq-akhlaq murid-muridnya, yang didasarkan pada kekhawatiran akahlaq-akhlaq buruk murid-muridnya, apalagi sampai melawan arus syariat agama Islam. Dengan demikian, akan mendorongnya untuk senantiasa mendidik, membimbing, dan mengarahkan untuk menghiasi diri mereka dengan akhlaq-akhlaq yang mulia.

5. Guru Harus Memiliki Tanggung Jawab Dalam Melaksanakan Kewajibannya

Pastinya, ada hubungan sifat kasih sayang dan kepedulian guru terhadap tanggung jawabnya, di mana sifat kasih sayang dan kepedulian itu akan menumbuhkan rasa tanggung jawab seorang guru untuk melaksanakan kewajibannya.

Namun, perlu diketahui bahwa tanggung jawab seorang guru sangatlah besar, bukan hanya mengajarkan materi dan ilmu saja, tetapi juga mendidik akhlaq-akhlaq murid, baik ahlaq terhadap sesama, telebih lagi akhlaq kepada Allah SWT.

Nah, dengan memiki rasa tanggung jawab yang besar, tentu guru akan menyadari di mana posisinya dan seberapa besar pengaruhnya terhadap murid-muridnya, sehingga ini akan dapat menumbuhkan semangat untuk tidak menyia-nyiakan waktu dalam mengajar dan mendidik siswa. Ingatlah, bahwa nasib bangsa ada di tangan generasi muda, sedangkan guru adalah sosok yang mampu melatih generasi muda mampu menjadi generasi yang berprestasi, baik prestasi duniawi maupun prestasi ukhrawi.

6. Guru Harus Mampu Bersabar dan Bijaksana Dalam Mendidik

Menjadi seorang guru bukanlah perkara mudah seperti membayangkan melihat background dari luarnya saja. Pasalnya, mengajar dan mendidik murid membutuhkan kesabaran, ketabahan, dan kebijaksaan yang berat. Nah, adapun sifat kesabaran dan kebijaksanaan guru di sini dapat ditunjukkan di antaranya adalah :

  • Mengajar dan mendidik murid secara berkala dan istiqomah
  • Tidak seharusnya guru lebih memperhatikan siswa yang panda, tetapi berikan perhatian lebih kepada murid yang belum dapat menguasai materi
  • Tidak memaksa murid untuk menguasai materi secara instan
  • Tidak marah-marah melihat belum memahami materi, karena daya serap ilmu setiap murid itu berbeda-beda
  • Tidak seharusnya guru memaksa setiap murid untuk menguasai materinya, karena setiap murid memiliki kesenangan dan kekurangan dalam setiap materi. Bisa jadi, seorang murid lemah dalam materi tertentu tetapi sangat cakap dalam materi lainnya.
  • Jangan menyalahkan ketidaktercapaian murid dalam memahami materi, tetapi intropeksi diri apakah yang sudah diajarkan kepada murid-murid sudah benar dan tepat, baik cara penagajaran, media, dan metode
  • Tidak seharusnya guru menghakimi seorang murid yang bersalah tanpa mengetahui alasan dan penjelasan darinya.

7. Guru Hendaknya Memiliki Sifat Muru'ah

Sifat mur'ah adalah sifat tenang dan santai dalam bertindak dan mengambil keputusan, di mana sifat ini membuat pemiliknya menjadi seorang yang disegani dan berkharisma. Dengan memiliki sifat muru'ah, maka guru akan disegani oleh murid-muridnya. Nah, jika murid-muridnya segan pada gurunya, maka untuk memperoleh kepercayaan dan kepercayaan itu akan memudah murid-muridnya untuk memahami apa yang diajarkan.

Selain itu, guru yang terlalu tegas dalam pelajaran akan membuat murid-murid merasa lebih cepat bosan. Sedangkan guru yang terlalu berlebihan dalam bercanda dan humor memang disukai banyak murid karena mereka merasa tidak bosan dalam pelajaran, namun guru seperti ini akan kehilangan keseganan dari murid-muridnya, bahkan terkadang sampai diremehkan.

Sehingga, sifat muru'ah ada di tengah-tengah antara tegas dan humor, tidak terlalu tegas dan tidak terlalu humoris, tergantung bagaimana cara dia menampakkah aura kekharismaannya, baik melalui ketegasan maupun humor. Tegas sangatlah perlu agar guru tidak diremehkan, sedangkan humor di dalam kelas juga diperlukan untuk mengkondisikan keadaan dan membuat suasana lebih menyenangkan.

8. Guru Harus Memprioritaskan Akhlaq Murid Daripada Sekedar

Perlu dicatat bahwa orang yang pandai yang berilmu tinggi sudah banyak ditemukan, sedangkan orang yang berakhlaq mulia sangatlah jarang ditemukan. Sehingga, sudah seharusnya prioritas utama guru dalam mengajar adalah mendidik akhlaq murid-muridnya, bukan hanya sekedar menyampaikan ilmu dan materi saja.

9. Gurus Harus Senantiasa Mendoakan Murid

Dalam salah satu hadits, Rasulullah SAW bersabda :

الدُّعَاءُ سِÙ„َاحُ الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِ ÙˆَعِÙ…َادُ الدِّÙŠْÙ†ِ ÙˆَÙ†ُÙˆْرُ السَّÙ…ٰÙˆَاتِ ÙˆَالْØ£َرْضِ

"Doa adalah senjata orang mukmin, tiang agama, dan cahaya langit dan bumi".

Dari hadits di atas, doa adalah sebuah senjata untuk memohon kepada Allah SWT. Dalam hal ini, doa juga memiliki peran penting dalam mempengaruhi proses belajar dan mengajar. Selain itu, mendidik murid tidak hanya secara lahiriyah dengan mengajar dan menyampaikan materi, tetapi juga harus disertai dengan upaya batiniyah yaitu dengan berdoa.

Jadi, sudah seharusnya setiap guru senantiasa mendoakan murid-muridnya secara istiqomah, baik setiap sebelum dan sesudah proses belajar mengajar, maupun berdoa sendiri di rumah. Jika kita mau mencermati apa yang dilakukan oleh para kyai pondok pesantren, kebanyakan dari beliau-beliau bangun malam untuk mendokan santri-santrinya, wajar saja banyak santri alumni pondok pesantren lebih menguasai ilmu agama dan akhlaq dibanding sarjana agama alumni universitas-universitas yang terkenal.