Abdullah bin Abhar, Jin Islam Yang Menolong Rasulullah SAW

Abdullah bin Abhar, Jin Islam Yang Menolong Rasulullah SAW

Abdullah bin Abhar, Jin Islam Pembela Rasulullah SAW - Dalam sebuah riwayat khobar dijelaskan bahwa di awal-awal islam, Malaikat Jibril turun dengan membawa wahyu untuk memerintahkan Rasulullah SAW berdakwah secara terang-terangan, "Wahai Muhammad, sesungguhnya Allah SWT menyampaikan salam kepadamu dan memerintahkanmu untuk mengajak manusia pada agama islam".

Baca juga : Kisah Jin Merasuki Berhala di Masa Rasulullah SAW.

Tentu saja perintah itu merupakan perintah yang amat berat di mana Rasulullah SAW diharuskan berhadapan secara langsung untuk terang-terangan berdakwah mengajak kaum kafir Quraisy agar mau memeluk agama islam. Namun, seberat apapun itu, Rasulullah SAW tetap melaksanakannya.

Pada suatu ketika, Rasulullah SAW mendaki ke atas Gunung Abu Qubais. Denga suara lantang, Beliau berteriak, "Katakanlah tiada tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah".

Teriakan itu seolah menjadi awal ajakan kepada kaum kafir Quraisy untuk menyembah kepada Allah SWT dan mengakui Nabi Muhammad SAW sebagai utusan-Nya. Sedangkan di kalangan mereka mulai tersebar berita bahwa Nabi Muhammad SAW telah membawa sebuah ajaran dan agama baru, tentu saja hal itu membuat mereka menjadi risau.

Pada suatu hari, berkumpullah para pembesar kaum Quraisy di Darun Nadwah yang merupakan balai pertemuan para pemuka kafir Quraisy untuk membahas hal-hal penting. Tempat itu didirikan oleh Qushay bin Kilab, yang merupakan kakek buyut Nabi SAW (Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib bin Hisyam bin Abdu Manaf bin Qushay bin Kilab).

Di antara para pemuka kafir Quraisy yang menghadiri pertemuan itu yaitu Syaibah bin Rabi'ah, Walid bin Harits, Shofwan bin Umayyah, Ka'ab bin Asy'raf, Aswad bin Abdu Yaghuts, Sha'khr bin Al-Harits, dan Kinanah bin Rabi'.

Dalam pertemuan rapat itu, mereka membahas mengenai respon terhadap ajakan Rasulullah SAW dan agamanya. Di antara mereka ada yang mengatakan, "Sesungguhnya Muhammad telah mencaci tuhan kita dan mengajak kepada Tuhan yang tidak kita ketahui, bagaimana bisa tipu daya ini ?. Seolah Muhammad mengatakan kepada kita, "Jangan menyembah tuhan-tuhan kalian, yaitu 360 berhala, tetapi sembahlah Allah yang Maha Esa lagi Maha Memaksa"".

Ada yang mengatakan, "Muhammad telah mengajak kepada kita untuk menyembah Tuhan yang tidak kita ketahui, tetapi dia tidak mencaci tuhan-tuhan kita".

Dan ada yang mengatakan, "Muhammad hanya menginginkan harta dan orang-orang tidak menghiraukannya". Dan ada pula yang mengatakan, "Muhammad adalah tukang sihir lagi pendusta".

Lalu tibalah giliran mereka menanyai pendapat Al-Walid, namun Al-Walid hanya menjawab, "Aku tidak bisa berkata apapun mengenai hal ini". 

Mendengar jawaban Al-Walid tersebut, mereka pun menganggap bahwa Al-Walid membela dan setuju dengan apa yang dilakukan Rasulullah SAW, sehingga rasa amarah menghanyutkannya, ia pun berkata, "Beri aku kesempatan 3 hari".

Rapat pertemuan tersebut pun berakhir dan mereka menunggu jawaban Al-Walid mengenai hal demikian itu.

Al-Walid sendiri mempunyai 2 buah berhala yang terbuat dari emas, perak, permata, dan dihiasi dengan beberapa mutiara. Kedua berhala itu diselimuti dengan pakaian-pakaian nan indah dan diletakkan di atas sebuah kursi.

Demi memberikan jawaban atas rapat pertemuan itu, Al-Walid melakukan ritual peribadatan khusus terhadap kedua berhala itu selama 3 hari 3 malam. Ia bahkan menghentikan kebiasaan makan, minum, dan tidur selama 3 hari tersebut.

Pada hari ketiga setelah ritual peribadatan khusus itu, ia meminta petunjuk kepada kedua berhala itu, "Demi hak ritual peribadatan yang telah kulakukan kepada kalian berdua selama 3 hari, maka bicaralah dan beritahu kami tentang perkara mengenai Muhammad !".

Sungguh di luar nalar, tiba-tiba berhala itu berkata dengan lisan yang fasih, "Sesungguhnya Muhammad bukanlah seorang nabi, maka janganlah membenarkannya".

Alangkah bahagianya Al-Walid waktu itu, ia pun bergegas keluar dan memberitahu kaum kafir Quraisy mengenai jawaban tuhan berhalanya itu. Kaum kafir Quraisy pun berkumpul di sisi Al-Walid dan menyaksikan berhalanya itu.

Lalu, mereka pun benar-benar memberitahu Rasulullah SAW atas apa yang telah dikatakan oleh berhala itu. Malaikat Jibril pun turun yang mengatakan, "Wahai Nabi Muhammad, celakalah orang yang membuat-buat perkataan dusta ini (Al-Walid)".

Mendengar kalimat celaka dari Rasulullah SAW, malah Al-Walid sembari tertawa dengan bangganya menjawab, "Aku tidak peduli".

Pada waktu selanjutnya, para kaum kafir Quraisy berkumpul dalam suatu tempat. Mereka meletakkan sebuah berhala bernama "habal", menghiasinya dengan berbagai macam pakaian nan indah dan mereka bersujud pada berhala itu. Tak khayal, mereka juga mengundang Rasulullah SAW agar menyaksikannya sendiri. Tentu saja mereka berencana pula untuk menghujat dan mencela Beliau.

Pada saat itu, Rasulullah SAW pun turut hadir bersama dengan Sahabat Abdullah bin Mas'ud ra. Mereka berdua duduk di sekitar kaum kafir Quraisy yang sedang menyembah-nyembah berhala. Ya, mengejutkan tentunya, berhala itu berbicara menghujat dan mencela-cela Rasulullah SAW. Ya, sebangsa jin bernama Musfir masuk ke dalam berhala itu dan mengatakan kedustaan besar di hadapan Rasulullah SAW.

Sedangkan Sahabat Abdullah bin Mas'ud ra, yang merasa kebingungan pun bertanya kepada Rasulullah SAW, "Wahai Rasulullah SAW, apakah perkata itu ?".

Dengan santainya Rasulullah SAW pun menjawab, "Wahai Abdullah, jangan khawatir karena sesungguhnya yang mengatakan itu adalah syetan".

Tak lama kemudian, Rasulullah SAW bersama Sahabat Abdullah bin Mas'ud pun kembali ke rumah. Namun, di tengah-tengah perjalanan, datanglah seseorang berpakaian hijau dengan menaiki seekor kuda menghampiri Beliau. Lalu, orang itu turun dari kudanya dan mengucapkan salam kepada Rasulullah SAW.

Rasulullah SAW yang terheran pun bertanya, "Siapakah kamu, wahai orang yang berkendara ? ucapan salammu telah membuatku heran".

Dengan penuh hormat, orang itu pun menjawab, "Aku adalah keturunan dari bangsa jin, aku telah memeluk islam pada masa Nabi Nuh as, namun aku pergi dari tanah airku. Ketika aku kembali, aku mendapati istriku menangis, lalu aku bertanya padanya, ia pun menjawab, "Apakah kamu tidak tahu bahwa Musfir telah melakukan suatu perbuatan buruk kepada Nabi Muhammad SAW". Sesaat setelah aku mendengar kabar dari istriku, aku bergegas mengikuti jejak Musfir. Dan saat aku telah mendapatinya, aku pun membunuhnya di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah. Ini adalah darahnya yang ada pada pedangku, kepalanya berada di dalam kantong, badannya tergeletak di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah, dan bentuknya seperti bentuk anjing yang terpotong kepalanya".

Mendengar berita itu, Rasulullah SAW pun merasa bahagia dan mendoakan kebaikan kepadanya. Lalu Beliau bertanya, "Siapakah namamu ?".

Dengan penuh hormat, ia pun menjawab, "Namaku adalah Muhair bin Abhar dan aku tinggal di atas Gunung Turisina".

Lalu jin itu bertanya kepada Rasulullah SAW, "Apakah engkau tidak memerintahkanku pula untuk menghujat dan mencela-cela kaum kafir dari dalam berhala itu sebagaimana Musfir telah menghujat dan mencelamu ?". Rasulullah SAW pun menjawab, "Lakukanlah".

Pada kali kedua, kaum kafir Quraisy pun lagi-lagi mengundang Rasulullah SAW untuk menyaksikan bagaimana tuhan berhala mereka mengolok-olok Beliau. Seperti sebelumnya, mereka meletakkan sebuah berhala bernama "habal" di hadapan mereka dengan dihiasi dengan pakaian-pakaian indah. Dan dengan penuh kerendahan diri, mereka menyembah dan bersujud di hadapan berhala itu.

Dengan perasaan bahagia mereka mengatakan, "Wahai habal, pada hari ini bahagiakanlah hati kami dengan menghujat dan mencela-cela Muhammad".

Sama seperti sebelumnya, berhala itu berbicara dengan sangat fasih, namun apa yang dikatakannya berbeda dari sebelumnya, "Wahai penghuni Kota Mekkah, ketahuilah bahwa orang ini (Rasulullah SAW) adalah seorang nabi yang benar, agamanya benar, dan ia mengajak kalian kepada perkara yang benar. Kalian dan berhala-berhala kalian adalah bathil, jika kalian tidak beriman kepadanya dan tidak membenarkannya, maka kalian akan berada di Neraka Jahannam abadi selamanya di dalamnya. Maka benarkanlah Nabi Muhammad, dia adalah Nabi Allah dan sebaik-baik makhluk-Nya".

Lekas cepat, Abu Jahal berdiri mengangkat berhala itu dan melemparkannya ke atas tanah hingga pecah. Rasa amarahnya tak kunjung sampai di situ, ia pun membakar berhala itu.

Sedangkan Rasulullah SAW sendiri merasa bahagia melihatnya lalu kembali pulang. Ya, Beliau memberikan nama baru kepada jin itu dengan nama "Abdullah bin Abhar". Sebagai bentuk pertolongan kepada Rasulullah SAW, jin itu melantunkan syair :

أنا عبد الله بن عبهر # انّي قتلت ذا الفجور مسفرا

Aku adalah Abdullah bin Abhar # Sesungguhnya aku telah membunuh syetan yang durhaka yaitu Musfir

هممته بضرب سيفي منكرا # لدى الصفا والمروة طغى واستكبرا

Aku bermaksud menebarkan pedangku pada syeta yang ingkar # Di antara Bukit Shafa dan Bukit Marwah, ia melampaui batas dan sombong

وخالف الحقّ وقال منكرا # بشتمه نبيّه المطهّرا

(Musfir) menentang kebenaran, dan syetan yang ingkat itu berkata # Dengan mencaci nabinya yang suci

والله لا أبرح حتّى ينصرا # ويظهر الإسلام حتّى يقرّا

Demi Allah, aku tidak akan berhenti sampai Nabi SAW mendapatkan pertolongan # dan tampaklah agama islam sampai diakui

أو يذلّ فيه كلّ من تكبّرا # كلّ يهودى ومن تنصّرا

Atau hinalah di dalam islam, setiap orang yang sombong # Setiap orang Yahudi dan Orang Nasrani

جنود كسرى وملوك قيصرا

Yaitu para tentara Kisra dan kerajaan-kerajaan Kaisar (1).

Catatan (1) :
Qaishar atau kaisar dinisbatkan pada raja secara umum, sedangkan Kisra dinisbatkan pada raja Persia.

_______________

Wallahu a'lam bis showab.

Sumber : Kitab Al-Mawaidzul Ushfuriyah, Hadits 19.
Karya : Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushfuri.