Pengertian dan Contoh Hadits Mazid fi Muttashil Asanid

Salah satu macam hadits yang perlu untuk diketahui jika kita belajar mengenai ilmu hadits adalah hadits mazid fi muttashil asanid.


Pengertian Hadits Mazid fi Muttashil Asanid (الْحَدِيْثُ الْمَزِيْدُ فِيْ مُتَّصِلِ الْاَسَانِيْدِ)

Menurut bahasa, mazid berarti tambahan, fi berarti di dalam, muttashil berarti tersambung, sedangkan asanid berarti sanad-sanad. Jadi, menurut bahasa bisa diartikan hadits yang terdapat penambahan di dalam sanad-sanad yang sambung.

Sedangkan menurut istilah sebagaimana dalam Kitab Minhatul Mughits, Bab Hadits Mazid fi Muttashil Asanid adalah sebagai berikut ini :

هُوَ الْحَدِيْثُ الَّذِيْ زَادَ رَاوِيْهِ رَاوِيًا فَاَكْثَرَ فِيْ اَثْنَاءِ سَنَدِهِ مُخَالِفًا لِمَنْ هُوَ اَتْقَنُ مِنْهُ الْمُصَرِّحُ بِالسِّمَاعِ اَوْ مَا فِيْ حُكْمِهِ فِيْ مَوْضِعِ الزِّيَادِةِ

"Hadits Mazid fi Muttashil Asanid adalah hadits yang rawinya menambahkan satu rawi atau lebih di tengah-tengah sanadnya, yang bertentangan dengan rawi yang lebih kuat darinya, yang sudah jelas berasal dari sima' (mendengarkan) atau sesuatu di dalam hukum sima' (mendengar) di tempat penambahan itu".

Dari definisi di atas, maka kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa sebagai berikut ini :

Hadits Mazid fi Muttashil Asanid adalah hadits yang di tengah sanadnya terdapat penambahan satu rawi atau lebih, padahal dalam jalur sanad lain tidak ada penambahan rawi seperti itu.

Sanad pada hadits Mazid fi Muttashil Asanid bertentangan dengan sanad-sanad lain yang lebih kuat, yang mana sanad lain tersebut bersumber dari sima' (mendengar) atau kalimat yang menunjukkan makna mendengar, misalnya dengan kalimat "haddasana" (حَدَّثَنَا) atau "akhbarana" (اَخْبَرَنَا).

Baca untuk lebih mengetahui macam-macam metode dalam menerima riwayat hadits : Metode Tahammul (Menerima) Riwayat Hadits.

Misalnya ada 2 hadits sama yaitu hadits A dan hadits B, kedua hadits tersebut memiliki sanad-sanad yang sama di awal dan di akhir, tetapi jumlah sanad dalam hadits A lebih banyak dari pada hadits B karena di tengah-tengah sanad hadits A terdapat rawi tambahan lain. Nah, untuk mengetahui apakah rawi dalam sanad hadits A merupakan tambahan (mazid) atau ada rawi di dalam hadits B yang disembunyikan (irsal), maka bisa dilakukan dengan meneliti sebagai berikut :

Jika hadits A dan hadits B mengunakan kalimat riwayat yang sama, yaitu menggunakan kalimat "haddasana" (حَدَّثَنَا) atau menggunakan kalimat "an" (عَنْ), maka yang menjadi penentu adanya tambahan rawi (mazid) atau penyembunyian rawi (irsal) adalah menilik sanad pada riwayat-riwayat hadits lain.

Jika hadits A adalah hadits mu'an'an (dengan kalimat kalimat "an" (عَنْ), sedangkan hadits B dengan kalimat "haddasana" (حَدَّثَنَا), maka sudah jelas bahwa ada rawi tambahan dalam hadits A, karena hadits dengan kalimat "haddasana" (حَدَّثَنَا) lebih kuat daripada hadits mu'an'an. Mengapa demikian ? Hal itu dikarenakan hadits dengan kalimat "an" dimungkinkan adanya irsal atau tadlis.

Jika hadits A menggunakan kalimat "haddasana" (حَدَّثَنَا) sedangkan hadits B adalah hadits mu'an'an, maka tentu hadits A lebih bisa diterima dan dimungkinkan ada penyembunyian rawi (irsal) di dalam hadits B.

Baca :
Pengertian Hadits 'Aly, Hadits Nazil, Hadits Mu'an'an, dan Hadits Muannan.
Pengertian dan Contoh Hadits Mursal (Irsal)
Pengertian dan Contoh Hadits Mudallas (Tadlis).


Contoh Hadits Mazid fi Muttashil Asanid

لَا تَجْلِسُوْا عَلَى الْقُبُوْرِ وَلَا تُصَلُّوْا إِلَيْهَا

"Janganlah kalian duduk di atas kuburan, dan jangan pula kalian shalat dengan menghadap ke arahnya".

Dari beberapa riwayat dalam Kitab Sunan, baik Sunan Muslim, Tirmidzi, Abu Dawud, dan lain sebagainya, sanad-sanad dalam hadits tersebut memiliki perbedaan dan penambahan rawi. Ada 2 penambahan rawi dalam sanad hadits di atas, yaitu Sufyan dan Abu Idris. Namun, karena ini hanya contoh, maka hanya salah satu contoh saja yang akan kita paparkan.

Sanad dalam Hadits Muslim No. 1614 :

عَنْ بُسْرِ بْنِ عُبَيْدِ اللّٰهِ عَنْ أَبِيْ إِدْرِيْسَ الْخَوْلَانِيِّ عَنْ وَاثِلَةَ بْنِ الْأَسْقَعِ عَنْ أَبِيْ مَرْثَدٍ الْغَنَوِيِّ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ ... الخ

"Dari Busr bin Ubadillah, dari Abu Idris Al-Khoulani, dari Watsilah bin Al-Asqam, dari Abu Mar'tsad Al-Ghanawi berkata, "Aku mendenger Rasulullah SAW bersabda .... dan seterusnya"

Sanad dalam Hadits Ahmad No. 16583, Hadits Abu Dawud No. 2810, Hadits Muslim No. 1613, dan sebagainya :

حَدَّثَنِي بُسْرُ بْنُ عُبَيْدِ اللّٰهِ الْحَضْرَمِيُّ أَنَّهُ سَمِعَ وَاثِلَةَ بْنَ الْأَسْقَعِ صَاحَبَ رَسُوْلِ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ حَدَّثَنِيْ أَبُوْ مَرْثَدٍ الْغَنَوِيُّ سَمِعَ رَسُولَ اللّٰهِ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ .... الخ

"Busr bin Ubaidillah Al-Hadlrami telah menceritakan kepadaku, bahwa dia mendengar dari Washilah bin Al-Asqam, sahabat Rasulullah SAW berkata, Abu Mar'tsad Al-Ghanawi telah menceritakan kepadaku, dia mendengar Rasulullah SAW bersabda ....dan seterusnya".

Keteranagan :
Sanad yang terdapat cetak merah terdapat perbedaan dengan sanad yang bercetak biru, yaitu penambahan rawi bernama Abu Idris Al-Khoulani.
Coba perhatikan perbedaan kalimat pada cetak biru dan cetak merah, hadits yang bercetak merah menggunakan kalimat "an" (hadits mu'an'an), sedangkan hadits bercetak biru menggunakan kalimat mendengar.