Hasan Al-Bashri dan Gadis Yang Menangis di Kubur

Hasan Al-Bashri dan Gadis Yang Menangis di Kubur Ayahnya

Syekh Hasan Al-Bashri merupakan salah satu ulama' sufi terkemuka dari generasi tabi'in besar yang juga ahli thariqah. Fatwa dan maqolahnya di bidang tasawuf, banyak dijadikan hujjah untuk menelusuri makna kehidupan sejati oleh ulama'-ulama' sufi sesudahnya. Berbicara mengenai Syekh Hasan Al-Bashri sebagai salah seorang sufi terkemuka di masanya, di sini ada sebuah kisah menarik yang bisa kita ambil sebagai renungan.

Pada suatu hari, ketika Syekh Hasan Al-Bashri sedang asyik duduk di depan pintu rumahnya, lewatlah jenazah yang diikuti banyak orang di belakangnya. Dari semua pengiring jenazah, ada seorang gadis kecil yang mengikuti dengan langkah bergegas, ia adalah putri dari si mayit.

Gadis kecil itu menangis sambil terus berjalan mengikuti jenazah ayahnya. Rambutnya yang terbuka dan berurai-urai mengisyaratkan bahwa ia begitu sedih atas kepergian seseorang yang ia sayangi.

Lalu Syekh Hasan Al-Bashri pun segera bangkit untuk turut mengiring jenazah tersebut. Di tengah perjalanan, beliau mendengar kalimat mengharukan dari gadis itu, "Wahai ayahku, tiada sebuah hari yang datang menyambutku, yang seperti hariku ini seumur hidupku".

Mencoba menghibur gadis kecil yang dirundung kesedihan itu, Syekh Hasan Al-Bashri pun berkata, "Nak, begitu pula untuk ayahmu, tiada hari yang menyambutnya seperti hari ini".

Sesampainya di masjid sebelum dikembumikan, jenazah itu pun disholati. Seusai disholati kemudian jenazah itu dikebumikan, lalu pulanglah Syekh Hasan Al-Bashri.

Keesokan harinya, setelah Syekh Hasan Al-Bashri melaksanakan sholat pagi, matahari pun mulai terbit, beliau duduk di depan pintu rumahnya. Tiba-tiba beliau melihat gadis kecil yang kemarin, dalam keadaan menanis, ia pergi untuk berziarah ke kubur ayahnya.

Syekh Hasan Al-Bashri berkata kepada dirinya, "Sungguh gadis ini adalah gadis yang bijaksana, aku akan mencoba untuk mengikutinya, barangkali ia akan mengucapkan sepatah kata yang dapat memberiku manfaat".

Ya, Syekh Hasan Al-Bashri pun diam-diam mengikuti gadis kecil itu dari belakang tanpa diketahui. Dan sesampainya di kubur, beliau segera bersembunyi di balik semak-semak untuk mengetahui apa yang dilakukan gadis kecil tersebut.

Syekh Hasan Al-Bashri pun melihat gadis kecil tersebut memeluk kubur ayahnya, ia menggeletakkan pipinya di atas tanah kubur ayahnya. Terlihat sekali perasaan sedih yang mendalam dirasakan seorang gadis kecil. Dengan mata yang terus mengucurkan air mata, ia pun berkata :

"Wahai ayahku, bagaimana kamu bermalam sendirian di dalam gelapnya kubur tanpa lampu dan tanpa orang yang datang menghibur ?. Wahai ayahku, aku menyalakan lampu untukmu kemarin malam, lalu siapa yang menyalakan lampu untukmu tadi malam ?. Wahai ayahku, aku membeber tikar untukmu kemarin malam, lalu siapa yang membeberkan tikar untukmu tadi malam ?. Wahai ayahku, aku memijat kedua tangan dan kedua kakimu kemarin malam, lalu siapa yang memijatmu tadi malam ?. Wahai ayahku, aku memberimu minum kemarin malam, lalu siapa yang memberimu minum tadi malam ?. Wahai ayahku, aku membaringkan tubuhmu dari arah satu ke arah lainnya kemarin malam, lalu siapa yang membaringkanmu tadi malam ?. Wahai ayahku, aku menutupi angota-anggota tubuhmu yang terbuka membaringkan, lalu siapa yang menutupimu tadi malam ?. Wahai ayahku, aku memandangi wajahmu dengan penuh perhatian kemarin malam, lalu siapa yang memandangi wajahmu tadi malam ?. Wahai ayahku, kamu memanggilku kemarin malam dan aku pun menjawabnya, lalu siapa yang kamu panggil tadi malam dan siapa yang menjawabnya ?. Wahai ayahku, aku memberimu makan ketika kamu menginginkan makanan kemarin malam, lalu apakah kamu menginginkan makanan tadi malam dan siapa yang memberimu makan ?. Wahai ayahku, aku memasakkanmu bermacam-macam makanan, lalu siapa yang memasakkanmu tadi malam ?".

Tak kuasa mendengar kata-kata sedih nan mengharukan tersebut, Syekh Hasan Al-Bashri pun menampakkan dirinya dan mencoba menghampiri gadis kecil itu. Beliau mencoba untuk sedikit menghibur dan menasehatinya.

"Nak, jangan katakan sesuatu seperti ini, tetapi katakanlah : Wahai ayahku, kami telah menghadapkanmu ke arah kiblat, apakah kamu masih tetap seperti itu ataukah sudah berpaling ke lain kiblat ?. Wahai ayahku, kami telah mengkafanimu dengan sebaik-baik kafan, apakah kafan itu masih tetap ataukah telah dilepas darimu ?. Wahai ayahku, kami telah meletakkanmu di dalam kubur dan tubuhmu dalam keadaan sehat, apakah kamu masih tetap seperti itu ataukah cacing-caing telah memakanmu ?. Wahai ayahku, sesungguhnya ulama' mengatakan bahwa setiap hamba akan ditanya tentang iman, ada yang bisa menjawab dan terhalangi tak bisa menjawab, apakah kamu bisa menjawab pertanyaan tentang iman ataukah kamu terhalangi dari jawaban itu ?. Wahai ayahku, sesungguhnya ulama' mengatakan bahwa kubur akan diluaskan bagi penghuninya atau disempitkan bagi penghuninya, apakah kuburmu disempitkan ataukah diluaskan ?. Wahai ayahku, sesungguhnya ulama' mengatakan bahwa kain kafan akan diganti kain kafan dari surga atau diganti dengan kain kafan dari neraka, apakah kain kafanmu diganti dari kain kafan neraka ataukah dari kain kafan surga ?. Wahai ayahku, sesungguhnya ulama' mengatakan bahwa kubur adalah taman surga bagi penghuninya atau liang neraka bagi penghuninya, apakah kuburmu adalah taman surga ataukah taman neraka ?. Wahai ayahku, sesungguhnya ulama' mengatakan bahwa kubur akan memeluk penghuninya seperti ibu yang penyayang atau menghimpit penghuninya sampai tulang-tulang rusuknya bercerai-berai, apakah kubur memelukmu ataukan menghimpitmu ?. Wahai ayahku, sesungguhnya ulama' mengatakan bahwa setiap penghuni kubur akan menyesal, penyesalan itu ada 2 yaitu menyesal karena tidak memperbanyak kebaikan dan menyesal karena telah melakukan keburukan, apakah kamu menyesali atas keburukanmu ataukah atas sedikitnya kebaikanmu ?. Wahai ayahku, ketika aku memanggilmu maka jawablah, sudah cukup lama aku memanggilmu dari atas kepala kuburmu, lalu mengapa aku masih tidak kunjung mendengar suaramu ?. Wahai ayahku, kamu telah pergi dalam kepergian yang mana kita tidak akan bertemu sampai hari kiamat. Ya Allah, janganlah Engkau menghalangiku untuk bertemu dengan ayahku di hari kiamat".

Merasa sedikit lega, gadis kecil itu pun berkata, "Wahai Syekh Hasan Al-Bashri, alangkah indahnya ratapanmu atas kepergian ayahku dan alangkah indahnya nasehat dan pengingat yang kau berikan padaku tentang tidurnya orang-orang yang lupa".

Tak lama kemudian, gadis kecil itu pulang bersama Syekh Hasan Al-Bashri dan masih terus menangis.

Sumber : Kitab Mawaidzul Ushfuriyah, Hadits 13.

Karya : Syekh Muhammad bin Abu Bakar Al-Ushfuri