Inilah Dasar Ruh Orang Meninggal Dunia Pulang Ke Rumah

Inilah Dasar Ruh Orang Meninggal Dunia Pulang Ke Rumah - Budaya-budaya islami yang ditinggalkan Wali Songo dan para pejuang agama islam di Jawa, seperti tahlilan, slametan, dan syukuran merupakan budaya-budaya yang amat memiliki nilai positif dan bermanfaat, khususnya bagi ruh-ruh keluarga dan semua orang muslim yang sudah meninggal dunia pada umumnya.

Pasalnya, ruh orang-orang yang sudah meninggal dunia sangat membutuhkan pertolongan orang-orang yang masih hidup, melalui doa, bacaan Al-Qur'an, shodaqoh, dan ibadah-ibadah lainnya yang pahalanya ditujukan kepada mereka.

Bahkan dalam beberapa riwayat yang termaktub dalam kitab-kitab kuning pesantren, banyak menjelaskan bahwa ruh-ruh tersebut pun pulang menjenguk rumah dan berharap hadiah doa, bacaan Al-Qur'an, shodaqoh, dan sebagainya.

Untuk itulah, di sini penulis blog mencoba untuk memberikan sedikit dasar dan dalil yang menyebutkan bahwa ruh orang-orang yang sudah meninggal dunia akan pulang ke rumahnya dan mengharap hadiah pahala dari keluarganya :


Dasar Ruh Pulang ke Rumah Menurut Riwayat Sahabat Abu Hurairah

Dalam salah satu riwayat dari Sahabat Abu Hurairah ra dijelaskan :

اِذَا مَاتَ الْمُؤْمِنُ دَارَتْ رُوْحُهُ حَوْلَ دَارِهِ شَهْرًا فَتَنْظُرُ اِلَى مَا خَلَفَهُ مِنْ مَالِهِ كَيْفَ يُقْسَمُ اَوْ كَيْفَ تُؤَدَّى دُيُوْنُهُ، فَاِذَا تَمَّ لَهُ شَهْرٌ رُدَّتْ اِلَى حُفْرَتِهِ فَتَدُوْرُ بَعْدَ ذٰلِكَ حَتَّى يَتِمَّ عَلَيْهِ حَوْلٌ فَتَنْظُرُ مَنْ يَدْعُوْ لَهُ وَمَنْ يَحْزَنُ عَلَيْهِ، فَاِذَا تَمَّ الْحَوْلُ رُفِعَ رُوْحُهُ اِلَى حَيْثُ يَجْتَمِعُ الْاَرْوَاحُ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ

"Ketika seorang mukmin meninggal dunia, maka ruhnya akan berputar-putar di sekitar rumahnya selama sebulan. Ia melihat harta yang sudah ia tinggalkan, bagaimana harta itu dibagi atau bagaimana dilunasi hutang-hutangnya. Ketika telah sempurna sebulan, maka ruhnya dikembalikan pada liang lahatnya, ia pun berputar-putar sesudah itu sampai sempurna setahun, ia melihat siapa saja yang mendoakannya dan bersedih kepadanya.Ketika telah sempurna setahun, maka diangkatlah ruhnya ke tempat di mana para ruh berkumpul sampai hari kiamat".

Dari riwayat tersebut, kita bisa mengetahui bahwa ruh orang yang telah meninggal dunia masih berkecimpung di sekitar rumahnya dalam waktu tertentu. Tentu saja tujuannya adalah sama, yaitu berharap keluarganya akan menghadiahkan pahala bacaan Al-Qur'an, shodaqoh, dan doa.


Dasar Ruh Pulang ke Rumah Menurut Beberapa Penafsiran Ayat Al-Qur'an

Riwayat selanjutnya terkait tema ini adalah beberapa penafsiran dalam salah satu ayat Allah SWT :

تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ

"Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan ruh dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan" (Al-Qadr : 4).

Kalimat "ruh" pada Surat Al-Qadr ayat 4 di atas, memiliki banyak penafsiran dari beberapa ulama, sebagaimana berikut ini :

Dalam salah satu riwayat dijelaskan bahwa para malaikat bersama ruh dan raihan (bau wangi surga).

Ada yang berpendapat bahwa ruh itu adalah malaikat yang agung yang turun untuk melayani orang-orang mukmin, sebagaimana Firman Allah SWT :

يَوْمَ يَقُوْمُ الرُّوْحُ وَالْمَلَائِكَةُ صَفًّا

"Pada hari, ketika ruh dan para malaikat berdiri bershaf-shaf" (An-Naba' : 38).

Ada yang berpendapat bahwa makna ruh itu adalah ruh Nabi Adam as.

Ada yang berpendapat bahwa ruh itu adalah Malaikat Jibril as,

Ada yang berpendapat bahwa ruh itu adalah ruh Rasulullah SAW yang berada di bawah Arsy untuk memohon izin kepada Allah SWT agar Dia menurunkan Lailatul Qadar kepada semua umatnya. Pada waktu itu Rasulullah SAW memohon izin bersama para malaikat.

Dan ada pula yang berpendapat bahwa ruh itu adalah ruh orang-orang yang telah meninggal dunia, mereka memohon izin kepada Allah SWT, "Wahai Tuhan kami, izinkanlah kami untuk turun ke rumah kami sehingga kami bisa melihat anak-anak dan keluarga kami". Lalu, Allah SWT mengizinkan mereka pulang ke rumahnya di malam Lailatul Qadar.

Tentu hanya Allah SWT yang mengetahui kebenaran tentang makna ruh tersebut. Namun setidaknya, dari riwayat paling akhir di atas, menunjukkan bahwa sebagian ulama' berpendapat bahwa ruh-ruh orang yang sudah meninggal dunia akan pulang ke rumahnya untuk menjenguk keluarga mereka yang masih hidup di malam Lailatul Qadar, sembari mengharapkan doa, sodaqoh, dan bacaan Al-Qur'an dari keluarga mereka.


Dasar Ruh Pulang ke Rumah Menurut Riwayat Sahabat Ibnu Abbas

Untuk menguatkan pendapat paling akhir pada riwayat kedua di atas, riwayat ini dari Sahabat Ibnu Abbas ra :

اِذَا كَانَ يَوْمُ الْعِيْدِ وَيَوْمُ عَاشُرَاءَ وَيَوْمُ الْجُمُعَةِ الْاُوْلٰى مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَلَيْلَةُ الْقَدْرِ وَلَيْلَةُ الْجُمُعَةِ تَخْرُجُ اَرْوَاحُ الْاَمْوَاتِ مِنْ قُبُوْرِهِمْ وَيَقِفُوْنَ عَلَى اَبْوَابِ بُيُوْتِهِمْ وَيَقُوْلُوْنَ : تَرَحَّمُوْا عَلَيْنَا فِيْ هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُبَارَكَةِ بِصَدَقَةٍ اَوْ لُقْمَةٍ فَاِنَّا مُحْتَاجُوْنَ اِلَيْهَا فَاِنْ بَخِلْتُمْ بِهَا وَلَمْ تُعْطُوْهَا فَاذْكُرُوْنَ بِفَاتِحِةِ الْكِتَابِ فِيْ هٰذِهِ اللَّيْلَةِ الْمُبَارَكَةِ هَلْ مِنْ اَحَدٍ يَتَرَحَّمُ عَلَيْنَا ؟ هَلْ مِنْ اَحَدٍ يَذْكُرُ غُرْبَتَنَا ؟ يَا مَنْ سَكَنَ دَارَنَا ؟ وَيَا مَنْ نَكَحَ نِسَاءَنَا ؟ وَيَا مَنْ اَقَامَ فِيْ وَاسِعِ قُصُوْرِنَا وَنَحْنُ فِيْ ضَيْقِ قُبُوْرِنَا ؟ وَيَا مَنْ قَسَمَ اَمْوَالَنَا ؟ وَيَا مَنِ اسْتَذَلَّ اَيْتَامَنَا ؟ هَلْ مِنْكُمْ اَحَدٌ يَذْكُرُ غُرْبَتَنَا ؟ وَصُحُوْفُنَا مَطْوِيَّةٌ وَكِتَابُكُمْ مَنْشُوْرٌ وَلَيْسَ لِلْمَيِّتِ فِى اللَّحْدِ ثَوَابٌ فَلَا يَنْسَوْنَ بِكَسْرَةٍ مِنْ خُبْزِكُمْ وَدُعَائِكُمْ فَاِنَّا مُحْتَاجُوْنَا اِلَيْكُمْ اَبَدًا، فَاِنْ وَجَدَ الْمَيِّتُ مِنَ الصَّدَقَةِ وَالدُّعَاءِ مِنْهُمْ رَجَعَ فَرْحًا مَسْرُوْرًا، وَاِنْ لَمْ يَجِدْ رَجَعَ مَحْزُوْنًا وَمَحْرُوْمًا وَآيْسًا مِنْهُمْ

"Ketika tiba hari raya, hari Asyura' (tanggal 10 Muharram), hari Jum'at pertama dari Bulan Rajab, malam Nisfu Sa'ban, Lailatul Qadar, dan malam Jum'at, para ruh orang-orang yang meninggal dunia keluar dari kubur mereka dan berdiri di depan pintu rumah mereka. Mereka berkata, "Kasihanilah kami di dalam malam yang berkah ini dengan shodaqoh atau sesuap makanan, karena sesungguhnya kami sangat membutuhkannya. Jika kalian merasa keberatan dan tidak mau memberikannya, maka ingatlah kami dengan membaca Surat Fatihah Al-Qur'an di dalam malam yang berkah ini. Adakah seseorang yang mengasihi kami ? adakah seseorang yang mengingat kepergian jauh kami ? wahai orang yang tinggal di rumah kami ? wahai orang yang menikahi istri kami ? wahai orang yang tinggal di gedung rumah kami yang luas, sedangkan kami ada di dalam kubur kami yang sempit ? wahai orang yang membagi harta-harta kami ? wahai orang yang menghina anak-anak yatim kami ? adakah seseorang yang mengingat kepergian jauh kami ? buku catatan amal kami telah dilipat sedangkan buku catatan amal kalian masih terbeber dan mayit tidak lagi mendapatkan pahala di dalam liang lahat, maka jangan lupakan kami dengan shodaqoh sepotong roti dan doa kalian, karena sesungguhnya kami membutuhkan kalian selamanya". Jika mayit mendapati shodaqoh dan doa, maka dia kembali dalam keadaan gembira lagi bahagia. Jika dia tidak mendapatinya, maka dia kembali dalam keadaan sedih, terhalangi, dan merasa putus asa terhadap mereka".


Catatan Kesimpulan :

Dari ketiga dasar dan dalil di atas, menunjukkan bahwa apa yang telah diajarkan orang-orang tua, guru-guru, dan para kyai bukanlah dongeng atau mitos belaka, tetapi memang berdasarkan dasar dan dalil yang terpercaya.

Sekiranya, jika ada ketidaksependapatan  maka itu hanyalah perbedaan faham, tak seharusnya menjadikan jurang pertikaian. Silahkan melakukan apapun sesuai faham masing-masing, karena kami melakukan tahlilan, slametan, dan lainnya juga memiliki dasar dan dalil yang terpercaya. Kami hanya berpegang pada pendapat yang nanti akan memberikan manfaat untuk kami saat kami berada di alam kubur.

Namun, jika ada pendapat yang sampai menyalahkan atau bahkan memfonis sesat atas rutinistas tahlilan, slametan, syukuran, dan lainnya, maka pertanyaannya adalah apa yang membuat si penyandang pendapat yang menyalahkan itu merasa lebih alim dan lebih makrifat dibanding para sahabat ? padahal dasar dan dalil itu pun berasal dari maqolah para sahabat ? padahal para sahabat adalah mereka yang hidup berdampingan bersama Rasulullah SAW, sedangkan kita hanya umat di akhir zaman ?.

Wallahu a'lam bis showab,

Sumber ketiga riwayat : Kitab Daqoiqul Akhbar, Bab 19.
Penulis : Syekh Abdur Rochim bin Ahmad Al-Qodli