Kisah Pemuda Jenius Belajar Tauhid dan Sihir

Kisah Pemuda Jenius Belajar Tauhid dan Sihir

Kisah Pemuda Jenius Belajar Tauhid dan Sihir - Dikisahkan jauh sebelum masa Rasulullah SAW, ada seorang raja kafir yang amat dhalim. Saking dhalimnya, raja itu sampai mengaku sebagai tuhan dan memerintahkan rakyatnya untuk menyembah padanya.

Raja itu mempunyai seorang tukang sihir yang sudah tua. Pada suatu hari, penyihir itu berkata kepada raja, “Wahai raja, sungguh aku sudah termakan usia, maka kirimlah seorang pemuda agar aku bisa mengajarinya sihir”. Raja pun mengutus seorang pemuda untuk belajar sihir pada penyihir itu.

Lanjut kisah, setiap kali pemuda itu berangkat untuk belajar sihir kepada si penyihir, ia pasti bertemu dengan seorang rahib atau pendeta di pertengahan jalan. Pendeta pada zaman sebelum Rasulullah SAW tentu berbeda dengan pendeta pada masa sekarang. Pendeta itu memiliki aqidah tauhid dan menyembah kepada Allah SWT.

Pemuda itu biasa ikut duduk di hadapan rahib untuk mendengarkan perkataan dan kajian ketauhidan darinya. Karena inilah, ia sering datang terlambat, tak jarang pula ia sering mendapatkan hukuman dan pukulan dari si penyihir.

Pemuda itu pun mengadu kepada rahib atas masalahnya ini, sedangkan rahib menyuruhnya untuk beralasan dan mengatakan, “Apabila kamu takut mendapat hukuman dari penyihir itu, maka katakan bahwa ada keperluan keluarga yang harus kamu selesaikan sehingga kamu terlambat datang. Dan apabila kamu takut dimarahi oleh keluargamu, maka katakan bahwa si penyihir menahan dan memberikan banyak pelajaran tambahan sehinga kamu terlambat pulang”.

Hari demi hari ia jalani dengan demikian itu, ia mempelajari ilmu tauhid dan mempelajari ilmu sihir. Hingga suatu ketika, pemuda itu mendapati seekor hewan buas besar yang menghalang di tengah jalan, sehingga banyak orang yang takut untuk melewati jalan itu.

Pemuda itu pun mencoba untuk mengetes hasil kedua ilmu yang telah ia pelajari dan berkata, “Pada hari ini, aku akan mengetahui apakah ilmu si penyihir yang lebih baik ataukah ilmu rahib yang lebih baik”.

Lekas, pemuda itu mengambil sebuah batu dan berdoa, “Ya Allah, jika aku belajar dari rahib lebih Engkau cintai daripada belajar pada si penyihir, maka bunuhlah hewan buas yang besar itu, sehingga hewan itu tidak lagi menggangu orang-orang dan orang-orang dapat melewati jalan ini dengan selamat”.

Pemuda itu pun melemparkan batu yang ia pegang dan tepat mengenai hewan buas. Ia membunuh hewan buas tersebut, sehingga jalan menjadi aman untuk dapat dilewati banyak orang.

Tak lama, pemuda itu pun menceritakan kejadian yang telah ia alami kepada rahib. Rahib pun memberi pesan padanya, ”Wahai anakku, pada hari ini, kamu lebih utama daripada aku. Fenomena ini merupakan bukti bahwa kamu telah berhasil mempelajari ilmu yang telah aku ajarkan. Namun, kamu mungkin akan mendapatkan suatu cobaan. Dan apabila kamu mendapati cobaan itu, maka jalan pernah memberitahu tentang aku kepada siapapun”.

Hari kian berganti dan waktu terus berputar, kehebatan pemuda itu semakin dikenal oleh banyak orang. Ia dapat mengobati penyakit buta, penyakit baros atau kusta, dan berbagai macam penyakit lainnya. Dengan kehebatannya, pemuda itu juga berdakwah dan mengajak orang-orang untuk menyembah kepada Allah SWT.

Pada suatu ketika, kehebatan pemuda itu sampai terdengar di telinga salah satu menteri raja yang buta. Si menteri pun mengundang pemuda itu agar ia menyembuhkan penyakit butanya dengan hadiah yang sangat banyak.

Si menteri pun berkata kepada pemuda itu, “Wahai pemuda, hadia-hadiah yang banyak ini akan menjadi milikmu apabila kamu bisa menyembuhkan kebutaanku”.

Pemuda itu pun menjawab, “Sesunguhnya aku tidak bisa menyembuhkan penyakitmu, tetapi Allah SWT yang dapat menyembuhkannya. Dia adalah Tuhanku dan juga Tuhanmu, apabila kamu mau beriman kepada-Nya, maka aku akan berdoa agar Dia menyembuhkan kebutaanmu”.

Si menteri itu pun beriman kepada Allah SWT sedangkan pemuda itu mendoakan agar Allah SWT menyembuhkan kebutaannya. Seketika itulah, si menteri dapat membuka mata dan melihat keindahan dunia dengan matanya.

Awalnya, semua berjalan seperti biasa dan tidak terjadi apa-apa, hingga pada suatu ketika, si menteri duduk di hadapan raja. Melihat si menteri yang sebelumnya buta, si raja pun bertanya, “Siapakah yang telah menyembuhkan kebutaanmu ?”.

Si menteri lekas menjawab, “Allah SWT yang telah menyembuhkanku”.

Si Raja bertanya, “Apakah kamu mempunyai tuhan lain selain aku ?”.

Si menteri pun menjawab, “Tuhanmu adan Tuhanku adalah Allah SWT”.

Tak terima, si raja pun menangkap si menteri itu dan menyiksanya tanpa henti sampai ia memberitahu tentang pemuda yang telah mengislamkannya.

Tak lama, pemuda itu didatangkan ke hadapan raja. Si raja pun berkata padanya, “Wahai anakku, sekarang kamu telah benar-benar hebat. Sihir yang telah kamu pelajari pun bisa menyembuhkan penyakit buta dan penyakit kusta. Kamu juga bisa menyembuhkan penyakit ini dan itu”.

Pemuda itu langsung menjawab, "Sesungguhnya aku tidak bisa menyembuhkan seseorang, tetapi Allah yang dapat menyembuhkannya".

Raja itu terhanyut oleh amarah, ia segera menangkap pemuda itu dan memaksanya untuk memberitahu tentang siapa yang telah mengajarkan agama tauhid itu padanya. Akhirnya, terungkaplah sumber dari semua itu yaitu rahib.

Rahib pun ditangkap dan disiksa, ia dipaksa untuk keluar dari agama islam, “Keluarlah dari agamamu”. Namun, rahib tetap pada aqidahnya dan membangkan perintah tersebut. Pada akhirnya, rahib dieksekusi dengan digergaji tepat di kepalanya.

Kemudian, si menteri pun dipaksa untuk keluar dari agama islam, “Keluarlah dari agamamu”. Si menteri membangkang perintah itu dan pada akhirnya ia juga dieksekusi dengan digergaji tepat di kepalanya.

Selanjutnya, dikatakan pada pemuda itu, “Keluarlah dari agamamu”. Pemuda itu tentu juga membangkang perintah tersebut.

Nah, untuk memberikan rasa sakit, rupanya pemuda itu tidak langsung dieksekusi. Raja menyerahkannya kepada tim eksekusi dan memerintahkan mereka, "Pergilah dan bawa pemuda ini ke puncak guunung. Ketika kalian telah sampai di puncak, apabila ia keluar dari agamanya, maka bebaskan ia dari hukuman. Jika tidak, lemparkanlah dia dari puncak gunung".

Tim eksekusi raja pun membawa pemuda itu ke sebuah gunung. Setelah sampai di puncak dan ia hendak dieksekusi, ia berdoa, “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka dengan apapun yang Engkau kehendaki”.

Tiba-tiba, gunung itu mengguncangkan semua tim eksekusi dan menjatuhkan mereka semua.

Pemuda itu selamat dan ia kembali kepada si raja dengan berjalan kaki. Si raja yang terkejut pun bertanya padanya, “Bagaimana kamu bisa selamat ? apa yang telah kamu lakukan pada mereka ?”.

Pemuda itu dengan santainya menjawab, “Allah SWT telah menyelamatkanku dari mereka”.

Si raja pun menyerahkan pemuda itu pada tim eksekusi lainnya. Ia memberi perintah, “Bawa pergi pemuda ini ke tengah lautan. Apabila ia mau keluar dari agamanya, maka bebaskan ia dari hukuman. Jika tidak, buanglah dan tenggelamkan dia ke dalam lautan".

Tim eksekusi pun membawa pemuda itu dengan menaiki kapal yang besar. Di tengah lautan ketika mereka hendak mengeksekusi, pemuda itu berdoa, , “Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka dengan apapun yang Engkau kehendaki”.

Tiba-tiba, kapal besar itu pun terbalik dan terkurap, semua tim eksekusi tenggelam. 

Pemuda itu selamat dan ia kembali kepada si raja dengan berjalan kaki. Si raja yang terkejut pun bertanya padanya, “Bagaimana kamu bisa selamat ? apa yang telah kamu lakukan pada mereka ?”.

Pemuda itu dengan santainya menjawab, “Allah SWT telah menyelamatkanku dari mereka”.

Kemudian, pemuda itu berkata kepada si raja, “Kamu tidak akan bisa membunuhku, kecuali kamu mau melakukan apa yang aku suruh”.

Si raja pun bertanya, “Apa itu ?”.

Pemuda itu kemudian berkata, “Kumpulkanlah orang-orang di sebuah bukit, ikatlah aku di sebuah batang pohon. Kemudian ambillah anak panah dari wadah panahku, bidiklah anak panah itu di tengah-tengah busur. Kemudian ucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda itu", kemudian lepaskan anak panah itu. Sungguh jika kamu melakukan demikian itu, maka kamu akan dapat membunuhku".

Si raja pun segera melakukan sesuai apa yang dipinta oleh pemuda itu. Saat semua sudah siap, si raja membidik anak panah dengan mengucapkan, "Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda itu", lalu melepaskannya.

Anak panah itu melesat menembus pelipis pemuda itu dan ia meninggal dunia pada waktu itu. Sedangkan orang-orang yang melihatnya, serentak mengatakan, "Kami beriman pada Tuhan pemuda itu".

Si raja semakin murka, ia memeritahkan semua pasukan untuk membuat parit di setiap mulut-mulut jalan dan memenuhi api yang menyala-nyala di dalamnya. Lalu, si raja memerintahkan tentara-tentaranya untuk membantai habis dan memasukkan semua orang yang enggan keluar dari agama islam ke dalam parit-parit tersebut.

Hingga seorang wanita yang menggendong bayinya, wanita itu takut dan ragu, langkahnya semakin mundur. Di celah-celah momen itu, si bayi yang seharusnya belum bisa mengatakan apapun kecuali menagis, dengan fasihnya ia berkata menguatkan hati ibunya, “Wahai ibuku, bersabarlah dan jangan takut, sesungguhnya kamu berada di jalan yang benar”.

Sembari tetap menggendong bayinya, wanita itu tanpa ragu langsung terjun ke dalam parit yang menyala-nyala api di dalamnya.

Wallahu a’lam bis showab.

Sumber : Kitab Irsyadul Ibad, Fasal Tentang Riddah (Murtad)
Karya : Syekh Zainuddin Al-Malibari.