Pentingnya Melakukan Tawassul (Washilah) Dalam Berdoa

Pentingnya Melakukan Tawassul (Washilah) Dalam Berdoa

Pentingnya Melakukan Tawassul (Washilah) Dalam Berdoa - Tawassul atau juga dikenal dengan istilah washilah merupakan salah satu cabang dari masalah yang diperselisihkan oleh beberapa ulama' dalam kebolehan atau ketidakbolehannya. Hanya sebagaian kecil ulama' yang tidak membolehkan bertawassul, yang mana kemudian pendapat mengenai ketidakbolehan bertawassul diadopsi oleh sebagian golongan di antaranya adalah golongan wahabi.

Nah, bertolak belakang dari sinilah, maka posting ini akan secara khusus membahas mengenai kebolehan bertawassul. Tujuannya adalah menyiarkan faham ahlus sunnah wal jamaah sekaligus sebagai bantahan terhadap golongan yang tidak membolehkannya.

Baca sebelumnya :
Pengertian dan Dasar Hukum Tawassul (Washilah)
5 Macam Cara Bertawassul (Washilah).


Pentingnya Melakukan Tawassul (Washilah) Dalam Berdoa

Bertawassul (melakukan washilah dalam doa) merupakan sebuah perkara yang sudah dinilai kebolehan dan kebaikannya dalam setiap urusan agama islam dengan niat yang baik, yang mana demikian itu adalah perbuatan dan lelaku yang telah dilakukan oleh para nabi, para rasul, para ulama' salaf, para ulama' khalaf, dan seluruh orang-orang awam dari kalangan kaum muslim.

Begitu juga tidak ada yang melarang dan mengingkari kebolehan bertawassul (washilah) baik ulama' salaf maupun ulama' khalaf, kecuali Imam Ibnu Taimiyah ra, beliau meragukan dan mengingkarinya. Keingkaran dan larangan bertawassul itu adalah pendapat yang tidak pernah diucapkan oleh para ulama' sebelumnya. Pendapat Imam Ibnu Taimiyah ra tersebut kemudian diikuti oleh orang-orang wahabi yang mana hingga sampai saat ini menolak kebolehan tawassul.

Para ulama' ahlus sunnah wal jama'ah telah banyak menyusun sebuah karya kitab yang di dalamnya menjelaskan tentang kebolehan melakukan tawassul beserta dalil-dalilnya, baik hadits maupun pendapat-pendapat ulama' lainnya. Bahkan dengan terang-terangan menjelaskan pula bahwa tujuan utama tawassul adalah Allah SWT karena Dialah Dzat yang mampu memberikan manfaat dan kemadharatan, bukan siapa atau apa yang dijadikan washilah (perantara dalam berdoa) yang bisa memberikan kemanfaatan dan kemadharatan.

Dengan demikian, kita sebagai muslim yang berfaham ahlus sunnah wal jamaah, harus yakin seyakin-yakinnya bahwa tidak ada yang mampu memberikan pengaruh baik dan pengaruh buruk ketika melakukan tawassul (washilah), kecuali hanya Allah SWT. Begitu pula, yang kita tuju dan kita mintai adalah Allah SWT, bukan selain Dia.

Lalu, jika muncul sebuah pertanyaan dan pernytaan, "Jika yang dituju ketika bertawassul adalah Allah SWT, lalu mengapa kita harus repot-repot bertawassul atau melakukan washilah ketika berdoa ? Jadi, lebih baik langsung saja berdoa kepada Allah SWT tanpa melakukan tawassul".

Untuk menjawabnya, maka terlebih dahulu kita harus intropeksi diri, akuilah pada diri sendiri bahwa keburukan yang kita lakukan setiap hari lebih banyak daripada kebaikan yang kita lakukan, kita lebih banyak melupakan Allah SWT dalam keseharian kita dan terbelit dengan urusan-urusan dunia daripada mengingat-Nya dan mengingat urusan akhirat.

Nah, selanjutnya kita perlu tahu bahwa kemaksiatan dan ketidakingatan kita kepada Allah SWT adalah penyebab hubungan kita semakin jauh dengan-Nya. Alhasil, semkin jauh kita dari-Nya, maka semakin sulit pula doa dan permohonan kita dikabulkan. Ya, tentu saja kita yakin bahwa Allah SWT tidak akan mengingkari janjinya, Dia pasti akan menjawab doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya. Hanya saja, banyaknya maksiat dan ketidakingat kita kepada-Nya adalah sebuah penghalang yang dapat menghalangi doa-doa kita.

Dengan demikian, tawassul atau washilah dalam berdoa merupakan upaya untuk merayu Allah SWT agar doa kita lebih diijabahi. Dengan menyebut dan mengatasnamakan apa yang Dia cintai ketika kita berdoa, jalan untuk terijabahi doa lebih terbuka lebar.

Tak hanya sebatas itu saja, para nabi, para rasul, para ulama, dan para waliyullah juga sering bertawassul dengan menyebut-nyebut siapa atau apa saja yang dicintai Allah SWT (sebagaimana yang akan dijelaskan pada keterangan di bawah nanti).

Padahal kita tahu bahwa mereka adalah orang-orang yang sangat dekat dengan-Nya, namun mereka masih melakukan tawassul. Semua itu dilakukan tidak lain hanya untuk menghormati dan memuliakan siapa atau apa saja yang dicintai Allah SWT dan Dia sangat suka dengan hamba-hamba yang mau menyebut-nyebut siapapun dan apapun yang dicintai-Nya ketika berdoa.

Dari penjelasan itu, kita bisa menarik beberapa kesimpulan yang menjelaskan arti pentingnya melakukan tawassul (washilah) dalam berdoa, di anataranya adalah :

1. Tujuan Tawassul (Washilah) Hanyalah Allah SWT

Jadi, bertawassul atau berwashilah yang dituju adalah hanya Allah SWT semata, bukan lainnya, karena Dialah yang mampu memberikan kemanfaatan dan kemadharatan. Jika seseorang bertawassul dalam doanya agar memperoleh rizki, misalnya bertawassul melalui seorang waliyullah, sedangkan dia yakin bahwa waliyullah tersebut yang mendatangkan rizki maka hal itu adalah kemusyrikan.

2. Tawassul (Washilah) Sebagai Bentuk Taqarrub dan Tabarruk

Tawassul berarti menghormati dan memuliakan siapapun dan apapun yang dicintai Allah SWT, karena Dia mencintai hamba-hambanya yang mau menyebut-nyebut siapapun dan apapun yang Dia cintai. Sehingga, tawassul di sini adalah upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan perantara siapapun dan apapun yang Dia cintai, karena mereka adalah tempat yang dialiri oleh banyaknya berkah atas izin Allah SWT.

3. Tawassul (Washilah) Sebagai Upaya Agar Doa Lebih Mudah Diijabahi

Tawassul merupakan upaya merayu dan menarik simpati Allah SWT dengan menyebut siapapun dan apapun yang Dia cintai. Dengan demikian, tawaassul dapat memudahkan terijabahi doanya, bagi orang yang melakukannya.

Nah, dari sinilah muncullah sebuah kata mutiara, "Barang siapa yang mencintai siapapun atau apapun yang dicintai Allah SWT, maka sedikit banyaknya ia pun akan terpercikkan oleh cinta Allah SWT lantaran cinta itu".